Home / Rumah Tangga / I Love You, Gadis Tengil! / Bab 2 (Pernikahan Macam Apa Ini)

Share

Bab 2 (Pernikahan Macam Apa Ini)

Author: Rara MR
last update Last Updated: 2023-04-10 10:24:07

Sial, itulah kalimat yang cocok menggambarkan takdir yang dialami Hanan kini. Ia menangis tersedu-sedu, meskipun tahu, jika menangis sampai air mata kering tak akan mengubah segalanya. Namun, setidaknya membantu mengacaukan penampilan dirinya.

'Brengsek, sialan! Kenapa kesialan selalu mengikutiku? Tak bisakah aku bisa melakukan hal apa pun tanpa paksaan? Seperti anak gadis pada umumnya? Zaman sudah modern, tapi punya orang tua masih kuno. Bahkan yang menikah saling cinta saja bisa berujung perceraian, apalagi aku yang gak mencintai dia sama sekali? Tidak! aku sama sekali tak ingin menjadi janda di malam pertama, Tuhan!' batin Hanan.

Kini, Hanan yang pongah dan bersikeras menolak perjodohan dengan Naufal satu jam lalu akhirnya kalah. Ia duduk di depan meja rias, MUA sedang sibuk memoles wajah sendu dan mata sembab Hanan. Tubuhnya sudah dibalut kebaya putih.

"Mbak, jangan nangis terus. Masa pengantin mukanya sembab gitu," ucap sang MUA.

"Ini hari tersial seumur hidupku, asal Mbak tau saja, aku gak mau nikah sama calonku. Ini pernikahan paksa! Mbak tau gak? gimana rasanya menikah dengan cara dipaksa seperti ini? sangat menyakitkan, mereka semua jahat. Terutama mamaku, selalu egois dan ingin semua keinginannya dituruti olehku." Curhat Hanan.

"Gak papa diawali keterpaksaan, lalu terbiasa. Ucapan adalah doa, jangan ngomong begitu, Mbak. Aku doa kan semoga menjadi keluarga sakinah, mawaddah, warohmah."

Ah, enggan sekali Hanan menerima doa baik dari sang MUA. Andai ini bukan pernikahan paksaan, andai sang mempelai pria bukan Naufal, mungkin Hanan akan bahagia mendengarnya. Terlalu enggan dan berat untuk menjalani semuanya. Dunia memang tak berpihak pada Hanan.

"Mbak, kalau misalnya aku kabur sebelum ijab kabul gimana?" tanya Hanan.

Sang MUA terkejut mendengar ucapan Hanan yang menurutnya sangat konyol. "Mbak, istighfar, jangan ngomong gitu."

"Biar viral, kayak di televisi itu," ucap Hanan asal. Padahal ia sama sekali tak sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Sang MUA hanya mampu menggelengkan kepalanya. Lebih memilih diam saja, melanjutkan pekerjaannya. Toh, ia datang kemari untuk mengurus keperluan pengantin, bukan menjadi tempat curhat.

"Cantik, benar-benar sempurna. Kalau jarang pakai make up, sekali dipoles begini manglingin." Puji sang MUA ketika tugasnya selesai.

Tepat pukul sembilan pagi terdengar dari ruang tamu Naufal sedang melangsungkan ijab kabul, menyebut namanya. Jantung Hanan berdetak kencang. Apalagi ketika semua saksi berseru "sah". Tangis Hanan kembali pecah, bukan terharu, melainkan masih tak percaya dengan semua yang terjadi.

"Hanan, ayo keluar!" ajak sang mama, tersenyum manis, bahkan sangat manis pada putri satu-satunya. Tentu saja bahagia, karena keinginannya sudah terwujud.

Hanan malas menanggapi ucapan sang mama. Semua orang di sekelilingnya ternyata bahagia dengan derita yang kini dirasakannya.

"Cium tangan kanan suaminya, Nak," titah Syahreza ketika Hanan sudah duduk di samping Naufal.

Apa yang bisa dilakukan Hanan? Tentu saja menurut, tidak mungkin menolak, ia masih menggunakan akal sehatnya. Tidak mungkin mempermalukan keluarga besar Naufal, terumaz kedua orang tuanya.

"Gak nyangka kalau kita berjodoh." Naufal menggandeng tangan Hanan menuju pelaminan, tentu saja untuk menerima tamu undangan.

Hanan benar-benar tidak peduli anggapan tamu undangan tentang dirinya, yang sama sekali tidak tersenyum ketika para tamu menjabat tangannya. Toh, memang ia tidak bahagia dengan pernikahan itu.

"Anak Ibu benar-benar cantik, semoga bahagia." Amora naik ke atas pelaminan, memeluk tubuh Hanan dan memberikan sebuah kado.

"Jangan merasa menang, aku tak akan sudi kau menguasai harta papaku!" balas Hanan.

"Selamat ya, sayang, Papa pulang dulu. Berbahagialah bersama suamimu." Syahreza mencium pipi Hanan.

Enggan sekali berbasa-basi dengan beragam manusia. Hanan meletakan kado dari Amora begitu saja. Kini giliran kedua orang tua Naufal berpamitan.

"Sayang, kamu sekarang adalah putri Mami. Berbahagialah bersama Naufal, jika ada sifatnya yang tak mengenakkan hatimu, tolong dimaklumi. Dia sekarang milikmu, pastikan tetap ada untukmu." Pesan sang mami mertua. Tentu saja Hanan hanya mengangguk.

***

Acara telah usai, Hanan termenung di ujung ranjang. Ia tak peduli kemana perginya Naufal setelah berganti baju. Mengingat pertemuan tidak sengaja dengan Naufal yang sangat tidak meninggalkan kesan baik. Ditumpakan segelas capuccino dan berujung adu mulut.

"Jalan pakai mata dong!" bentak Hanan kala itu.

"Jalan pakai kaki, bego kok dipelihara!" balas Naufal kala itu.

"Amit-amit berjodoh sama orang kayak kamu!"

Miris, ternyata mereka benar-benar berjodoh. Bertemu kembali di pelaminan. Benar-benar mengesalkan.

Drt...drt...

Lamunan Hanan buyar ketika ponsel Naufal di atas nakas bergetar. Awalnya ia berusaha untuk acuh, namun rasa penasaran begitu menggebu-gebu.

[Selamat atas pernikahanmu, wahai sang pemilik hati]

Sebuah pesan singkat via W******p dari kontak yang tak diberi nama oleh Naufal, hanya emoticon hati yang retak. Eh, siapa dia?

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 49 (Diintrogasi Mertua)

    Hanan kikuk, terdiam seribu bahasa hingga memakan waktu satu jam. Ia hanya mampu menundukkan kepalanya. Bingung harus menjawab apa, padahal belum ada satu kalimat pun yang dilontarkan Ayana. Hanan benar-benar seperti tersangka, yang akan diintrogasi habis-habisan oleh penegak hukum. Wajahnya juga sudah pias, menahan rasa takut.Hanan dan Ayana hanya saling sikut sejak tadi. Ayana juga sepertinya sedang menguji kejujuran dari Hanan. Tidak ada niat untuk membuka percakapan lebih dulu. Apalagi Hanan, usai memberikan segelas jus jeruk dan menyajikan beberapa cemilan, Ia langsung terdiam dan duduk di samping Ayana. Hanan benar-benar meruntuki kebodohannya, sangat ceroboh. "Minuman nya gak bakalan abis sendiri, kalau cuman diliatin doang, Mi." Hanan takut-takut saat berusaha mengajak Ayana berbicara.Ya, saat mendengar Hanan marah-marah dan memaki Naufal, lalu ternyata yang menelepon adalah Ayana. Tidak perlu menunggu waktu lama, Ayana sudah berada di ambang pintu rumah. Lalu ke mana Naufa

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 48 (Sama-sama egois)

    Kejam, jahat, tega? Julukan apalagi yang akan disematkan untuk Hanan tadi malam? Hm, Hanan rasa ia tak peduli, tidak ambil pusing. Baginya itu masih wajar saja, jika dibandingkan dengan kejamnya mulut Naufal. Rela memakai dan memfitnah istri sendiri, tanpa mau bertanya lebih dulu. Seolah-olah Hanan tersangka yang tidak patut didengar suaranya.Ya, tadi malam Hanan memang sengaja dan tidak akan peduli lagi pada Naufal. Ia mengunci pintu kamar, agar Naufal tidak bisa masuk ke dalam. Hanan juga tidak memberikan selimut pada Naufal. Membiarkan suami yang hanya menyandang status saja itu meringkuk kedinginan. Ia juga berusaha menulikan pendengaran saat Naufal tadi malam memangil namanya."Hari bermalas-malasan!" gumam Hanan.Ya, Hanan memang mengambil cuti kerja untuk hari ini. Setelah menikah ia memang sangat gila kerja. Tidak pernah libur, lebih senang menghabiskan waktu di tempat kerja.Hanan sudah bangun sejak satu jam yang lalu. Namun, ia hanya berguling-guling di atas tempat tidur. P

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 47 (Ancaman Dari Hanan Untuk Naufal)

    Hanan tidak takut sama sekali dengan ancaman Naufal. Kalau perlu diingatkan lagi, Hanan tidak pernah lagi hidup damai dan tentram sejak perceraian kedua orang tuanya. Nenek lampir itu merusak kebahagiannya, Syahreza yang lebih percaya dan tidak mau mendengar sedikit saja kejujuran sang putri. Lalu Manda yang selalu egois, semua keinginannya harus dipenuhi.Ingat baik-baik dan camkan! Jadi, ancaman seperti itu sangat tidak berlaku untu Hanan. Ia menghentikan langkahnya bukan karena mengurungkan niat untuk pergi. Hanan sangat membenci, ketika memiliki masalah dengan orang lain, lalu disangkut pautkan pada Syahreza. Ia cukup mandiri sejak sini, mampu menyelesaikan masalah seorang diri."Kamu kira aku takut? Ancamanmu sama sekali gak berlaku buat aku, suami sampah!" cibir Hanan."Apakah kamu terlahir sebagai pembangkang?" tanya Naufal.Hanan mengepalkan tangan, padahal sejak tadi berusaha untuk tidak bertingkah brutal dan mengendalikan emosi. Naufal sepertinya memang sedang benar-benar me

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 46 (Pertengkaran)

    "SUDAH KUBILANG, NANTI DULU JIKA MAU BICARA. BIARKAN AKU MANDI SEBENTAR!" teriak Hanan. Hanan sudah bisa membaca suasana, pasti ada yang tidak beres. Akan ada pertengkaran antara dirinya dengan Naufal. Hati Hanan juga teramat sakit, saat mendengar kalimat sindiran yang diucapkan Naufal. Bukan berarti Hanan sedang berusaha mengelak, Ia juga penasaran. Namun, tubuhnya juga lelah, Ia harus membersihkan diri terlebih dahulu.Setelah dibentak oleh Hanan, Naufal langsung terdiam. Duduk menunggu di ruang keluarga, bersantai di atas sofa. Meskipun Hanan tahu, tatapan Naufal tak lepas dari gerak-gerik nya. Berusaha tenang dan mengontrol emosi, Hanan mandi juga terkesan buru-buru. Ia bahkan membiarkan kepalanya masih dibungkus handuk."Ada apa? Aku sudah siap untuk adu jotos denganmu!" ketus Hanan. Ia berdiri tak jauh dari Hanan duduk."Begitu sikapmu pada suami?" sindir Naufal.Hanan menatap sinis pada Naufal. "Berharap dianggap suami?""Jangan buat kesabaranku habis, Hanania Onella!" bentak

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 45 (Kemarahan Naufal)

    "Kerja saja dulu, gajian 'kan nanti sore kalau mau pulang." Hanan berlalu keluar dari ruangan. Jam kerja sudah dimulai. Efek kalimat dari Lyra ternyata memberikan pengaruh besar juga. Hanan terlihat lebih bersemangat sekali. Bahkan jam kerja yang biasanya terasa cepat sekali usai, kini berubah. Terasa begitu lambat, sesekali Hanan melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, disela-sela kesibukan melayani pengunjung."Kenapa gajian bisa bikin kita bahagia?" tanya Lyra."Karena bakalan dapat duit.""Pinter kamu, Hanan." "Gitu doang masa gak tau, terlalu bego namanya."Saat yang ditunggu akhirnya tiba juga. Dengan wajah sumringah Hanan dan Lyra keluar dari ruangan bos besar. Masing-masing menerima amplop hasil jerih payah selama satu bulan. Jam kerja telah usai. Hanan dan Lyra tentu saja berniat menyenangkan diri terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah."Kita makan bakso dulu, yuk!" ajak Lyra."Aku gak lapar, pulangnya aja gimana?" Lyra mengangguk tanda menyetujui

  • I Love You, Gadis Tengil!   Bab 44 (Sisi Keras Kepala Hanan)

    Ah, benar, hanya mimpi belaka. Bunga tidur yang biasa menemani saat sedang terlelap. Naufal sadar, kini ia bahkan sedang berusaha memeluk tubuh Hanan. Yang tentu saja keheranan dengan sikapnya. Pengaruh mimpi untuknya ternyata cukup besar. Hingga kini ia merasa begitu ketakutan akan kehilangan."Aku gak bisa napas, Naufal! Kamu mau bunuh aku, ha?!" Hanan akhirnya mengigit tangan Naufal yang memeluk erat tubuhnya."Aduh, Kamu ini nyeremin banget. Main gigit-gigit begitu," keluh Naufal. Mengelus tangan kanannya, ada bekas gigi Hanan."Bodo amat, lepasin gak?"Naufal memutuskan melepaskan pelukan, takut juga jika digigit kembali. Ternyata selain galak dan jutek, Hanan juga hobi mengigit.Hanan menendang tubuh Naufal agar menjauh. "Jangan modus, Gak mempan sama aku!""Iya deh, Iya. Makasih udah mau mengkhawatirkan aku."Hanan memilih abai, semenjak bangun tidur, Naufal sepertinya semakin aneh. Ia juga sebenarnya penasaran, mengapa bisa sampai Naufal mengigau menyebut namanya.'Manusia sat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status