Share

Chapter 5

Getaran hp di dalam saku mengalihkan perhatian Ethan yang tampak serius membaca tulisan yang ada di dalam buku tebal dengan cover berwarna biru muda. Ethan mengambil hp itu dan melihat siapa yang meneleponnya. Ternyata Panji yang meneleponnya. Seulas senyum tersungging di bibirnya yang merah. Pesannya pasti sudah dibaca Panji. Ethan segera menjawab panggilan dari Panji.

“Halo.”

“Ethan are you sure you want to come here?”

“Yeah, while I’m in Jakarta I want to drop by to see you and your family.”

“Oh God Man.” Terdengar Panji tidak mempercayai kalau Ethan akan menemuinya.

“I’m on my way to your parents café.” Kata Ethan yang membuat Panji semakin tidak percaya.

“Oh wait are you serious…bagaimana dengan ayahmu, pasti ayahmu mengirim pengawal untuk mengawalmu.”

“Yah dia selalu seperti itu setiap aku keluar rumah, tapi tenanglah aku bisa mengatasinya.”

“Seperti waktu kuliah dulu kamu selalu bilang seperti itu kalau mau kabur.” Panji tertawa.

“Yeah you’re right.” Ethan ikut tertawa, lalu ia menambahkan, “Oh ya aku juga mau memberikan bukuku padamu.”

“Buku?” Tanya Panji bingung.

“Dulu aku janji akan memberikan buku hasil karyaku.”

“Oh My God kamu melakukannya…maksudku kamu sudah menulis buku?” Tanya Panji tidak percaya mengingat temannya itu sibuk karena menduduki jabatan sebagai Direktur dan pastinya tidak ada waktu untuk menulis sebuah buku Filosofi. 

“Sudah dan sudah jadi, sekarang bukunya ada di tanganku.” Ethan tersenyum bangga, ia tahu temannya pasti akan terkejut.

“Wow, you make it! Awesome! Aku sudah tidak sabar untuk membacanya.”

Panji tidak bisa menutupi kekagumannya. Ethan memang pintar tidak diragukan lagi dan Panji percaya kalau Ethan bisa menulis buku sementara ia menjalankan bisnis ayahnya.

“Nanti aku telepon lagi kalau sudah tiba di cafe.”

“Ok, aku akan memberitahu kedua orang tuaku kalau kamu akan datang, mereka pasti akan sangat senang.”

“Ok, tapi jangan merepotkan kedua orang tuamu.”

“Tenang saja.” Kata Panji, ia tahu maksud Ethan, Ethan tidak mau penyambutan meriah karena ia tidak mau terekspos oleh siapapun.  

“See you later.” Kata Panji kemudian.

“See you.”

Ethan menutup teleponnya dan tersenyum bahagia. Sungguh menyenangkan akan bertemu lagi dengan teman dekatnya waktu kuliah. Sudah lama ia tidak bertemu dengan temannya itu, hanya melalui hp untuk berkomunikasi. Panji Mahardika, teman dekatnya waktu kuliah di Queensland University of Technology, mereka bertemu karena mengambil jurusan yang sama di bidang bisnis dan manajemen. Panji juga tahu ia mengambil jurusan lain yaitu jurusan Filsafat. Panji selalu mendukungnya untuk menulis buku Filosofi karena temannya tahu ia sangat suka menulis buku Filosofi. Selain itu Panji suka menemaninya kabur dari para pengawal ayahnya, dan berkat Panji juga ia bisa berbahasa Indonesia dengan fasih.

Sungguh hidupnya tidak bebas, waktu kuliah ia selalu diawasi oleh ayahnya. Beruntung ia bertemu dengan Panji orang Indonesia yang sangat baik dan pengertian. Beginilah kalau menjadi penerus satu satunya dari pemilik beberapa perusahaan terbesar di Australia. Ethan tahu kelak ia akan menggantikan posisi ayahnya, dan untuk membuktikan kalau ia pantas menjadi penerus Komisaris Besar yang sekarang dijabat oleh ayahnya, ia ditunjuk menjadi Direktur sebuah perusahaan surat kabar Greetline News, setelah 2 setengah tahun ia menjalankan tugasnya dengan sangat baik sebagai General Manager di perusahaan itu.

Selama satu tahun menjalankan perusahaan surat kabar Greetline News ia berhasil membuat saham perusahaan itu meningkat dan membuat ayahnya bangga padanya, dan selama tiga tahun perusahaan surat kabar itu semakin meningkat sehingga ayahnya dan seluruh Dewan Komisaris tercengang. Namun ayahnya belum puas sehingga ia ditunjuk lagi menjadi Direktur sebuah resort, kini ia menduduki dua jabatan. Sebenarnya tidak masalah baginya selama ia masih meneruskan hobinya menulis buku Filosofi.

Ayahnya sangat sayang padanya sehingga terlalu berlebihan untuk melindunginya dari dunia luar, namun ayahnya lupa kalau ia sudah dewasa dan bisa jaga diri. Ethan menghela napas mengingat perubahan sikap ayahnya yang menjadi protektif kepadanya, namun dengan cepat ia menggeleng seolah tidak ingin mengingat kejadian penyebab kematian ibunya yang menyebabkan ayahnya menjadi seperti itu. Ethan menarik napasnya menenangkan diri. Suatu hari ayahnya pasti akan percaya padanya kalau ia bisa jaga diri. Ethan menutup buku dan memakai kaca mata hitamnya yang ditaruh di samping kursi mobil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status