Share

I See U in the Past
I See U in the Past
Penulis: Dian Dipa Pratiwi

Remind

Ailisha tiba-tiba terbangun dari tidurnya malam itu. Seluruh tubuhnya basah karena keringat, wajahnya juga terlihat pucat, bahkan tangannya turut bergetar hebat pada saat itu. Ia meringkuk ketakutan sambil memeluk kedua kakinya. Gadis itu terlihat sedang berusaha keras untuk menenangkan dirinya. Tak ada seorangpun yang bisa membantunya saat ini, di situasi semacam ini. Karena gadis ini memang hanya tinggal sendirian di kamar kost nya.

  Ailisha memikirkan tentang kejadian aneh yang tergambar dengan jelas pada mimpinya barusan. Entah hal buruk macam apa yang ia lihat di sana, sehingga ia terlihat mati ketakutan seperti ini. Ketika yakin telah bisa mengambil kendali atas dirinya secara seutuhnya, Ailisha memberanikan diri untuk kembali menyelami alam bawah sadarnya. Ia terlihat sedang berusaha keras untuk mengingat beberapa potongan peristiwa-peristiwa yang tersisa di dalam kepalanya, kemudian merangkainya menjadi sebuah cerita yang utuh.

“Bagaimana bisa aku memimpikannya lagi?” keluh gadis itu sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

“Terakhir kali aku meilhatnya berada di mimpiku, satu hari sebelum hari kelulusan mereka,” ungkapnya.

“Ayolah! Aku bahkan sekarang sudah tak pernah memikirkannya sedikitpun. Semua hal yang berkaitan dengan pria itu juga sudah tak pernah terlintas lagi di dalam kepalaku, lalu mengapa semua ini masih terjadi?” celotehnya kesal.

“Aku sudah terlalu sibuk sekarang, dia juga pasti sedang berada di fase yang sama seperti diriku,” lanjutnya.

  Malam ini, entah kenapa semuanya terjadi tanpa alasan yang jelas. Cukup membingungkan untuk dipikirkan. Sedikit terasa tak masuk akal, tapi rasanya cukup mungkin untuk terjadi. Selalu ada sisi lain yang tak pernah terpikirkan oleh manusia di muka bumi ini sebelumnya. Keajaiban atau hal lain semacamnya bisa saja terjadi di dalam kehidupan nyata.

  Ailisha dibuat terkejut setengah mati oleh mimpinya barusan. Ia tak tahu apa yang salah dengan dirinya ini. Gadis ini memimpikan pria itu lagi, setelah cukup lama tak seperti itu. Sosok Shevandra Alegra kembali menyapanya lewat dimensi lain. Sebuah tempat tak nyata, namun memang benar adanya. Biasanya dulu setiap kali Ailisha memimpikan pria itu, maka dalam waktu dekat mereka pasti akan bertemu. Entah sebuah kebetulan yang terlalu kebetulan atau bagaimana, Ailisha tak pernah mengerti soal hal itu. Yang jelas tafsiran mimpinya tak pernah meleset sedikitpun.

  Tapi sekarang rasanya mimpi itu akan salah total, karena pada kenyataannya itu semua terdengar mustahil. Mustahil bagi mereka berdua untuk saling bertemu lagi tanpa disengaja. Kedua insan itu sudah tak lagi berada di kota yang sama, tempat dimana cerita mereka berdua dimulai. Ailisha sekarang menjadi mahasiswa rantau di Kota Yogyakarta dan entah bagaimana dengan Shevandra. Ailisha sudah kehilangan kontak pria ini sejak ia lulus dari SMA. Beberapa sosial media miliknya juga diyakini telah tidak aktif lagi. Itu semua terbukti dari beberapa kiriman terakhir di media sosialnya yang tertera diunggah pada 2 tahun lalu. 

  Sebenarnya Ailisha masih sangat berharap agar mimpinya barusan dapat menuntunnya ke tempat pria itu berada sekarang. Ia juga sangat memohon agar takdir bisa memberinya kesempatan satu kali lagi. Ia tak memiliki hal lain yang bisa diandalkan, apalagi untuk diharapkan. Jika memang masih diberikan kesempatan, tentu saja ia akan sangat senang. Namun, jika tidak diberi juga tidak apa. Karena tak semua hal bisa dipaksakan. Tak semua rencana akan selalu berjalan mulus. Tuhan juga punya rencana yang belum tentu selaras dengan keinginan kita.

  Gadis itu melirik sekilas ke arah jam dinding yang tergantung di sudut kamarnya. Ternyata benda bundar itu sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Ailisha bingung untuk kembali melanjutkan tidurnya, atau tetap terjaga hingga matahari keluar dari sangkarnya. Kuliah masih akan dimulai sekitar tiga jam lagi. Tanpa pikir panjang lagi, gadis itu memutuskan untuk berkutat dengan ponsel genggamnya itu. Seperti kebanyakan anak muda pada umumnya yang betah berjam-jam menatap layar ponselnya, Ailisha juga demikian. Jari telunjuknya bergulir dengan lincah di atas layar posel miliknya. Bahkan ia tak sadar jika hari yang ia tunggu-tunggu selama ini telah tiba. Nyaris saja dirinya terlambat masuk kuliah karena si petak sialan itu.

***

“Huft!” ujar gadis itu sambil menyeka keringat di dahinya.

  Ailisha cukup lega karena mengetahui jika dirinya belum terlambat masuk kelas. Nyaris saja ia dihabisi oleh dosen killer itu jika sampai dirinya benar-benar telat, walau satu detik saja. Hari ini ada mata kuliah produksi musik yang terkenal dengan dosen killernya. Sejauh ini sudah banyak mahasiswa jurusan musik yang di drop out dari kampus karena berbagai macam alasan. Hanya beberapa yang masih bisa bertahan hingga saat ini, dan Ailisha termasuk salah satu dari mereka. Sejauh ini, gadis itu telah melewati banyak masa-masa sulit. Tak mudah baginya untuk bisa sampai di titik ini. 

“Arga kemana?” batin Ailisha saat melihat sahabatnya tak berada di dalam kelas saat itu.

  Tak biasanya pria itu bolos dari kelas seperti ini, kecuali ia sedang sakit. Bahkan terkadang saat ia merasa tak enak badan sekalipun, Arga tetap memaksakan dirinya untuk masuk kuliah. Arga merupakan teman satu angkatan dan satu jurusan dengan gadis itu di kampusnya. Dia lumayan popular di kampus. Apalagi di kalangan para gadis. Pria itu tengah menjabat sebagai ketua BEM di kampus. Jadi wajar saja jika kesibukannya sering membuat pria itu menjadi lupa waktu, hingga jatuh sakit. 

  Ailisha sudah cukup kenal dekat dengan Arga. Jadi ia tahu semua hal kecil yang tak pernah orang lain ketahui soal dirinya. Bahkan gadis ini bisa mengetahuinya dengan mudah tanpa perlu diberitahu oleh Arga sedikitpun. Mereka sudah dekat, bahkan saat masih menjadi mahasiswa baru. Bisa dibilang sejak hari pertama berkuliah di sini, mereka sudah mulai saling akrab satu sama lain. Meskipun begitu, pada kenyataannya mereka berdua belum pernah bertemu sama sekali sebelumnya. 

  Terkadang beginilah cara takdir bekerja. Membolak-balikkan hati setiap manusia, hingga mengatur semua kejadian dengan persis. Merubah yang tidak mungkin menjadi mungkin, atau malah justru sebaliknya. Takdir dan waktu merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan oleh alasan apapun. Ia sulit di tebak dan bekerja dengan semaunya. 

***

  Selesai jam kuliah, Ailisha menuju kantin untuk makan siang. Biasanya dia selalu ditemani oleh Arga sahabatnya itu. Namun, kali ini sepertinya ia akan makan siang sendiri saja. Bukan masalah yang terlalu serius. Arga pasti punya alasan tersendiri, tentang kenapa dirinya tidak datang ke kampus hari ini. Meski begitu, Ailisah tak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia mengkhawatirkan sahabatnya yang satu itu.

  Ailisha melahap makan siangnya kala itu, tanpa semangat sedikitpun. Entah kenapa jika tak ada Arga, rasanya seperti ada yang kurang. Gadis ini sering kali menceritakan segela keluh kesah yang ia punya kepada pria itu. Hari ini ia ingin bercerita banyak, namun sepertinya tidak bisa. Akhirnya, ia memilih untuk menyimpan semuanya dan baru akan menceritakannya kepada Arga saat mereka bertemu nanti.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status