"Woi ngomong!" Mawar menarik baju Cheryl, seperti orang yang mengajak tempur. Cheryl abai. Sudah seminggu lebih, gadis itu mengabaikan sahabatnya. Bahkan, Cheryl tidak berangkat bersama Mawar. Cheryl berangkat bersama maminya. Entah kenapa, mengingat moment ini, air mata Cheryl selalu ingin tumpah. Ia bahagia.
"Loe kenapa sih?" Mawar masih menarik baju Mawar. Gadis itu menepis tangan sahabatnya--mantan sahabat.
"Lepasin Mawar. Nanti baju aku koyak." Cheryl mencoba bersabar. Dengan berbicara pelan.
"Ngomong dulu setan! Kau kenapa, jadi aneh gini?" Mawar tak terima. Cheryl menatap Mawar. Ia sayang Mawar, tapi Cheryl belum bisa menerima kenyataan, Mawar menyimpan perasaan pada Juna. Kenapa harus lelaki itu?
"Proses pendewasaan." Sahut Cheryl asal.
"Gegayaan pakai dewasa. Nonton bokep biar dewasa!" Semprot Mawar. Ia sudah sangat gerah dengan sikap Cheryl. Tak ada angin, tak ada hujan, tak ada
Kedua manusia dalam ruangan itu sama-sama terkejut. Mawar hanya menganga, sambil menutup mulutnya. Air mata Cheryl turun sambil memegangi pipinya yang ditampar Mawar. Oleh orang yang paling ia percaya di muka bumi ini."Bahkan, hanya karena seorang laki-laki yang nggak tahu hatinya buat siapa, tapi kamu nampar aku!" Air mata Cheryl meluruh. Bukan karena tamparan itu, tapi ia sakit hati, seolah Mawar lebih memilih Juna dibanding dirinya."Kau yang lancang! Kenapa buka privasi orang?!""Tapi aku temukan jawaban! Kenapa Mawar harus berpura-pura, Kalau memang suka sama Juna?""Karena, aku mau menghargai perasaan kau! Kamu egois Cheryl! Tidak pernah pahami aku, yang tahunya aku adalah manusia serba bisa yang bisa dipakai sesuka hati!" Mawar menyuarakan segala keluh kesah yang ia simpan, selama ia berteman dengan Cheryl."Bukan gitu...""Diam!" Bentak Mawar."Ak
Tangan Cheryl gemetaran membaca pesan itu. Ia sampai mengipasi wajahnya, matanya memanas. Katakan ia lebay, Juna yang hanya bisa ia gapai dalam mimpi, bahkan dalam mimpi saja Juna terlihat kejam, tiba-tiba mengirimi Cheryl pesan cinta, seolah besok kiamat."Anjer... anjer..." Cheryl mengucek matanya, ia sedang tidak bermimpi, ini bukan Juna KW, bukan Mimi Peri, bukan Tinkerbell, ini Juna asli, pangeran berkuda poni."Ah... ya ampun. Gila! Ini gila! Astaga!" Cheryl masih menampar pipinya, ia sedang tidak bermimpi. Dengan norak, Cheryl menciumi benda pipih itu berkali-kali, layaknya ia mencium Juna. Seandainya, Juna ada di depannya, ia akan jadi gadis paling bahagia di galaksi Bima Sakti."Hufh..." Cheryl menghembuskan napas gusar, dan meniup-niup poninya. Ia memegang pipinya yang masih terasa hangat."Aku bisa demam betulan. Demam rindu, hihi." Gadis itu terkikik. Mengambil ponselnya dan duduk jongkok di uj
Layaknya orang berkencan pertama kali, rasa canggung itu pasti tercipta. Rasa itu hadir, karena ketidakmampuan mencairkan suasana.Cheryl hanya misuh-misuh di samping Juna. Jika boleh memilih, Cheryl akan bersama Aldo yang menyebalkan, tetapi seru, walau hanya diisi dengan perdebatan unfaedah. Juna sibuk memainkan ponsel, sedangkan Cheryl di samping, hanya bisa memainkan daun-daun kering. Sambil menunggu Juna membuka percakapan.Semenjak kenalan tersebut, Mawar dan Aldo memilih pergi, dan membiarkan Cheryl dan Juna untuk proses pendekatan."Rumah abang dimana?" Tanya Cheryl canggung. Cheryl menggigit lidahnya, dan mencubit tubuhnya sendiri. Bodoh sekali! Kenapa harus pertanyaan unfaedah seperti itu, yang keluar dari mulut mungilnya?Juna memandang Cheryl lekat. Jika tidak dipaksa dan bukan permintaan Mawar, Juna menginginkan Cheryl menjadi adiknya, bukan terjebak di situasi seperti ini! Cheryl menahan napa
Degup jantung Cheryl, berdetak tak karuan. Keringat dingin membasahi telapak tangannya, peluhnya yang besar-besar mengalir dari kening hingga seluruh wajah. Bahkan, lehernya seketika merasa keram sesaat. Ia sesak napas."Ayo." Ajak Juna. Gadis bar-bar itu menggeleng, dan ingin pulang. Ia tak mau, ada acara memalukan, dan mendapat penolakan. Cheryl selalu trauma, jika ia mendapat penolakan."Udah." Juna menggengam tangan Cheryl, dan membawa masuk cewek itu ke rumahnya. Juna menuruti permintaan Cheryl, agar bertemu calon mertua, bahkan Cheryl tak menyiapkan apa-apa. Ia tidak membawa kue atau buah tangan yang semacamnya.Keadaan rumah Juna sepi. Cheryl masuk ke dalam, dan melihat perabotan mahal di ruang tamu Juna. Rumah Juna tak terlalu besar, tapi terlihat interiornya meneriakan, mewah dan mahal.Cheryl melihat ada seorang anak kecil cantik, berumur sekitar 6-7 tahun, sedang bermain boneka. Cheryl tersenyum
Cheryl dan Juna kewalahan, bagaimana menghadapi Faaza yang sedang tantrum. Bocah cantik itu tak mau Cheryl pergi. Cheryl tak mungkin terus-terusan di rumah orang, sedangkan ia punya rumah dan tak ingin menganggu yang lain, yang penting ia sudah bertamu ke calon mertua."Ikut..." bahkan Faaza terduduk di tanah, dan melempar apa saja yang bisa ia raih dan melemparnya. Cheryl merasa tak enak hati, sudah membuat anak orang seperti ini. Jujur, rasanya berat meninggalkan Faaza, semacam ada tarikan bahwa ia dan Faaza bisa menjadi partner bermain yang pas. Cheryl bisa mengajarkan Faaaza, biar mengajak Faaza bermain, bisa membuat bocah cantik itu tertawa."Abang antar aja. Nggak papa, nanti Mamah yang tenangkan.""T-tapi tante, saya nggak tega." Faaza yang sedang tantrum mendekat ke arah Cheryl, memeluk gadis itu dan tak ingin melepaskan Cheryl. Cheryl melirik ke arah Juna yang diam, melihat ke arah Mamah Juna yang juga kewalahan m
Cheryl ingin menyendiri, karena pesan sang mami. 'Jangan dekatin anak itu' semua orang seperti tak pernah setuju ia menyukai Juna, tapi perasaan tak membohongi apapun.Tiba-tiba pipi Cheryl memanas, apa ia sudah gila jika membayangkan ketampanan ayah Juna membuat Cheryl mesem-mesem seperti orang tak waras. Ayah Juna sangat tampan, jika Ayah Juna menawarkan, Cheryl bahkan mau menjadi sugar baby orang tua itu.Juna boleh membuka diri padanya, tapi Cheryl tahu, hati Juna terkunci entah pada siapa. Belum lagi, Cheryl menutup matanya kalau Mawar menyimpan perasaan pada Juna, Cheryl tak tahu, Mawar sudah membuang perasaan itu atau masih menyimpannya.Sebenarnya Cheryl ingin merenungi nasib sendirian, tapi ia tahu, ia butuh Mawar agar mendapat sedikit pencerahan.Cheryl masih menyeruput smooth strawberry miliknya, ketika melihat musuh bebuyutan masuk. Si bujang a.k.a Aldo resek! Cheryl harus menarik kata-katanya
"Buat bekal sebulan." Cheryl menyodorkan sekotak tisue pada Juna yang sudah ia ikat pakai pita berwarna pink.Ketiga cowok ganteng itu akan melaksanakan Kerja Praktek, untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka dapatkan selama 5 semester. Juna dan teman-teman memakai seragam khas jurusannya berwarna biru gelap, yang membuat Cheryl memekik norak karena semuanya nampak keren di matanya. Karena tak ada hal yang bisa ia beri, Cheryl berlari ke kedai dan membeli tisu, dengan filosofi yang sangat sederhana sekali : ketika Juna berkeringat, ia bisa memakai tisu untuk menyeka keringatnya. Karena setahu Cheryl, jurusan Teknik Elektro ujungnya pasti keluar keringat karena berkutat dengan alat berat."Abang?" goda Galvin menaik-turunkan alisnya. Cheryl dengan malu-malu mengambil sebotol minuman isotonik buat Galvin, agar cowok itu kuat kerjanya. Cheryl masih malu, dan baru ingat statusnya telah berganti, walau tak ada yang berubah dari aktivitasnya, da
'Mami egois'Akhirnya Cheryl bisa menuangkan apa yang ia rasakan. Keresahan selama 19 tahun ia menghirup udara, bisa ia utarakan tanpa rasa takut, walau harus mendapat tamparan yang sadis dari Delisha. Bagi Cheryl semuanya sepadan. Maminya berlebihan, perempuan dewasa itu tak pernah Peduli padanya dan saat ia sedikit peduli, tak serta merta membuatnya mengontrol seluruh kehidupan Cheryl.Cheryl sedikit menangis, tapi ia merasa sudah cukup air matanya selama ini, Delisha memang tak pernah menerima dirinya seutuhnya. Cheryl kadang menyadari ia hanya anak pungut yang takkan pernah dianggap sampai kapan pun.Cheryl sedang berkaca sambil merasakan pipinya yang memanas. Cheryl butuh sosok pelindung seseorang yang siap mendengar keluh kesahnya. Seseorang yang selalu ada, saat ia butuh. Seseorang yang bisa meminjamkan dadanya untuk tempat menguatkan semuanya. Dan hanya Juna yang Cheryl pikirkan sekarang. Cheryl menutup matanya, ka