Share

Chapter 6

Nadya memarkirkan motornya di depan cafe, ia membuka helmnya sambil menarik napas bersiap diri.

“Nadya”

Suara yang sangat dikenalnya dan yang dulu membuat hatinya sakit seketika mendatangkan kemarahannya yang tiba tiba muncul. Kenapa begitu cepat bertemu orang itu. Pikir Nadya sebal. Nadya menaruh helmnya di stang motor lalu berpaling ke arah suara itu. Dimas Erlambang berdiri dengan santai dan wajah tampannya tampak terkejut.

“Kamu ikut reunian juga?”

Nadya memincingkan mata di balik kacamatanya. “Aku rasa kamu tahu aku akan ikut.”

“Sungguh aku tidak tahu, Mita tidak bilang padaku kalau kamu mau datang ke reunian.”

“Jangan pura pura deh.” Kata Nadya marah.

Baiklah Nadya tahu emosinya muncul lagi tapi ia tidak perduli. Melihat Dimas kejadian pahit setahun lalu terlintas di benaknya sehingga emosinya tidak bisa direndam, namun kali ini ia tidak akan membiarkan Dimas mempermalukannya lagi di tempat umum, untung saja di tempat parkir ini tidak ada orang.

“Kamu tidak berubah sedikit pun.” Kata Dimas mengabaikan nada marah itu, ia melihat Nadya masih sama seperti dulu, rambut di kuncir, memakai kacamata bulat, dan tidak berdandan.

“Terserah suka suka aku!” Nadya semakin marah mendengar ucapan Dimas.

Dimas tidak berhak menilainya apalagi penampilannya karena Dimas bukan siapa siapa lagi baginya. Nadya melihat pandangan menilai dari mata Dimas padanya seperti dulu.

“Kok kamu sinis gitu sih.”

“Aku sinis gara gara kamu! Apa kamu lupa kamu menyakitiku dan membuatku menderita.”

“Kamu menderita karena kamu bodoh.” Kata Dimas cuek. “Kamu kan tahu aku bilang kita hanya temenan saja.”

Apa! Apa dia bilang…bodoh? Dasar laki laki! Seenaknya bilang seperti itu tanpa ada penyesalan. Nadya seolah kembali ke setahun yang lalu ketika Dimas memutuskan berpisah dengannya dengan santai tanpa penyesalan seperti yang ia tunjukkan sekarang. Tapi dulu dan sekarang lain. Dulu ia diam saja seolah ada yang membungkamnya, tapi sekarang ia bisa bertindak sesuai yang ia inginkan terhadap laki laki itu.

“Bagiku kamu masih laki laki kurang ajar.” Nadya berhenti sebentar. Rasa tidak suka terlihat di raut wajah Dimas mendengar ucapannya tentang dirinya.

“Kamu pikir kamu laki laki berharga?” Kedua mata Nadya memincing. ”Kamu salah, aku menganggapmu laki laki pengecut yang suka mempermainkan perempuan, bilang saja kalau mau putus denganku tidak usah bawa tunanganmu untuk menemanimu mengatakannya padaku.” Nadya mengaitkan kedua tangannya di depan dada. “Salahku tidak bertanya apa kamu menyukaiku atau tidak dan hanya menerima semua perlakuan manismu.”

“Yah kamu memang bodoh, aku sudah tahu sejak kamu mengirim pesan untuk mengajakku berkencan.”

“Jika sudah tahu kenapa dilanjutkan sampai satu tahun…satu tahun kamu berpura pura menyukaiku.”

Dimas mengedikkan bahu. “Aku tidak berpura pura, waktu itu aku sedikit menyukaimu dan aku memutuskan untuk melanjutkannya, tapi aku bertemu Larissa dan rasa sukaku padamu hilang, Nad.”

Apa dia bilang sedikit menyukaiku? Tidak seperti itu yang aku dengar dulu. Pikir Nadya kesal. Ia tidak mau mendengar omong kosong dari Dimas lagi. Dengan cepat Nadya maju ke depan mendekati Dimas berdiri, amarahnya terpancar dari kedua mata coklatnya lalu ia menginjak kaki Dimas dengan keras.

“Rasakan ini!”

Dimas langsung menjerit kesakitan. Nadya tersenyum sinis melihat Dimas mengaduh kesakitan akibat injakannya. Itu pembalasan setahun yang lalu karena mempermainkan hati perempuan, masih baik aku menginjak kakimu daripada meninju mukamu. Pikir Nadya marah. Nadya melangkah pergi tidak perduli dan meninggalkan Dimas yang masih mengaduh kesakitan.

Nadya tidak tahu jika ada yang menonton pertunjukan drama antara dirinya dan Dimas. Ethan berdiri di samping mobilnya, ia menaikkan sebelah alisnya melihat kejadian langka yang belum pernah dilihatnya. Perempuan itu sangat berani pada mantan pacarnya di tempat umum. Tiba tiba seulas senyum tersungging di bibirnya melihat tindakan yang dilakukan perempuan itu terhadap mantan pacarnya, lalu ia memanggil pengawalnya yang dari tadi berdiri di belakangnya dan berbicara bahasa Inggris dengan cepat ke pengawalnya kalau ia tidak perlu dikawal masuk cafe. Pengawal itu menggangguk mengerti dan masuk lagi ke dalam mobil bergabung dengan pengawal yang lain. Sambil memegang buku Ethan berjalan menuju cafe dengan santai dan mengeluarkan hp dari kantong celana untuk menelepon temannya kalau ia sudah tiba di cafe.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status