Share

SURPRISE IN THE MORNING

Bab Lima: Surprise in the morning.

Apa yang dikhawatirkan Ashley nanti ketika dirinya harus berpura-pura menjadi pasangan Noel di acara pernikahan sepupu bosnya itu. Apakah dia takut ketahuan? Mungkin saja. Karena sejauh ini berada di samping Noel sudah seperti memang dirinya menjadi pasangan lelaki itu meski statusnya adalah rekan kerja.

Bukan hanya itu, Ashley yakin kalau ini sangat berbeda saat bekerja. Dia akan merasa canggung dan merasa kalau ini bukanlah hal yang bagus untuk dilanjutkan. Tapi, bagaimana bisa dia menolak Porsche idamannya? Dia bahkan pernah berandai-andai menjadi wanita paling keren di Big Bang ketika berangkat kerja dengan mobil hebat itu. Dia akan sengaja turun di depan pintu masuk loby dan membiarkan security untuk memarkir mobilnya atau bisa juga dia tak akan membiarkan siapapun menyentuh Lady Porsche miliknya. Hm, bahkan di saat mobil itu belum menjadi salah satu barang mewah miliknya, Ashley sudah memberikan nama pada mobil putih itu.

“Oke! Mari berpikir jernih, Ash. Dia memintamu untuk menjadi pasangannya dalam beberapa hari saja. Tidak mungkin Noel menunjuk dirimu kalau bukan karena pertimbangan yang masak. Dia pasti sudah bisa menebak akan seperti apa nantinya. Mungkin karena aku yang sudah kenal betul bagaimana dia sehingga kalau ada pertanyaan mendadak dari keluarganya, akan dengan mudah kujawab,” monolog Ashley sambil mondar mandir di dalam kamarnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul tiga dini hari dan Ashley belum bisa menutup matanya untuk tertidur. Meski sudah diberikan waktu seminggu oleh Noel, tetap saja dia akan kepikiran dan tidak tenang sebelum memutuskan hasil akhirnya.

Ashley menggigit ujung kukunya. Ia lalu duduk di atas tempat tidur dan meraih HP yang tiba-tiba saja bergetar. Sebuah panggilan masuk dan tentu saja dari bosnya.

“Kenapa dia menelponku selarut ini? Apalagi yang dia inginkan?” gerutu Ashley. Ia meletakkan HP kembali ke atas bantal dan pura-pura tidak peduli pada panggilan itu.

Beruntungnya hanya satu panggilan tak terjawab, sehingga membuat Ashley tidak perlu cemas ada apakah gerangan yang telah terjadi pada bosnya.

“Huh! Lebih baik aku tidur dan kembali memikirkan ini besok. Sepertinya dua atau tiga jam lumayan cukup untukku terlelap daripada tidak tidur sama sekali,” gumam Ashley akhirnya lalu merebahkan kepalanya di atas bantal empuk. Ia mencoba memejamkan mata sekali lagi. Tak ingin kalau nanti di kantor akan ada kesalahan hanya karena dia yang sangat mengantuk.

*

Pip, pip, pip, pip. Suara alarm dari gawai milik Ashley berbunyi. Dengan mata yang sangat berat, ia berusaha membuka dan melihat jam berapa sekarang. Setengah tujuh pagi. Ashley langsung mengerang pelan dan rasanya baru lima menit ia tertidur.

Dengan rasa malas yang sangat besar melebihi planet Jupiter, Ashley tidak ada pilihan lain kecuali bangun dan kembali bekerja seperti biasa. Meski ingin rasanya ia kembali melanjutkan tidur sampai siang hari. Namun, tak mungkin dia melakukan itu karena dia masih membutuhkan pekerjaan di Big Bang.

“Ayo bangun, Ash … jangan malas,” bujuknya pada diri sendiri sambil berjalan menuju kamar mandi. Otaknya masih belum bisa berpikir jernih sekarang karena rasa kantuk yang hebat.

*

Hanya butuh waktu 20 menit untuk Ashley siap semuanya. Meski masih mengantuk, dia bisa mengatasi hal itu ketika dirinya selesai mandi. Setidaknya dia merasa segar sekarang. Setelah memasang blazer cokelat muda dan memeriksa kembali isi tasnya, ia langsung keluar kamar.

Akan tetapi, baru saja dia menutup pintu kamar, wangi yang begitu sedap menyeruak ke indera penciumannya. Ia menghidu dalam-dalam aroma telur dadar yang sedang digoreng itu. Dengan kening mengernyit, buru-buru Ashley berjalan menuju dapur untuk memastikan apakah penciumannya tidak salah atau ternyata itu hanya delusinya.

Ashley sudah berada di ambang pintu masuk ke arah dapur dan alangkah terkejutnya saat ia melihat punggung lelaki yang kekar, mengenakan kaos putih yang bisa mencetak bagian belakang yang begitu seksi itu. Tidak perlu bertanya siapa orangnya, Ashley sudah mengenal betul siapa pemilik badan atletis tersebut.

“Pak Noel?!” serunya kaget.

Mendengar namanya disebut, Noel segera menoleh dan tersenyum begitu charming hingga membuat Ashley hampir saja terlena dengan ketampanan lelaki yang mengaku dirinya masih single itu.

Bonjour!” sapa Noel penuh semangat.

“A-apa yang anda lakukan di rumah saya? Bagaimana anda bisa masuk? Padahal saya‒” Ashley menggantung kalimatnya. Ia segera menggigit bibir bawahnya dan mengutuk dirinya sendiri. Dia pasti lupa mengunci pintu belakang.

“Anda masuk dari sana?” tanya Ashley menunjuk salah satu pintu yang tak jauh dari mereka.

Noel menoleh ke arah pintu itu dan mengangguk tanpa dosa. “Mau sandwich?” tawarnya santai.

Ashley mendengus. Ia tak percaya kalau Noel sudah menyusup ke rumahnya dan setelah ketangkap basah, lelaki itu sama sekali tidak meminta maaf.

“Jam berapa anda masuk ke rumah saya, Pak?” tanya Ashley masih tidak terima.

“Jam tiga,” jawab lelaki itu singkat sembari menyusun roti, daun selada, tomat, mentium, telur dadar dan terakhir ham, kemudian kembali menutup bagian atasnya dengan roti lagi. “Selesai!” serunya bangga.

Ashley hanya bisa memijat keningnya. Pagi ini dia merasa sudah diserang migrain karena dua hal yaitu karena kurang tidur dan kehadiran seorang tamu penting yang tak diundang sama sekali. Terlebih tamu tersebut sudah membuat sarapan untuknya.

Wait! Kalau anda masuk jam tiga subuh, lalu dimana anda tidur tadi malam?” tanya Ashley baru sadar.

Noel hanya menyengir dan menjawab, “Ruang tamu.”

“Oh, gosh!” Ashley tak memiliki kalimat apapun lagi. Ia langsung duduk di kursi dan membiarkan bosnya sendiri melayani dirinya untuk sarapan. Tidak peduli bagaimana status mereka di tempat kerja, yang penting saat di sini Ashley adalah pemilik rumah dan Noel hanya seorang tamu yang baik hati sekaligus menyebalkan.

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status