Nadya terbangun jam 5 pagi, tenggorokkannya terasa kering. Ia terbatuk seraya membuka bedcover dan melangkah ke arah sofa. Ia duduk di atas sofa lalu menuangkan air mineral ke dalam gelas berkaki, bekas tadi malam ia minum bersama Ethan. Air mineral itu sangat segar melewati tenggorokkannya. Nadya meneguk air itu hingga habis, kedua matanya melirik ke arah kaca lebar yang menuju balkon. Kaca itu tidak ditutup gorden karena terbuat dari kaca riben hingga suasana malam tampak terlihat jelas dari dalam. Ethan yang memberitahu bahwa semua kaca di sini tidak memakai gorden ketika Nadya akan menutup jendela. Jam segini di Brisbane masih gelap, sama seperti di Indonesia. Waktu di Brisbane sama seperti waktu di Indonesia. Nadya tahu karena melihat jam ketika di pesawat, dan jam di samping tempat tidurnya. Nadya menaruh gelas itu kembali di atas meja, ia melihat gelas Ethan di sana. Di atas meja itu masih ada gelas Ethan dan gelasnya, juga teko bening berisi air yang sengaja ditaruh untuk keb
Mita berpacu dengan kecepatan tinggi, ia melewati gerbang tinggi lalu belok dengan mulus ke arah jalan tanpa menghentikan kecepatannya. Nadya berpaling ke belakang. Gerbang tinggi rumah Ethan menutup secara otomatis. Dalam hati ia tahu ia mengingkari janjinya untuk kembali sebelum pelayan rumah Ethan datang ke kamarnya. Nadya berpaling ke arah Mita. Mita belum mengatakan sepatah katapun, ia tidak sabar ingin tahu apa yang terjadi."Apakah Ethan tahu?" tanya Nadya mengabaikan ucapan Mita tadi."Tidak," jawab Mita singkat, pandangannya tetap lurus ke depan. Dari kejauhan Mita melihat mobil yang dikendarai Kakaknya, ia segera mengurangi kecepatannya."Tapi Ethan tahu kemana Kakakku pergi."Nadya tampak terkejut, ia penasaran apa yang sebenarnya terjadi. Namun sebelum ia bertanya, Mita lebih dulu bertanya padanya."Apa yang kamu lakukan di luar pagi pagi, Nad?" Nadya tidak langsung menjawab, ia tahu Mita pasti menanyakan soal itu, namun ia akan terus terang. Nadya berpaling ke arah jalan
Setahun yang laluSabtu malam Nadya bersiap untuk menonton di bioskop dengan Dimas, pacarnya yang sudah berjalan satu tahun. Nadya sudah mengenal Dimas sejak menjadi penulis komik, mereka menjadi teman kerja di perusahaan komik lebih dari dua tahun. Rasa cinta timbul di hati Nadya selama bekerja menjadi komikus bersama Dimas. Mengapa tidak, sebagai komikus Dimas memiliki wajah tampan dan hampir semua perempuan di perusahaan komik tertarik kepada Dimas. Selain itu Dimas sangat berbakat dalam membuat cerita komik dan komik hasil karyanya selalu laris dibaca oleh pencinta komik.Nadya keluar dari rumahnya sambil mengirim pesan kepada Dimas kalau ia sudah berangkat. Nadya berdiri di depan pekarangan rumahnya menunggu ojek online yang dipesannya datang. Malam ini Dimas tidak bisa menjemput Nadya karena Dimas masih sibuk dengan pekerjaannya, itu yang dikatakan Dimas kepada Nadya. Nadya tentu saja mengerti, penulis komik bukan hanya menulis saja tetapi harus men
Air di dalam gelas hampir saja keluar karena tangan Nadya bergetar menahan amarah. “Pulanglah, Nad.” Kata Dimas. Dimas tahu Nadya tidak akan berani menumpahkan air itu padanya. Dengan santai ia mengambil gelas yang dipegang Nadya dengan erat, lalu menaruh gelas itu kembali ke tempatnya. Baik Dimas maupun Nadya tidak melihat pemilik minuman itu segera mengamankan minumannya. “Kamu pikir ini lelucon?” Tanya Nadya, kedua matanya menatap Dimas dengan tajam. “Tentu saja tidak, kamu menjadi tontonan orang orang apa kamu tidak malu?” “Kita sudah berjanji datang ke sini.” Nadya tidak perduli ucapan Dimas sama tidak perdulinya kepada orang orang yang menonton mereka, sekalian saja bikin malu sudah kepalang. “Itu benar tapi aku tidak bilang ingin menonton denganmu.” Dimas berhenti, ia berpura pura membelalakkan matanya seakan tidak mempercayainya. “Tunggu, apa kamu sudah membeli tiket menonton?” “Apa kamu sengaja berjalan dengan
Masa kini“Namaku Nadya Ivanka, aku bersumpah tidak akan tertipu lagi dengan makhluk yang bernama laki laki.”Klik. Berkali kali Nadya menonton video yang ia buat di hpnya setahun yang lalu hanya untuk memberikan semangat kepada dirinya kalau semuanya akan baik baik saja. Terkadang rasa lelah karena disakiti itu menghinggapi hari harinya yang terus berjalan dan sudah setahun penderitaan itu berlalu.Nadya menaruh hpnya di atas kasur sambil melamun ke masa lalu saat ia mengenal laki laki itu, namun dengan cepat Nadya menggelengkan kepalanya berkali kali dan berkata dalam hati ia tidak akan pernah mengingat hal itu lagi. Nadya kembali mengambil hpnya sambil membetulkan kaca mata minus yang bertengger di matanya, ia beringsut berdiri dari tempat tidur dan berjalan ke arah meja yang di atasnya ditaruh laptop kesayangannya. Laptop itu tertutup rapat, ia berbicara kepada laptop itu seolah laptop itu makhluk hidup.“Istirahatlah d
Di perjalanan ke tempat reunian yang diadakan di cafe milik orang tua Mita, emosi Nadya terus muncul menguasai akal pikirannya. Gimana tidak, setelah putus darinya Dimas dikabarkan bertunangan dengan perempuan yang ia lihat di bioskop bersama Dimas. Oh bukan hanya itu, komiknya berhasil menjadi Top Trending yang selalu dicari semua orang dan berkat hal itu Dimas membangun kantor sendiri dengan label namanya sendiri. Sampai sekarang Dimas terkenal dengan komikus cerdik.Cerdik? Huh! Orang orang tidak tahu seperti apa Dimas Erlambang aslinya, laki laki yang tidak segan melontarkan kata kata yang tidak baik kepada perempuan karena keegoisannya dan mempermainkan perempuan seolah perempuan itu gampangan, dan Dimas dengan mudahnya melakukan perbuatan jahat untuk menyakiti hati perempuan. Mata Nadya memincing tajam seraya menghentikan motornya tepat ketika lampu lalu lintas berubah merah.Sambil menunggu lampu berubah hijau Nadya menarik napas menenangkan diri. Ia harus tenan
Getaran hp di dalam saku mengalihkan perhatian Ethan yang tampak serius membaca tulisan yang ada di dalam buku tebal dengan cover berwarna biru muda. Ethan mengambil hp itu dan melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Panji yang meneleponnya. Seulas senyum tersungging di bibirnya yang merah. Pesannya pasti sudah dibaca Panji. Ethan segera menjawab panggilan dari Panji.“Halo.”“Ethan are you sure you want to come here?”“Yeah, while I’m in Jakarta I want to drop by to see you and your family.”“Oh God Man.” Terdengar Panji tidak mempercayai kalau Ethan akan menemuinya.“I’m on my way to your parents café.” Kata Ethan yang membuat Panji semakin tidak percaya.“Oh wait are you serious…bagaimana dengan ayahmu, pasti ayahmu mengirim pengawal untuk mengawalmu.”“Yah dia selalu seperti itu setiap aku keluar rumah, tapi tenanglah aku bisa
Nadya memarkirkan motornya di depan cafe, ia membuka helmnya sambil menarik napas bersiap diri. “Nadya” Suara yang sangat dikenalnya dan yang dulu membuat hatinya sakit seketika mendatangkan kemarahannya yang tiba tiba muncul. Kenapa begitu cepat bertemu orang itu. Pikir Nadya sebal. Nadya menaruh helmnya di stang motor lalu berpaling ke arah suara itu. Dimas Erlambang berdiri dengan santai dan wajah tampannya tampak terkejut. “Kamu ikut reunian juga?” Nadya memincingkan mata di balik kacamatanya. “Aku rasa kamu tahu aku akan ikut.” “Sungguh aku tidak tahu, Mita tidak bilang padaku kalau kamu mau datang ke reunian.” “Jangan pura pura deh.” Kata Nadya marah. Baiklah Nadya tahu emosinya muncul lagi tapi ia tidak perduli. Melihat Dimas kejadian pahit setahun lalu terlintas di benaknya sehingga emosinya tidak bisa direndam, namun kali ini ia tidak akan membiarkan Dimas mempermalukannya lagi di tempat umum, untung saja di tempat par