Home / Romansa / I Love You First, Mr. CEO / Kala Segalanya Bermula

Share

Kala Segalanya Bermula

Author: Callia Jung
last update Last Updated: 2025-05-13 07:27:26

Semua orang mengenalnya, Ayunda Anindya Kusuma. Gadis peraih beasiswa penuh yang tak hanya memikat lewat prestasi, tapi juga parasnya yang tenang sekaligus teduh. Sejak awal semester, namanya melambung di antara para mahasiswa baru di kampus bergengsi itu.

Tidak terhitung berapa banyak laki-laki yang berusaha menarik perhatiannya. Mulai dari cara yang paling sederhana hingga paling mencolok. Geral termasuk salah satunya. Seorang lelaki tinggi yang lumayan tampan—setidaknya, itu kesan pertama Yunda padanya.

Hari itu, langit sedang tidak bersahabat. Awan kelabu menggantung sejak siang dan akhirnya menumpahkan hujan deras menjelang sore. Lorong-lorong gedung fakultas dipenuhi mahasiswa yang berteduh meski sebagian akhirnya nekat menerobos hujan.

Yunda berdiri memeluk buku-bukunya, menyesal telah mengabaikan nasihat teman sekamarnya untuk membawa payung. Kini, ia hanya bisa menunggu dengan gelisah karena sejam lagi ia harus masuk kerja paruh waktu.

“Sedang menunggu langit berubah pikiran?” Suara itu muncul samar di antara gemericik hujan.

Yunda menoleh. Seorang lelaki berdiri di sampingnya, mengenakan jaket biru tua dan celana jin hitam. Rambutnya basah sebagian, tapi justru membuatnya tampak lebih maskulin. Ini bukan kali pertama Yunda melihatnya—mereka pernah sekelas di mata kuliah umum. Tapi ini kali pertama mereka benar-benar saling menyapa.

Yunda menengadah ke langit. “Langit tidak akan berubah pikiran,” ujarnya datar, tidak terlalu tertarik meladeni.

“Bagaimana kalau kau saja yang berubah pikiran?”

Kening Yunda berkerut. Lelaki itu dengan sigap melepas jaketnya dan mengangkatnya ke atas kepala mereka. Yunda sontak terkejut. Namun, sorot mata lelaki itu seolah menyihirnya.

“Aku bisa mengantarmu pulang, tapi mungkin kita harus sedikit basah-basahan karena parkiran agak jauh.”

Yunda bergeming. Suara lelaki itu makin terdengar jauh. Bukan karena hujan yang kian deras, melainkan terhalang oleh suara detak jantungnya sendiri. Rupanya, lelaki itu jauh lebih tampan dari yang Yunda kira, dengan sepasang alis tebal, hidung mancung, dan bibir yang… menggoda.

“Namaku Geral, mahasiswa Jurusan Manajemen.”

****

Yunda menatap lelaki yang terlelap di sisinya, lama sekaligus lekat. Lelaki yang berhasil merebut hatinya dari sekian banyak pria yang dulu mengincarnya di bangku kuliah. Tak pernah terbayang olehnya bahwa cintanya pada Geral bisa sedalam ini.

Dulu, ia mengira mereka hanyalah sepasang muda-mudi yang dimabuk cinta. Bahwa Geral, cepat atau lambat, hanya akan menjadi salah satu nama yang pernah singgah dalam hidupnya. Namun, ketulusan lelaki itu terbukti tak main-main. Bukan sekadar singgah, apalagi mengisi masa muda, tapi menetap selamanya di hati Yunda.

Ponsel di atas nakas berdering sebentar. Geral sama sekali tidak terjaga. Lelaki itu pasti lelah setelah perjalanan panjang dan permainan hebatnya saat baru selangkah tiba di sebuah resor mewah. Pelan-pelan, Yunda meraih benda itu.

Beberapa panggilan tak terjawab terpampang di layar. Namun, perhatiannya tertuju pada satu pesan dari pengirim bernama Rosa.

Aku tahu ini hanya pernikahan kontrak. Tapi kau cukup kurang ajar meninggalkanku sendirian di hotel. Telpon aku setelah kau baca ini, Brengsek!

Yunda menelan ludah. Pahitnya terasa menggores tenggorokan. Dia memang satu-satunya wanita di hati Geral. Namun kini, lelaki itu memiliki dua wanita dalam hidupnya: wanita yang ia nikahi dan wanita yang ia cintai.

Jari Yunda berhenti sejenak di atas layar. Napasnya mengendap, lalu tanpa ragu ia menghapus pesan itu. Entah dari mana datangnya kecemburuan itu, tapi ia ingin menegaskan bahwa Geral adalah miliknya. Dan, wanita bernama Rosa itu cukup memainkan perannya sebagai istri saat diperlukan saja. Tidak lebih.

Dengan hati yang masih setengah panas, Yunda perlahan turun dari ranjang. Berhati-hati agar tidak membangunkan Geral. Dia mengenakan kimono satin berwarna hitam yang tergeletak di sandaran sofa, lalu melangkah ringan menuju meja kecil di sudut kamar. Tempat sebotol wine yang sudah terbuka bersama dua gelas lebar berada.

Dia menuang wine ke dalam gelas, menghirup aromanya yang telah redup sebelum menyesap perlahan. Lalu, ia berjalan ke arah beranda dan menggeser pintu kaca setenang mungkin.

Aroma laut segera menyambutnya, berteman angin sepoi-sepoi yang membelai lembut. Hamparan ombak berkilau diterpa matahari sore, membentang jauh hingga garis cakrawala. Langit bersih tanpa awan. Sungguh, pemandangan sempurna dari surga kecil yang dimaksud Geral.

Yunda kembali menyesap minumannya. Tatapannya jauh, menembus birunya laut yang perlahan menarik ingatannya kembali kedelapan tahun silam. Kala segalanya bermula.

Senja jatuh perlahan saat itu, membungkus langit kampus dengan warna oranye pucat. Perkuliahan baru saja usai. Satu per satu mahasiswa meninggalkan kelas, termasuk Yunda. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Geral berdiri di depan pintu dengan wajah masam seolah telah menunggunya cukup lama.

Tanpa sepatah kata, lelaki itu menarik tangan Yunda. Cengkeramannya cukup kuat membuat Yunda tidak bisa melawan. Baru ketika mereka tiba di salah satu sudut taman belakang kampus yang sepi, Geral melepaskan genggamannya.

“Aku baru tahu kau bisa sekejam ini,” ucap Geral, suaranya dipenuhi kekecewaan. “Apa aku hanya permainan bagimu? Aku tahu kau cantik, pintar, jadi rebutan banyak laki-laki. Tapi kau tak seharusnya memberiku harapan kalau ternyata kau menyukai orang lain.”

Kening Yunda sontak mengerut meski ia tak bisa menepis sekelebat kupu-kupu yang menggelitik perutnya saat mendengar Geral menyebutnya cantik.

“Aku tidak mengerti maksudmu, Geral.”

“Kau menerima Wira jadi kekasihmu, padahal selama ini kau jalan denganku.”

Yunda tertegun. Pertama, Wira bukan kekasihnya. Kedua, apakah Geral mencoba mengatakan bahwa ia cemburu?

Selama beberapa bulan kedekatan mereka, Yunda tak pernah benar-benar yakin akan perasaan Geral. Lelaki itu terlalu pandai menyembunyikan isi hatinya. Bahkan, Yunda sampai frustrasi karena Geral tak kunjung menyatakan apa pun, membuatnya berpikir kalau lelaki itu memang tak berniat menjadikannya lebih dari sekadar teman.

“Wira… kekasihku?” tanyanya pelan.

Geral memutar tubuhnya, mengusap wajahnya yang tampak kesal. “Jangan bercanda denganku, Yunda.”

“Aku tidak tahu kau dengar dari mana, tapi Wira bukan pacarku,” tegas Yunda. Tatapannya kemudian melekat pada Geral, “Aku… menyukai orang lain.”

Hening.

Geral mematung dengan ekspresi seolah baru saja tersambar petir. Namun, sinar matanya lambat laun meneduh. Tak ada lagi amarah yang memancar dari sana, berganti tunas-tunas harapan yang mulai tumbuh di sela napasnya.

“Bolehkah aku… menjadi orang itu?”

Jantung Yunda serasa tanggal dari tempatnya. Darahnya berdesir kencang. Perlahan, ia menunduk, terlalu malu menunjukkan wajah.

“Memang kau orangnya,” ucapnya nyaris tak terdengar.

Senyum baru saja terbit di bibirnya ketika pelukan hangat dari belakang menyadarkan Yunda dari lamunan. Dia menoleh sekilas dan mendapat ciuman lembut di pipi.

“Kenapa tidak membangunkanku?” Geral berbisik pelan di telinganya. “Wanita cantik tak seharusnya menikmati sore seindah ini sendirian.”

Yunda terkikik. Dia merapat ke pelukan Geral, melingkarkan tangannya di lengan lelaki itu yang memeluk pinggangnya hangat. Rasanya seperti masa lalu kembali bersemi di tempat yang baru.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Love You First, Mr. CEO   Sebatas Kesepakatan

    Kebahagiaan tampaknya sedang berpihak pada Rosa. Manajernya baru saja menyampaikan bahwa MAISON sedang mencari wajah baru untuk kampanye koleksi akhir tahun mereka. Dan, kabar baiknya, sebelum manajernya turun tangan mendapatkan proyek itu, pihak MAISON sudah lebih dulu menghubungi agensinya. Mereka meminta agar kerja sama dengan Rosa dipertimbangkan kembali.“Kau memang punya daya tarik yang luar biasa, Rosaline,” puji sang manajer sambil merapikan letak kacamatanya.Sebelah sudut bibir Rosa terangkat, “Anggap saja aku cukup beruntung dalam hal itu.”Dengan anggun, ia menyandarkan tubuh ke sandaran kursi ruang meeting. Sekelebat pikiran melintas, menancap cukup dalam, dan ia memutuskan membaginya dengan wanita di hadapannya.

  • I Love You First, Mr. CEO   Satu Orang yang Berpihak

    Kalau bukan karena Geral, Rosa tidak akan repot-repot datang ke kediaman orang tuanya. Beberapa hari lalu, Geral memberi tahu bahwa ayah Rosa mengundang mereka makan malam. Wajar undangan itu tidak disampaikan langsung pada Rosa karena ayahnya tahu ia pasti akan menolak dengan beribu alasan.Dan kini, di sinilah Rosa. Duduk di meja makan panjang berbahan marmer. Di hadapannya, hidangan tersaji dengan mewah, tapi suasananya tetap terasa hambar. Geral duduk di sampingnya, sopan dan tenang seperti biasa.Kakak tertuanya datang bersama suami dan kedua anak mereka yang sejak tadi sibuk dengan gawai. Wanita yang sebentar lagi menginjak usia empat puluh itu berusaha tampil elegan dengan gaun satin berpotongan ramping, rambut disanggul tinggi, dan kalung mutiara yang terlalu mencolok untuk disebut berkelas. Sementara itu, kakak laki-lakinya datang bersama seorang wanit

  • I Love You First, Mr. CEO   Pagi yang Sunyi

    Yunda menutup keran pancuran kamar mandi, lalu meraih bathrobe putih yang tergantung di balik pintu. Sambil mengeringkan rambut dengan handuk, ia melangkah menuju dapur dan menyalakan mesin pembuat kopi.Selagi menunggu perasan kopi memenuhi gelas, ia berjalan ke ruang tengah untuk mengambil ponselnya yang ia tinggalkan di atas sofa. Dia mengernyit saat melihat beberapa panggilan tak terjawab dari Geral. Tidak biasanya lelaki itu menelepon sepagi ini.Jangan-jangan karena Yunda belum mengirimkan instruksi kepada Bibi Eva. Tapi ia tak mau ambil pusing. Toh, kemarin lelaki itu juga tak mengenakan pakaian sesuai arahannya.Yunda baru hendak menelepon balik ketika terdengar sandi pintu dimasukkan dari luar. Dia bergegas menghampiri vi

  • I Love You First, Mr. CEO   Mimpi Buruk

    Langit sore itu berwarna tembaga. Awan-awan bergerak pelan, damai, dan tenang. Di tengah padang rumput yang membentang luas, Geral berdiri dengan kedua tangannya melambai ke udara.“Ayah! Ibu!” serunya riang gembira.Dari kejauhan, sebuah helikopter tampak mendekat. Baling-balingnya berputar cepat, menciptakan embusan angin yang membuat rerumputan di bawahnya menari liar. Suara mesinnya memekakkan telinga, tapi tak mampu menenggelamkan tawa Geral yang bergema penuh kerinduan.Namun, semuanya berubah dalam sekejap.Tanah di tempatnya berpijak bergetar aneh. Suara baling-baling itu tak lagi teratur, berubah seperti jeritan logam yang tergores keras. Helikopter yang tadinya terbang dengan tenang sekaligus gagah tiba-tiba oleng ke kanan, lalu menukik tajam.

  • I Love You First, Mr. CEO   Pulang ke Wanita Lain

    Sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras semua tim, malam itu Geral mereservasi sebuah lounge bar eksklusif di puncak salah satu gedung pencakar langit. Suasana remang yang mewah, denting musik jaz yang lembut, dan kerlap-kerlip lampu kota dari balik jendela kaca besar menjadi latar sempurna untuk melepas penat.Berbeda dari rekan-rekannya yang larut dalam tawa dan sorak kegembiraan, Yunda justru memilih duduk di sudut ruangan. Segelas moktail berwarna cerah tergenggam di tangan, tapi aroma jeruk nipis dan potongan daun mint yang segar tidak berhasil menggugah seleranya.Dari sudut matanya, ia melihat Geral dikelilingi para kepala departemen dan manajer yang bergantian menyanjungnya. Namun, ada satu pemandangan yang cukup mengganggu: Rosa, yang sejak awal pesta tak pernah be

  • I Love You First, Mr. CEO   Pasangan Sempurna

    Benar yang dikatakan Rosa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kunjungan kali ini. Semuanya berjalan nyaris tanpa cela.Mr. Felix, pria paruh baya berkebangsaan Prancis, tiba di Grand Aurora tepat pukul sebelas siang. Dia datang bersama dua asistennya, dan langsung disambut oleh Geral, Rosa, serta beberapa eksekutif manajemen.“It’s a pleasure to welcome you to Grand Aurora, Mr. Felix,” ujar Geral, menjabat tangan pria berambut kekuningan itu dengan senyum hangat.“Thank you. I’ve heard quite a lot about this place,” sahut Mr. Felix, matanya menelusuri sekeliling lobi utama dengan penuh minat.Tepat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status