Share

I Love You My Secret Daddy
I Love You My Secret Daddy
Penulis: Dianning

Sugar Baby

Di sebuah ruangan kamar berukuran sangat luas dengan segala furniture lengkap berkualitas tinggi yang menghiasi kamar berukuran 10 meter yang merupakan ruangan pribadi dari seorang gadis berusia 12 tahun, yang tak lain adalah Aisyahzaara Bellova yang sedang duduk bersimpuh di lantai dengan posisi menekuk lutut dan membenamkan wajahnya di antara kedua pahanya.

Zaara tidak berhenti menangis di dalam kamar saat sang papa memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang wanita muda nan cantik yang lebih pantas menjadi tantenya setelah mamanya meninggal 1 bulan yang lalu. Suara dari papanya yang baru saja mengucapkan Ijab Qabul bisa didengarnya dari ruangan kamarnya.

Tentu saja ia bisa menilai sosok wanita yang akan menjadi ibu tirinya adalah wanita yang terlihat jelas tidak menyukainya dan berpura-pura bersikap manis di depannya. Wajahnya yang sudah dirias oleh para MUA sudah berantakan karena bulir air matanya sudah memenuhi wajahnya. Dengan tubuh bergetar dan masih sesenggukan, Zaara mengungkapkan kesedihannya.

"Papa sangat jahat. Baru 1 bulan Mama meninggal, tapi Papa sudah menikah lagi dengan wanita ular yang pasti akan membuat hidupku bagaikan di neraka seperti cerita di Tv. Mama, bawa aku bersamamu Ma," isak Zaara dengan menangis tersedu-sedu. "Zaara takut pada wanita jahat itu. Kenapa Mama meninggal tidak mengajak aku. Kenapa Mama meninggalkan aku selamanya. Bagaimana nasib Zaara tanpa Mama."

Zaara tidak berhenti menangis terisak dengan air mata yang mulai menganak sungai di gaun indahnya yang berwarna putih. Suara tangisannya mulai memenuhi ruangan kamar. Belum puas ia menangis, suara ketukan pintu terdengar di telinganya. Ia menoleh ke arah pintu yang terbuka. Tak lama kemudian, bisa dilihatnya sang papa berjalan masuk ke dalam kamar bersama dengan wanita yang memakai kebaya pengantin tengah menatapnya dengan tatapan sinis.

"Putriku, kenapa menangis di sini, Sayang? Jangan membuat Papa sedih dengan kamu mengurung diri dan menangis di dalam kamar! Ayo, sapa Mamamu! Dia yang akan menjadi Mama barumu dan menyayangimu seperti Mamamu yang telah meninggal," ucap Cakra Baihaqi seraya mengusap lembut rambut panjang putrinya.

Cakra beralih menatap ke arah wanita yang baru saja dinikahinya, "Sayang, ajak bicara putriku dan anggap dia seperti putri kandungmu sendiri. Aku akan membiarkan kalian berdua berbicara berdua dari hati ke hati sebagai Ibu dan anak."

"Iya Mas, aku akan berbicara pada Zaara. Mas tenang saja, aku sudah menganggap putri Mas seperti putriku sendiri," ujar Rini Andriani dengan menampilkan senyuman manisnya. "Astaga, aku sangat mual dengan kata-kataku sendiri," batin Rini.

Tatapan penuh kebencian diarahkan Zaara saat melihat tatapan sinis dari wanita yang dinikahi oleh papanya. Karena merasa sangat kesal, ia mendorong tubuh wanita yang berstatus sebagai mama tirinya. "Aku membencimu, jangan mendekatiku!" teriak Zaara dengan tatapan tajam.

Sontak saja dorongan kuat dari gadis berusia 12 tahun itu membuat Rini jatuh menghempas lantai.

   "Aaaaaaarrrggghhh ...."

Cakra Baihaqi yang baru saja hampir keluar dari ruangan kamar putrinya itu langsung menoleh ke arah sumber suara kesakitan dan melihat wanita cantik yang baru saja dinikahinya itu jatuh terduduk di lantai. Sontak ia langsung berlari ke arah sang istri dan bisa melihat kilat amarah dari putrinya yang berdiri menjulang di depan wanita yang meringis kesakitan itu. "Zaara! Jaga sikapmu pada Mamamu!" teriak Cakra dengan suara baritonnya dan langsung menolong istrinya. "Kamu tidak apa-apa, Sayang?"

Rini menggelengkan kepalanya dan mulai menjawab pertanyaan dari pria yang baru saja menikahinya. "Aku tidak apa-apa Mas, tidak perlu mengkhawatirkan aku. Biarkan aku bicara berdua dengan Zaara. Mas tolong keluar sebentar!"

Melihat akting dari wanita yang sangat dibencinya, membuat Zaara langsung berteriak dengan keras. "Wanita jahat ini bukan Mama Zaara. Zaara tidak mau punya Mama tiri, dia sangat jahat Pa."

Merasa sangat kesal atas ulah putrinya yang menurutnya sangat nakal, membuat Cakra langsung mengarahkan tangannya hendak menampar putrinya yang menurutnya tidak mempunyai sopan santun pada orang yang lebih tua. Namun, tangannya dipegang oleh sang istri.

"Jangan Mas! Zaara masih kecil, jadi belum mengerti apa-apa. Mas keluar saja! Karena Mas sedang dikuasai oleh emosi. Biar aku yang mencoba berbicara pada Zaara." Rini mencoba meyakinkan suaminya yang masih dikuasai oleh amarah.

"Baiklah, kamu ajari putriku yang nakal ini! Karena dulu mamanya sangat memanjakannya, jadi dia menjadi anak yang nakal. Aku serahkan putriku padamu," ucap Cakra seraya menepuk pundak wanita berparas cantik itu.

Rini menganggukkan kepalanya dan mulai menjawab perkataan dari suaminya. "Iya Mas, serahkan saja padaku."

"Jangan tinggalkan aku bersama wanita jahat ini, Pa! Dia akan menyakitiku," teriak Zaara mengharap papanya tidak meninggalkannya. Namun, teriakannya sama sekali tidak diperdulikan oleh papanya yang terlihat sudah menutup pintu. "Papa jahat," teriak Zaara yang beralih menatap tajam ke arah wanita yang sudah berdiri menjulang didepannya dan menatapnya dengan tatapan tajam.

Rini langsung tertawa sinis saat menatap gadis kecil yang tengah mengarahkan tatapan penuh kebencian padanya. "Papamu tidak akan menolongmu gadis kecil, karena Papamu sangat mencintaiku. Dia tidak akan memperdulikanmu lagi, jadi kamu harus sadar diri."

"Aaaaaaarrrggghhh ...." Zaara meringis kesakitan saat rambut panjangnya ditarik ke belakang oleh mama tirinya yang mengarahkan tatapan menakutkan.

"Jaga sikapmu padaku, anak kecil! Jika tidak, aku akan membuat papamu membuangmu di panti asuhan," hardik Rini yang semakin menjambak rambut dari gadis kecil yang sudah berkaca-kaca di depannya.

"Kau memang wanita jahat. Lepaskan tanganmu dari rambutku! Arrrggghhh ...." Zaara merasakan rambutnya yang semakin ditarik oleh mama tirinya, membuatnya meringis kesakitan. Hingga bulir bening membasahi wajahnya saat merasakan sakit yang sangat luar biasa pada kepalanya.

"Sudah aku bilang jangan melawanku! Atau kamu benar-benar ingin aku melemparmu ke jalanan? Dasar gadis nakal, jika kamu sampai berani melawanku, aku benar-benar akan membuatmu berakhir tidur di kolong jembatan. Kalau kamu tidak percaya, kamu coba saja!"

Rini melepaskan tangannya dari rambut panjang gadis kecil yang masih meringis kesakitan itu. Bisa dilihatnya bahwa anak perempuan itu tidak menangis atau pun berteriak saat disakiti. Lalu, ia pergi begitu saja setelah tangannya mendorong gadis kecil itu hingga jatuh terhempas ke lantai.

Zaara meringis menahan sakit tanpa mengeluarkan suaranya. Tatapan penuh kebencian tampak dari manik bening miliknya. Begitu pintu kamarnya tertutup dan siluet dari mama tirinya hilang di balik pintu, bulir bening mulai lolos dari bola matanya. Karena tidak ingin ada yang mendengar suara tangisannya, ia menangis dengan posisi tangan membekap mulutnya dan tubuhnya sesekali bergetar.

"Mama, Zaara rindu Mama. Ajak Zaara pergi Ma. Papa sudah masuk dalam jebakan wanita jahat itu. Apa yang harus Zaara lakukan?" batin Zaara dengan penuh linangan air mata di wajah sembabnya.

******

🍃 5 tahun kemudian 🍃

Di sebuah SMA Negeri, terlihat para siswa-siswi tengah bersorak-sorai saat melihat pertandingan basket antara para siswa kelas XII dengan siswa kelas XI. Para murid perempuan terlihat asyik bersorak memberikan semangat pada idolanya masing-masing, karena yang bertanding adalah para cowok-cowok populer di sekolah.

Pemandangan itu tidak berlaku pada Aisyahzaara Belova, gadis berparas cantik dengan mata bulat dilengkapi bulu mata lentik dan hidung mancung serta bibir tipisnya. Ia berada di barisan paling belakang dan tengah fokus bermain game di ponselnya tanpa melihat pertandingan bola basket yang menurutnya sangat membosankan.

Nina lestari yang duduk di sebelah sahabat baiknya itu hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah dari Zaara. "Hei Zaara, sebenarnya apa yang ada di otakmu ini," ucap Nina seraya mengarahkan jarinya di kening sahabatnya.

Refleks Zaara langsung mengalihkan pandangannya dari ponselnya untuk menatap sahabat karibnya semenjak dari SMP hingga SMA. "Maksudmu apa?"

"Tuh ... banyak cowok-cowok keren yang terlihat maskulin saat bertanding basket. Akan tetapi, kamu sama sekali tidak melihat mereka dari tadi. Malah asyik menatap ke arah ponsel tidak pentingmu itu."

"Bukankah tadi aku sudah bilang tidak ingin menonton para anak mama itu, tapi kamu memaksaku tadi. Menyebalkan," ujar Zaara yang bangkit dari kursi.

"Ya ampun Zaara, cowok-cowok keren di sekolah malah kamu bilang para anak mama. Bahkan kamu diincar oleh ketua OSIS, tapi tidak kamu tanggapi. Kalau aku jadi kamu, sudah pasti aku akan langsung menerimanya. Kamu mau kemana?" tanya Nina seraya ikut berdiri.

"Aku mau cari Om-om ganteng yang bisa memberikan aku kasih sayang," ucap Zaara sambil terkekeh.

"Astaga, ngomong apa sih kamu Zaara. Kamu lagi kesambet ya?" Mengarahkan tangannya ke kening sahabatnya dan beralih ke keningnya sendiri. "Nggak panas, tapi kenapa kamu seperti orang yang tidak waras."

"Sialan," ujar Zaara seraya mencubit hidung Nina. "Aku waras dan sangat baik, tapi hatiku yang tidak baik. Kamu tahu sendiri kan alasannya."

"Iya, aku tahu Zaara. Kamu bisa melewatinya selama 5 tahun ini. Jadi, kamu harus semakin kuat dan buat siluman ular betina itu merasakan apa yang kamu rasakan. Kamu harus melawannya!"

"Aku sama sekali tidak pernah memperdulikan dia mau berbuat apa, aku hanya ingin bersenang-senang," jawab Zaara.

"Bersenang-senang? Kalau begitu kita jalan-jalan ke Mall yuk!" ajak Nina dengan sangat bersemangat.

"Aku ingin menjadi sugar baby pria dewasa yang tampan dan kaya raya," ucap Zaara dengan tatapan penuh keseriusan. Kemudian ia melanjutkan perkataannya. "Bukankah wajahku sangat memenuhi syarat untuk menjadi sugar baby?"

"Apa, Sugar Baby? Wah ... sepertinya otakmu sudah bergeser dari tempatnya. Gila," ucap Nina seraya menepuk lengan sahabatnya.

"Aku memang sudah gila 5 tahun yang lalu, jadi jangan heran. Dimana aku bisa mencari Om-om yang membutuhkan sugar baby ya? Kira-kira siapa yang bisa membantuku?" tanya Zaara ke arah sahabatnya.

"Astaga, mana aku tahu, Zaara. Secara kan aku bukan sugar baby. Kamu benar-benar sudah gila Zaara, jangan sampai hidupmu lebih menderita setelah menjadi simpanan om-om. Pikirkan baik-baik, oke!" rayu Nina pada sahabatnya. Berharap sahabat baiknya itu tidak terjerumus ke hal-hal negatif.

"Aku sudah kenyang menderita. Jadi, jangan menasehatiku!" Tanpa memperdulikan petuah dari sahabat baiknya, Zaara berjalan meninggalkan area lapangan basket. 

TBC ...

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Puput Gendis
miris kasian zaara
goodnovel comment avatar
eddy hadarian
Ibu tiri hanya cinta kepada pp ku saja
goodnovel comment avatar
Teman pencerita
papanya ngeselin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status