Share

I Stuck On You
I Stuck On You
Penulis: Tianife

Chapter 1

Setahun yang lalu

Sabtu malam Nadya bersiap untuk menonton di bioskop dengan Dimas, pacarnya yang sudah berjalan satu tahun. Nadya sudah mengenal Dimas sejak menjadi penulis komik, mereka menjadi teman kerja di perusahaan komik lebih dari dua tahun. Rasa cinta timbul di hati Nadya selama bekerja menjadi komikus bersama Dimas. Mengapa tidak, sebagai komikus Dimas memiliki wajah tampan dan hampir semua perempuan di perusahaan komik tertarik kepada Dimas. Selain itu Dimas sangat berbakat dalam membuat cerita komik dan komik hasil karyanya selalu laris dibaca oleh pencinta komik.

Nadya keluar dari rumahnya sambil mengirim pesan kepada Dimas kalau ia sudah berangkat. Nadya berdiri di depan pekarangan rumahnya menunggu ojek online yang dipesannya datang. Malam ini Dimas tidak bisa menjemput Nadya karena Dimas masih sibuk dengan pekerjaannya, itu yang dikatakan Dimas kepada Nadya. Nadya tentu saja mengerti, penulis komik bukan hanya menulis saja tetapi harus menggambarnya juga. Berbeda dengan dirinya, ia sudah menyelesaikan komiknya untuk satu minggu sehingga ia bisa bebas untuk bepergian.

Ojek online itu tiba dan Nadya naik sambil tersenyum. Malam ini Nadya akan menonton film yang sedang booming, Nadya memesan dua tiket dan Dimas yang membayar makan malam mereka. Selalu seperti itu jika mereka berkencan.

Beberapa menit berlalu Nadya tiba di bioskop. Belum saja ia turun dari motor ojek online, ia melihat Dimas berjalan dengan seorang perempuan cantik menuju gedung bioskop, mereka terlihat senang. Jantung Nadya tiba tiba berdetak cepat, ia pasti salah lihat, ia segera turun dan membayar ojek online, lalu ia berlari dengan kencang menyusul laki laki yang terlihat seperti Dimas. Tidak mungkin itu Dimas, Dimas masih di kantor. Pikir Nadya mengingatkan dirinya. Sambil berlari Nadya mengambil hp untuk melihat pesannya sudah dibaca Dimas atau belum.

Pandangannya bergantian melihat hp dan ke arah depan. Pesannya sudah dibaca Dimas, terlihat centang biru di pesannya, tapi Dimas tidak membalasnya. Pikiran buruk menghampiri Nadya, namun Nadya segera menepisnya. Mungkin saja Dimas belum sempat membalas pesannya, ia harus berpikiran positif. Nadya berhenti berlari dan berjalan dengan cepat. Ia harus memastikan apa yang ia lihat itu adalah salah.

Nadya berhasil menyusul mereka, ia melihat laki laki itu merangkul perempuan di sebelahnya dengan mesra, perempuan itu membalas dengan mengaitkan kedua tangannya di pinggang laki laki itu. Nadya berhenti dan menelepon Dimas. Jika laki laki yang mirip Dimas itu mengangkat teleponnya maka benar laki laki itu Dimas. Pikir Nadya. Dalam hati ia berharap laki laki itu bukan Dimas.

Tiba tiba laki laki itu berhenti dan mengambil hp di kantongnya, ia melihat siapa yang meneleponnya, tidak berapa lama ia langsung menolak panggilan itu, ia berpaling sambil tersenyum ke arah perempuan di sampingnya yang bertanya siapa yang menelepon.

Seolah ada yang menampar Nadya, ia menyadari kalau laki laki itu memang benar Dimas. Tiba tiba amarah menguasai dirinya, dan rasa sakit yang juga menghampiri hatinya. Tanpa pikir panjang ia menghampiri Dimas dan perempuan itu.

“Dimas!” Seru Nadya sedikit keras, ia tidak perduli jika semua orang melihatnya.

Dimas berpaling ke arah Nadya begitu juga dengan perempuan itu.

“Nadya.” Kata Dimas acuh tak acuh, tidak ada rasa khawatir yang tampak dari raut muka Dimas.

“Apa maksud semua ini?” Tuntut Nadya.

“Aku rasa kamu bisa melihatnya tanpa aku jelaskan.”

“Apa maksudmu?”

“Sudah jelas kan.”

Hati Nadya semakin sakit karena Dimas sengaja tidak menjelaskan apa apa.

“Siapa dia?” Tanya perempuan di samping Dimas.

“Teman.”

“Aku bukan temannya tapi pacarnya.” Jelas Nadya.

Perempuan itu melirik ke arah Nadya tanpa mengatakan apapun namun tatapan kedua matanya terlihat jelas seakan ia mengatakan yang benar saja kamu pacarnya.

“Kita hanya teman, Nad.”

“Kamu gila yah.”

“Yang gila adalah kamu Nad, tidak mungkin kan kamu pacarku berdandan saja kamu tidak mau, lihatlah dirimu apa kamu tidak pernah bercermin?” Dimas mengabaikan amarah yang terpancar dari kedua mata Nadya, sebaliknya ia menilai penampilan Nadya yang tanpa berdandan. “Perempuan itu harus dandan.” Tambahnya sambil menyeringai.

Seolah ada batu yang menghantam dada Nadya, ia merasakan sakit disekujur tubuhnya, namun ia menahannya. Tanpa pikir panjang Nadya mengambil minuman yang berada di atas meja di samping ia berdiri, entah minuman siapa itu Nadya tidak tahu yang pasti ia ingin membukam mulut Dimas dengan menumpahkan air itu ke wajah Dimas.

“Brengsek!” Gumam Nadya marah, tangan Nadya memegang gelas itu dengan erat.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ajeng Ghaniawatie
keren author baru awal saja cerita nya sudah menarik. keep spirit yach......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status