Kairo cringe banget ya?? Ya namanya juga mafia ð
Amanda terus melipat bibirnya ke dalam mulut, berusaha untuk menahan senyum atau tawa yang hampir saja menyembur keluar.Sepanjang meeting, ia melihat Max seperti cacing kepanasan. Berulangkali lelaki itu melonggarkan dasi, menyugar rambut, bahkan menghembuskan napas keras. Sikap pimpinan The Golden Badges cabang Milan yang tidak seperti biasanya itu pun tak pelak membuat seluruh anggota yang mengikuti meeting terlihat bingung, namun tak ada satu pun yang berani bertanya kepadanya.Amanda tahu lelaki itu sedang bergairah. Hasrat yang Max keluarkan tadi di ruang kerjanya belumlah tuntas. Amanda hanya berharap semoga saja tidak ada yang menyadari sesuatu di antara mereka.Amanda mengerang dalam hati karena sejak tadi Max selalu mencuri-curi pandang ke arahnya. Aneh sekali. Sebelumnya pria ini begitu dingin dan seakan tak tersentuh, bahkan godaan Amanda pun tak pernah ia tanggapi. Tiba-tiba saja setelah mereka satu kali bercinta, Max pun berubah drastis seperti anak remaja yang kasmara
Hari telah beranjak sore, ketika Kairo tiba-tiba dihadang oleh tiga pria berbadan besar sekaligus. Yang membuat langkahnya yang hendak berjalan menuju ke minimarket untuk membeli air mineral pun seketika terhenti. Senyum smirk dan tatapan elangnya terhunus mengamati ketiga lelaki yang menatapnya penuh permusuhan. "1 on 1," ucap salah seorang dari mereka dengan wajah mengerut karena gusar, lalu melemparkan sebuah bola basket kepada Kairo. Dengan santai, Kairo menangkap bola itu sambil menaikkan satu alisnya. "Lagi?" Ucapnya dengan serigai mengejek yang disengaja. "Lalu jika kali ini aku menang SEKALI LAGI, apa yang bisa kau berikan, Laiv?" Lelaki bertampang sangar bernama Laiv itu pun tertawa kasar. "Kali ini kamu pasti kalah, Kairo! Ingat, jangan pernah kabur jika itu terjadi!" ancamnya dengan mata berkilat penuh emosi.Sebuah tawa mengejek terdengar serak membahana, membuat Laiv serta teman-temannya mengeratkan rahang mereka karena gusar. Jelas sekali Kairo sudah meremehkan kem
Sebenarnya, sejak tadi Kairo sengaja memposisikan dirinya dengan berdiri di dekat Amanda dan Laiv, tepatnya ketika melihat lelaki kurang ajar itu dengan wajah tanpa dosa mengalungkan tangannya di bahu Amanda. Ingin rasanya Kairo menarik kasar tangan itu lalu memukuli wajah Laiv dengam brutal, namun niatnya terpaksa diurungkan setelah melihat Amanda yang bergerak cepat memuntir pergelangan tangan lelaki tak sopan itu. 'Good job, Amanda,' batin Kairo sambil mengulum senyum melihat Laiv yang menjerit kesakitan. Dia memang pantas mendapatkannya. Apalagi setelah melihat betapa kasarnya lelaki itu memperlakukan Chiara, gadis mungil baik hati yang juga salah satu pacar Laiv. Cih. Hampir saja Kairo menarik kerah kaus si brengsek itu dan melayangkan bogem mentahnya ketika melihat Laiv mendorong kasar tubuh Chiara hingga jatuh terjerembab di atas aspal yang keras, namun lagi-lagi sikap Amanda yang tiba-tiba berdiri dan menyapa Laiv membuatnya terkejut. Kairo hanya bisa mengernyit b
"Jadi model?" Kairo terlihat bergidik ngeri, saat membayangkan dirinya yang harus berpose dan difoto di hadapan banyak orang, serta kamera blitz yang berkedip menerpanya. Seorang bos mafia kejam seperti dirinya yang tiba-tiba harus berpose untuk sebuah majalah, tak pelak membuatnya ingin tertawa pelan. Dia tidak merendahkan profesi model, hanya saja rasanya dirinya memang tak cocok berkutat di sana. Nira mengangguk antusias. "Bayarannya juga lumayan banget lho!" Nira masih bersikeras merayu Kairo yang tampaknya terlihat tidak tertarik. Amanda pun sontak memutar kedua bola matanya, saat mendengar Nira yang menawarkan sejumlah bayaran yang pasti nggak ada seujung kuku bagi Kairo. Dia kan CEO Daydream Technology, halooo!!! Dasar Nira blo'on! Tapi kalau dipikir-pikir ya si blo'on Nira nggak salah juga sih, karena Amanda pun juga awalnya mengira Kairo itu hanyalah pemuda labil yang hobinya bergonta-ganti pekerjaan! Kairo tersenyum minta maaf kepada Nira. "Terima kasih
Laiv hanya bisa menatap tajam dan penuh kecemburuan kepada Kairo yang sedang beraksi di depan kamera. 'Si anak baru itu benar-benar sialan! Kenapa keberuntungan selalu menyertainya? Setelah merebut semua perhatian para wanita di Distrik 9, kini dia malah menjadi model pengganti dan bisa berpose bersama si supermodel seksi itu?' Stronzo (bajingan)! Padahal ia juga tak kalah tampan dengan tubuh yang lebih berotot dibandingkan lelaki itu! "Pablo, Nic! Bersiaplah. Hari ini kita akan 'bermain' bersama Kairo," titah Laiv sambil menyeringai kepada kedua temannya yang berbadan sama besar dengan dirinya. Pablo dan Nic saling berpandangan untuk beberapa saat. Mereka paling tahu apa yang dimaksud dengan 'bermain' oleh Laiv. Yang pasti melibatkan penculikan dan sesuatu yang menyakitkan. Pablo mendehem pelan. "Laiv, bukankah kamu sudah berjanji kepada tua madre (ibumu) untuk tidak berbuat onar lagi?" Ucap lelaki itu hati-hati. Laiv melirik Pablo tajam. "Kalau begitu, jangan memberi tahu
"Kairoo!!! Aaarrghh brengseekk!! Turunkaan!!" Amanda masih saja berteriak dan meronta, dan Kairo masih tetap berjalan dan membopongnya di pundak dengan menulikan telinganya. Bahkan dengan jahilnya, lelaki itu juga menepuk bokong sintal Amanda sambil tergelak. Namun tiba-tiba saja langkah lebar Kairo pun terhenti, ketika tiga lelaki berbadan besar muncul dan menghadangnya dengan wajah yang beringas. "Laiv," dengus sinis Kairo dengan tatapan tajamnya yang terarah pada lelaki yang berada beberapa meter di depannya. Mereka kini telah berada di bagian luar taman, tepatnya di sisi jalanan yang cukup sepi dan dengan penerangan yang kurang memadai. Lokasi yang akan dihindari oleh gadis-gadis yang berjalan sendirian di tengah malam seperti ini, karena terlihat seperti tempat-tempat yang rawan akan kejahatan. Kairo pun segera menurunkan Amanda perlahan dari pundaknya tanpa melepaskan tatapan permusuhannya kepada Laiv. Amanda yang menyadari adanya situasi mencekam ini pun tak pe
"Aku mau bicara." Mendengar suara bariton itu, Amanda pun buru-buru melepaskan kukunya yang sejak tadi dia gigiti, lalu menatap Max yang baru saja memasuki apartemen dengan sorot mata yang nanar. Lelaki itu terlihat sangat dingin tak tersentuh. Dan juga marah. Sangat marah. Tentu saja dia marah! Max memergoki kekasihnya sendiri yang sedang bercumbu dengan lelaki lain di depan apartemen! Padahal malam ini Max memang sengaja ingin memberikan kejutan kepada Amanda dengan menyiapkan makan malam romantis di apartemen gadis itu. Sejak sore hari ia sudah berkutat di dapur Amanda, meramu berbagai bahan masakan dibantu oleh tutorial video memasak dari Youtube. Namun rasanya semua jerih payahnya sia-sia belaka, ketika kekasih yang ia nantikan kedatangannya ternyata malah asik berciuman dengan lelaki lain! Sejak kejadian penyerangan di rumah Harrison Davis yang mengakibatkan menghilangnya Amanda, diam-diam sebenarnya Max telah memasang GPS tracker di ponsel kekasihnya, sehingga ia pun
Amanda terbangun dengan tubuh yang masih polos tertutup selimut. Sisa-sisa pergumulan panasnya semalam bersama Max masih terasa membekas di sekujur tubuhnya, terutama perih dan panas di bagian bawah tubuhnya. Tidak, dia bukan perawan yang baru merasakan bercinta, namun gempuran Max semalam benar-benar kasar dan membuatnya meringis sakit. Amanda mendesah. Mungkin Max hanya ingin menghukumnya setelah semalam ia kepergok bersama Kairo. Wanita bersurai coklat panjang itu pun menghela napas dan menoleh ke samping tempat tidurnya. Kosong. Kemana Max? Apa dia sudah berangkat ke kantor? Amanda melirik jam dinding di atas pintu, dan mengernyit bingung ketika menyadari bahwa saat ini masih jam enam pagi--terlalu pagi bagi Max untuk berangkat kerja. Serta-merta Amanda menghirup aroma lezat yang menguar dari luar kamarnya, tepatnya dari arah dapur. Senyum manis pun seketika terkembang lebar di bibir penuh merah muda itu, sebelum akhirnya ia bangun dan berdiri dari tempat tidur tanpa s
Langkah Amanda terhenti di sebuah halte bis. Sejenak ia pun duduk sambil melepas penat karena berlarian entah berapa kilo meter dari kediaman Kairo. Wanita itu sama sekali tidak menyadari kalau dirinya telah menjadi pusat perhatian orang-orang di sana, yang mengenal dirinya sebagai seorang model Internasional ternama dari Asia. Bahkan beberapa orang laki-laki dan perempuan diam-diam memotret dirinya dan berguman lirih, "kawaii (cantik)!" Mereka tak pernah menyangka akan menyaksikan model terkenal itu mengenakan pakaian kimono Jepang bermotif bunga biru muda dan peach, lalu menyanggul rambutnya dengan model simpel berponi yang manis sehingga membuat semua terpukau melihatnya. Amanda kemudian berdiri, memutuskan untuk mulai mengaktifkan ponsel dan menelepon Daddy-nya. Satu kali, dua kali, tiga kali... dan hanya nada dering yang terus terdengar hingga sambungan telepon itu pun akhirnya terputus. Sekali lagi Amanda mencoba untuk menelepon, namun hasilnya tetap sama. Daddy tidak m
Di dalam ruangan yang mirip sel penjara dengan lampunya yang temaram itu, Sam masih setia menunggui Kairo yang sedang beristirahat. Posisi Tuannya itu sama sekali belum berubah sejak satu jam yang lalu, yaitu duduk di sebuah kursi besi yang ditempa dan menempel kuat di dinding, dengan borgol dan rantai yang membelenggu kedua tangan serta kakinya.Ketika kemudian pada akhirnya kelopak mata Kairo mulai bergerak-gerak perlahan, Sam pun mulai bersikap waspada. Tatapan dari mata sipit lelaki itu terus tertuju hanya kepada wajah Kairo.Terdengar erangan lirih dan umpatan pelan, sebelum akhirnya netra kelabu itu mengerjap-kerjap dan perlahan terbuka. "Sam?"Reaksi pertama lelaki itu adalah terkejut karena dipandangi dengan tajam oleh ajudannya, dan reaksi keduanya adalah berteriak gusar ketika menyadari bahwa tangan dan kakinya berada dalam belenggu.Dari kedua reaksi tersebut, Sam pun bisa menarik kesimpulan bahwa kepribadian yang sedang ia hadapi sekarang ini adalah Phoenix Knight."LE
Amanda merasa jauh lebih segar ketika telah mandi dan berpakaian. Tadi sebelumnya, seorang maid dengan busana kimono khas Jepang masuk ke dalam kamarnya untuk memberikan sebuah gaun santai sebatas lutut lengan pendek berwarna fuschia, yang terlihat sangat indah ketika berpadu dengan warna kulitnya yang keemasan.Maid itu juga menawarkan untuk memandikan Amanda seperti layaknya putri-putri Jepang kuno jaman dahulu yang dimandikan dayang-dayangnya, namun wanita itu menolaknya. Ia lebih suka privasi, dan merasa aneh jika banyak tangan asing menyentuh tubuhnya.Selesai mandi, Amanda bermaksud mencari Kairo terlebih dahulu sebelum menelepon Daddy. Namun ketika ia keluar dari kamar, Amanda bertemu Monica dengan mata biru safirnya yang melotot lebar melihat dirinya."Apa yang kau lakukan di kamar Kairo??!" Bentak wanita pirang itu dengan ekspresi geram. Amanda tersenyum manis. "Hmm... kira-kira apa yang dilakukan seorang wanita di kamar pria??" Ia balik bertanya. Lalu ia pun mendekati w
Mungkin karena malam sebelumnya Amanda tidak bisa tidur dengan nyenyak, maka wanita itu masih terus terlelap dalam dekapan Kairo. Hingga mobil yang membawa mereka pun akhirnya sampai di rumah kediaman yang luas bergaya Jepang kuno itu.Kairo tidak ingin membangunkan Amanda, maka ia menggendongnya langsung menuju kamar utama dibantu oleh maid yang membukakan pintu geser untuk Kairo dan Nona Muda yang berada dalam dekapannya.Sam mengetuk pelan pintu kamar Kairo, dan segera masuk setelah mendengar suara Tuannya. Ia membawakan sebuah map hitam dan meletakkannya di atas meja. Tatapan lelaki itu kemudian beralih kepada Tuannya yang sedari tadi terdiam tak bergeming memandangi Nona Amanda dengan tatapan penuh sejuta makna.Seketika kecemasan pun melanda lelaki bermata sipit tersebut."Tuan, sebaiknya Anda berhati-hati. Jangan sampai--""Aku mengerti, Sam," potong Kairo tanpa melepaskan pandangannya sedetik pun dari bidadari yang sedang terbaring dengan nyenyak di ranjang. Bahkan saat tid
Queen termenung mendengar perkataan Kairo yang menyebut dirinya dengan panggilan "Nyonya". Sangat menyedihkan ketika setelah beberapa tahun akhirnya mereka bisa bertemu, tapi putra kandung sendiri masih tidak ingin mengakui dirimu sebagai ibunya. Queen pun mendesah dalam hati. Ia tak bisa memaksakan kehendak dengan meminta Kairo memanggilnya dengan sebutan "Bunda", karena Kairo dan Kaivan memiliki sifat keras kepala yang sama, yang diturunkan dari Damian almarhum Ayah mereka. Keterdiaman Queen membuat Kairo kembali berkata, "kalau begitu aku akan menyusul Amanda ke dalam dan langsung membawanya pergi dari rumah ini. Sekali lagi tolong bantu saya, Nyonya. Beri pengertian untuk putra Anda agar tidak mengganggu Amanda lagi." Lalu dengan langkah tegas, Kairo berjalan masuk ke dalam rumah untuk mencari keberadaan Amanda. Hatinya tak tenang membayangkan apa saja yang dilakukan Kaivan kepada kekasihnya itu. Dan langkahnya pun terhenti ketika melihat Amanda dan Kaivan yang duduk salin
Amanda tertegun ketika melihat Queen yang telah berdiri di pintu masuk. Karena keributan antara Kairo dan Kaivan, mereka semua sepertinya tidak ada yang menyadari suara mobil wanita itu yang masuk dan terparkir di depan rumah. "B-Bunda?!" Amanda mengeluarkan suara gugup. Ia benar-benar tidak menyangka kalau wanita itu telah pulang dan melihat semuanya! Wanita paruh baya yang sangat Amanda sayangi, yang menjadi alasan terkuatnya untuk menerima lamaran Kaivan. Kaki Queen perlahan bergerak. Sejenak Amanda mengira kalau wanita itu akan menghampiri Kaivan yang babak belur, namun ternyata perkiraannya salah. Queen mendatangi Kairo, dan berhenti ketika jarak di antara mereka tersisa dua langkah. Kedua netra yang sama-sama berwarna kelabu itu pun saling bertatapan. "Kamu masih hidup, Nak? Ini bukan mimpi, kan?" Ucap pelan Queen dengan mata yang semakin berkaca-kaca. Kedua tangannya terulur untuk memegang lengan Kairo dan mengelusnya lembut, seakan sedang memastikan bahwa sosok yang
Perkelahian itu sangat tidak seimbang. Kairo tentu saja jauh lebih unggul dari Kaivan, karena memiliki banyak pengalaman bertarung hampir seluruh hidupnya.Kedua lelaki dengan wajah serupa dan tubuh yang sama-sama atletis serta otot-otot tubuh yang menonjol itu saling berbaku hantam di ruang tamu, disaksikan oleh Amanda dan Sam serta tiga orang maid yang kembali datang karena mendengar suara-suara berisik. "Sam! Jangan diam saja, lerai mereka!" Jerit Amanda ketika melihat Kaivan yang sudah kewalahan dan terluka melawan Kairo yang beringas.Sam menggeleng pelan penuh penyesalan. "Saya masih sayang nyawa, Nona. Tuan Kairo bisa mencincang saya kalau berani menghalangi beliau untuk menghajar tunangan Anda. Maaf."Amanda membelalakkan mata tak percaya dengan ucapan Sam itu. Pasti dia mengada-ada! "Baik! Kalau kau tidak mau melerai mereka, maka aku yang akan melakukannya!" Sergah Amanda kesal."KAIRO! STOP!" Amanda menjerit sekuat yang ia bisa, antara frustasi dan cemas melihat Kaivan ya
Keterdiaman Amanda membuat Kaivan semakin kesal. Dalam bayangan liarnya, Amanda dan Kairo pasti telah berselingkuh di belakangnya! Lelaki itu lalu mencengkram lengan atas tunangannya. "Itu benar kan? Semalam kau tidur dengan Kairo?!" Amanda menggeleng pelan. "Aku tidak melakukan itu, Kaivan. Sungguh." "Lalu dimana saja kamu semalaman?!" Guncangan frustasi Kaivan di lengan Amanda membuat wanita itu seketika merasa bersalah, tapi ia memilih untuk berkata jujur karena Kaivan memang pantas mendapatkannya, meskipun mungkin akan menyakitkan. "Aku di rumah... Kairo." Kaivan menajamkan sorot mata pekatnya kepada Amanda. "Jadi semalaman kamu bersamanya, dan kalian tidak melakukan apa-apa?! Apa kamu berharap aku akan percaya semua omong kosong itu??" Amanda kembali menggeleng. "Tapi aku dan Kairo sungguh tidak melakukannya..." "Baik. Anggap aku percaya kalau kalian tidak tidur bersama. Tapi apakah dia menciiummu??" Kali ini Amanda tak bisa mengelak, karena ekspresinya tidak bisa be
Amanda tidak mengindahkan larangan Nicholas untuk tidak mendatangi rumah mereka di Gaienmae yang telah habis terbakar api. Wanita itu hanya ingin memastikan bahwa semua maid di sana baik-baik saja, dan mencari dokumen berharga yang mungkin masih bisa diselamatkan.Sesampainya di sana di pagi harinya, Amanda merasa lega karena kebakaran itu tidak menimbulkan korban jiwa, namun sangat terkejut ketika salah seorang maid wanita paruh baya membisikkan sesuatu kepadanya."Yakuza," ucapnya lirih di telinga Amanda. Matanya yang menyorotkan ketakutan berputar cemas kesana kemari. Amanda mengalihkan tatapannya ke arah rumah mewah tiga lantai yang kini telah menghitam dilahap sang jago merah. Rasanya percuma berharap ada dokumen yang bisa diselamatkan melihat kondisi bangunan yang semengenaskan itu. Semua orang bisa selamat saja sudah sangat bersyukur.Amanda memalingkan wajahnya kembali kepada maid yang tadi membisikkan kata 'Yakuza' di telinganya, namun ternyata wanita itu sudah tidak ter