"Mau jadi pacarku nggak?" Cheryl hanya menatap punggung itu menjauh. Si tampan itu seolah upil, yang hanya numpang sebentar.
Bahkan si tampan itu, tidak memberi minuman yang Cheryl harapkan. Cheryl hanya bisa mencak-mencak, ketika si tampan itu seolah tuli.
"Bangke! Dia bahkan tidak memberiku minuman itu." Rasanya Cheryl ingin mencakar-cakar tanah, dan melempar si tampan itu.
"Tahu gitu, tadi narik bendanya sampe putus aja." Cheryl masih mengomel.
Setelah beberapa menit dibawa terbang, akhirnya Cheryl menuju fakultasnya.
Dengan menekuku wajahnya. Cheryl menepuk jidatnya. "Aish, harusnya tanya siapa namanya. Bodoh ya."
Cheryl turun ke tangga, fakultasnya. Fakultasnya memang berada di bawah. Kelasnya yang ramai, dan selalu ramai mulai membentuk koloni sesuai pertemanan masing-masing. Para cowok berkumpul dan bermain game, dan membahas hal-hal yang berbau negatif, tentang koleksi 3gp film biru. Para cewek, bergossip dan berselfie, dan mahasiswa teladan hanya diam, sambil memanfaatkan wifi gratis dari kampus.
Cheryl menuju Mawar yang duduk sendirian tak ada teman. Cheryl mendaratkan bokong mulusnya ke bangku.
"Loe tahu nggak, tangan gue udah nggak perawan." Kata Cheryl tiba-tiba.
"Anjir.... awas hamil!" Seru Mawar heboh. Sebenarnya, namanya bukan Mawar, nama aslinya Florenca Roscea. Susah bukan? Makanya sebut saja Mawar.
Seluruh kelas menoleh ke arah Mawar dan Cheryl. "Cheryl hamil?" Tanya Dea. Cheryl hanya menunduk, dan mencubit tangan sahabatnya berkali-kali.
"Nggak, itu empus Cheryl hamil." Alibi Mawar. Cheryl mengembangkan hidung bangir kecil miliknya.
"Ih, kau sih!" Cheryl menarik rambut Mawar kasar. "Eh, bangke! Rambutku." Teriak Mawar.
Semua kelas, sudah terbiasa melihat pemandangan dua sahabat gila yang suka melakukan kekerasan.
"Jadi, kau ngapain nelpon aku?" Tanya Cheryl.
"Aku bete. Bosan, seorang di kelas."
"Sekelas 40 mahasiswa, dan Anda merasa kesepian? Wah, iman Anda perlu ditanyakan." Seloroh Cheryl asal, sambil geleng-geleng.
"Jadi, loe beneran nggak PW lagi?" Bisik Mawar. Takut kendengaran yang lain. Cheryl langsung memukul temannya.
"Itu lidah atau jelly, lunak amat." Sindir Cheryl sewot. Mawar tertawa, ia berdehem. "Nggak, tadi katamu udah nggak PW."
"Dengarin makannya Maemunah." Kata Cheryl dongkol.
"Dulu Mawar, sekarang Maemunah. Nggapa tak sekalian, Sutejah."
"Nggak-papa, kalau situ mau."
"Ok, ok. Balik lagi, jadi gimana ceritanya?" Mawar mengubah posisi duduknya lebih nyaman. Seolah, ia akan medengarkan berita yang paling menggemparkan abad ini.
"Tadi tuh, nggak sengaja aku pegang senjata cowok." Bisik Cheryl hati-hati.
"Anjir.... wah, kau yang harus tanggung jawab Cher. Kasian pusaka dia ternodai, kau telah melecehkan orang." Kata Mawar serius.
"Kan nggak sengaja, lagian aku kan cewek. Jadi, dia yang harus tanggung jawab." Cheryl membela diri. Mawar mangut-mangut, menyetujui pernyataan temannya.
"Yaudah, ayo kita minta tanggung jawab." Ajak Mawar.
"Aku cuman tahu mukanya. Namanya nggak."
"Bodoh! Kalau kau hamil beneran, gimana caranya minta tanggung jawab?" Mawar menepuk jidat sahabatnya.
Cheryl gelisah. Tangannya sudah tak perawan, ia harus minta tanggung jawab. Ia tak mau, ketika menikah nanti, tangan kanannya sudah tak suci, Cheryl harus meminta tanggung jawab.
"Aduh, gimana ya? Tapi kayaknya, aku tahu fakultasnya dimana." Senyum Mawar langsung cerah.
"Ngomong-ngomong, cakep kagak?"
"Gantengnya ngalahin Lee Min Ho." Bisik Cheryl.
"Anjir.... even Lucky Blue Smith kalah?" Tanya Mawar begitu antusias.
"Bisa jadi kembaran."
"Ngomong-ngomong, gimana rasanya tadi?" Tanya Mawar sok polos dan memang polos, ia memang belum pernah merasa apa itu senjata lelaki.
Cheryl tertawa. Sungguh, mukanya merah padam sekarang. Malu!
"Udahlah, itu masa depan orang. Haram dibahas."
"Bocor dikit." Mawar mencoba bernego. Cheryl memukul kepala Mawar.
"Hahaha." Mawar tertawa.
***
Dan berakhirlah, Cheryl dan Mawar dibawah pohon pinus yang begitu menyejukan hati.
Kedua sahabat yang tak beres itu, saling sandar menyandar. Jika saja, peraturan kampus seperti sekolah, memakai bel. Cheryl dengan mudah, akan menemukan si tampan itu.
Mereka bahkan, bolos MK Pak Sucipto--- dosen yang suka bercanda tapi garing, dosen yang selalu masuk tepat waktu dan keluar korupsi waktu.
"Mau makan marshmallow." Kata Mawar.
Mawar pergi ke kedai, Cheryl menunggu. Tubuh Mawar kecil tapi, ia memiliki badan yang diidamkan semua lelaki. Terkadang ia malu, terhadap pertumbuhan payudara miliknya kelewatan batas. Mawar sampai malu, berbanding terbalik dengan milik Cheryl yang rata seperti papan penggilasan.
Jika ia berjalan, semua lelaki akan memandang ke arahnya. Mawar risih, tapi apa mau dikata jika ini pemberian Tuhan.
Wanita pecinta Oppa-Oppa cantik itu, memilih minuman dingin. Ia menarik marshmallow yang digantung, apa daya terlalu tinggi.
Tiba-tiba, ada yang mengambilkan. Sayang sekali, tempat tidak romantis seperti adegan novel di perpustakaan, si cewek yang pendek dan tanpa sengaja ada yang mengambil buku, dan ada adegan slow motion keduanya saling menatap satu sama lain, dan keduanya takkan sadar, sebelum orang lain mencolok mata mereka pakai garpu.
"Terima kasih." Kata Mawar sopan. Lelaki itu, tersenyum padanya tak kalah sopan.
"Akhir-akhir ini cuaca panas ya." Kata lelaki asing itu.
"Hm?"
Lelaki itu medekat ke arah Mawar dan berbisik, "panas." Mawar menelan ludah, seumur hidup ia jomblo dan tidak pernah berinteraksi dengan lelaki, mendadak ia mencium arom maskulin yang menyenangkan, membuat jantung Mawar, tak sehat dag-dig-dug-ser.
"Ah, panas. Nih, makan marshmallow." Dengan polos, lelaki asing itu memgambil sebungkus marshmallow, dan pergi.
Detik ini, Mawar juga jatuh cinta.
***
Mawar kembali ke tempat asal mereka, terlihat sahabatnya yang berambut panjang itu, sedang memainkan ponsel, dilihat dari samping saja, Cheryl begitu cantik. Dengan angin sepoi-sepoi yang meniup rambut Cheryl, membuat gadis makin menawan, layaknya seorang bidadari turun dari kayangan, dam mencari pangeran di bumi.
"Tara... look at this. Asupan buat para jomblo." Seru Mawar riang, dengan menunjuk kantong hitam penuh dengan makanan. Mawar hobby makan, baginya hidup untuk makan. Disaat yang lain, hidup untuk bahagia, bagi Mawar, kebahagiannya ketika makan.
Semua makanan yang masuk ke dalam perut Mawar, langsung dibagi ke bagian-bagian tertentu yang menonjol.
Cheryl langsung membuka kantong itu, dan mengambil ice cream coklat berbalur kacang.
"Jadi apa rencana?"
"Kita harus nunggu sampai dapat, kita akan menjalan misi ini sampai complete."
"Berarti kau harus nikah sama dia Cher, tangan kau udah tak perawan. Takutnya aku, nanti suami kau tinggalin, gara-gara tahu, tangan kau pernah nodai orang lain." Cheryl menelan ludahnya bulat-bulat. Ya Tuhan, apa yang harus ia lakukan? Ini menyangkut masa depannya.
"Jadi gimana bilangnya nanti?"
"Hei kau yang disana, suka tak suka, kita akan menjadi pasangan abadi. Aku milikmu, dan kamu milikku." Kata Mawar sambil bernyanyi. Cheryl manyun.
Kantong makanan sudah habis, dan orang ditunggu tak kunjung nampak. Mawar sudah sangat mengantuk, perutnya kekenyangan, tapi ia butuh asupan lagi yang segar, jus strawberry misalnya.
"Cher, mau jus."
"Beli sana."
Mawar kembali ke tempat jualan. Kali ini, ia menuju tempat khusus minuman.
Ya, strawberry memang sangat menyangarkan, disaat cuaca yang sangat menyengat seperti ini.
"Terima kasih." Mawar memberi uang 20 ribuan, ia mengocok jusnya.
Sluruuuup.
Tanpa dosa, lelaki asing di depannya, menyedot minuman Mawar. Mawar pasrah, ketika minuman itu tinggal setengah.
"Terima kasih, ku pastikan kita akan berjumpa lagi."
"Dia seperti cenayang." Dengan cuek, Mawar menyeruput jus miliknya yang sudsh disedot rasa manis, dan sisa-sisa ampas yang sudah tidak enak lagi.
Mawar kembali ke Cheryl. Entah sudah berapa kali, ia bolak-balik.
"Itu perut atau lubang hitam, cepat amat habisnya." Komentar Cheeyl melihat jus itu tandas. Padahal ia juga mau.
Mawar masih menyeruput minuman itu, walau dengan usaha terakhir.
"Itu dia..." pekik Cheryl, ketika melihat lelaki yang telah ia lecehkan.
"Woi bang! Tunggu, kamu harus tanggung jawab." Teriak Mawar, lelaki itu dengan cuek berjalan, dan masuk dalam mobilnya.
Cheryl berdiri di depan mobil, menahan si tampan itu.
Cheryl mengetuk kaca mobil. Lelaki itu membuka pintunya.
"Ya?"
"Abang tanggung jawab, gara-gara abang, tangan aku udah nggak perawan. Apa kata suamiku nanti?" Kata Cheryl berapi-api. Si tampan itu dengan berat hati akhirnya keluar. Nih cewek tak tahu malu.
"Abang harus nikahin aku, tangan aku udah nggak perawan, nanti aku jadi janda muda, gegara tangan udah nggak perawan lagi."
Lelaki tinggi itu hanya menatap Cheryl nanar.
Mawar masih memegang sisa botol jus yang isinya sudah kosong. Mawar melihat ke sedotan miliknya.
Bahkan, aku sudah berciuman dengannya.
Lelaki yang sama, yang mengalami hal terduga hari ini.
Ya, Mawar dan Cheryl, jatuh cinta pada lelaki yang sama.
***
1. Awal judul cerita ini : Some Crazy Game, They Called Love. Karena orientasi pada akhirnya, Cheryl tak percaya itu cinta. Karena kenyataan Juna tak bisa jadi miliknya, dan juga orang tuanya yang hancur. Tapi, terlalu panjang. Gantinya I Was Never Yours. Karena dari awal sudah mau buat Cheryl dan Juna tidak akan bersatu pada akhirnya.2. Meredith : Ambil dari nama kucing Taylor Swift3. Nama Cheryl, awalnya Cherry namun, nama itu udah pasaran.4. Nama Mawar : Nama Mawar diambil nama temanku. Sebenarnya, namanya bukan Mawar tapi aku memanggilnya Mawar. Seperti Cheryl xixi. Sebenarnya, nama Mawar diambil dari namaku juga🤪🤪🤪. Florenca Rosea : Artinya bunga mawar. Rose juga bunga mawar.6. Nama Juna awalnya Juno = Junior. Tapi kok Junior jadinya banyak otak traveling, jadi aku ganti Arjuna.7. Awal kisah ini bermula, karena crush pada seorang laki-laki di kampus yang memang tampan. Tapi dia tak suka sama aku💔💔💔💔💔. Potek hati
Gemuruh langit menunjukan kekuasannya. Alam sedang berkuasa sekarang. Dan Mawar bersyukur keadaan mendukung dirinya untuk menangis dan merenungi apa yang terjadi.Juna hanya melihat istrinya dari jauh. Ia tahu, wanita itu begitu terpukul. Apa yang kalian harapkan, jika semuanya sudah terjadi dan kita hanya manusia lemah yang tak berdaya untuk melawan takdir."Sayang." tegur Juna memegang punggung istrinya yang begitu rapuh. Mawar menangis di bawah hujan. Saat Jasmine pergi, keadaan rumah sepi walau Mawar sering mendengarkan ibunya menangis dan ayahnya berusaha tegar menenangkan istrinya. Kepergian Jasmine meninggalkan luka seperti kepergian Cheryl.Mawar merenungi hidup dan nasibnya. Ditinggal pergi sahabatnya dan juga adiknya."Kenapa seperti ini? Kenapa harus kayak gini?" Mawar menunduk, dan menggeleng. Juna membawa istrinya dalam dekapan dan mengelus-elus punggungnya, membiarkan istrinya menangis sebisa
Kemoterapi itu menyakitkan. Mawar melihat dengan mata kepalanya sendiri dan ia juga berjuang bersama Jasmine melawan penyakitnya.Yang membuat keluarga Mawar sering memangis diam-diam atau tiap malam, bagaimana tak ada perubahan yang berarti dari Jasmine. Dan yang membuat semua orang salut. Satu keluarga membotakan rambut mereka, karena Jasmine tak mau dikemoterapi karena rambutnya akan beguguran dan rontok dengan sendirinya.Juna begitu salut pada istrinya, hatinya begitu luas mengurus adiknya tanpa pernah mengenal lelah atau mengeluh sedikitpun. Terkadang Mawar merasa tak tega pada Juna, pengantin baru tapi mereka sibuk dengan penyakit Jasmine. Tak ada waktu untuk berdua.Bagaimana satu keluarga menemani Jasmine cuci darah setiap Minggu, gadis itu bahkan sampai mengeluh bosan dengan semua punyakit yang ia dapat.Dan sepuluh tahun Jasmine melawan penyakitnya, tapi tidak pernah menunjukan perubahan yang si
Mawar menangis tersedu-sedu, pagi ini Jasmine kejang-kejang. Yang membuat Mawar sendiri tak paham, kenapa adiknya seperti itu. Beruntung ada Juna yang selalu siap menenangkan Jasmine."Jas, jangan kayak gini." ujar Mawar sambil memegang tangan adiknya yang sedang tertidur. Sebulan di rumah sakit, dan perkembangan Jasmine tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Malah semakin menurun. Mawar rindu adiknya, agar kembali berdebat atau mengantarkan Jasmine ke tempat les setiap tiga kali seminggu dan bertemu dengan si kembar yang mengemaskan.Juna hanya menepuk-nepuk punggung istrinya dengan sayang, bahkan sampai sekarang keduanya belum pernah melaksanakan malam pertama kewajiban sebagai suami istri. Juna mengerti, lagian mereka setiap hari berada di rumah sakit. Makan, mandi, tidur di rumah sakit, menjaga Jasmine 24 jam.Semua orang menyayangi Jasmine, dan mengharapkan kesembuhan untuk gadis manis yang sangat pintar, dan ta
Berlari secepat cheetah. Bergerak selincah ular, melompat sejago kelinci.Mawar berlari memegangi, gaun pengantin yang belum ia ganti. Juna hanya mengikuti Mawar dari belakang. Tak meyangka, istrinya begitu gesit."Yang tungguin." teriak Juna. Saat, Mawar tak peduli pada kehadiran orang-orang di sekitarnya. Bahkan, ia merasa dejavu, saat mengejar Cheryl dulu. Ya Tuhan, musibah apalagi?Mawar berlari dengan menenteng sepatunya, mengangkat gaunnya dan berlari di manapun rumah sakit berada. Ia merasa sangat trauma. Karena kepergian Cheryl, Mawar seperti antipati terhadap rumah sakit. Kalau boleh, seumur hidupnya ia tak perlu berhubungan dengan rumah sakit. Kalau boleh lagi, melahirkan nanti, Mawar ingin melahirkan sendirian."Sayang.." tegur Juna dengan napas ngos-ngosan, akhirnya berhasil menggapai tangan Mawar. Memang tenaga Mawar, tenaga kuda."Udah, jangan panik. Kita cari angkot, atau ta
"Satu ... Dua ... Tiga ...""Huwahh .... Dea dapat anjirr." heboh semua orang, saat penangkapan buket bunga pernikahan. Sang pengantin bertepuk tangan bahagia, hari yang dinantikan telah tiba. Tuhan telah menyatukan dua insan yang telah menemukan tulang rusuk mereka, dan dua cucu anak Adam bersatu dalam perkawinan. Mawar dan Juna begitu kompak dan bahagia dengan hari ini, hari istimewa yang takkan mereka lupakan dalam sejarah hidup keduanya. Hari keduanya bersatu, dalam ikatan suci pernikahan.Gadis itu memakai dress pernikahan dengan gaya empire. Gaun polos dengan pilihan satu warna, terkesan sederhana, tapi tetap terlihat elegant."Mantap-mantap kita yang." gurau Mawar sambil tertawa. Juna mengamit lengan Mawar, ia tak meyangka usianya masih cukup muda untuk menikah, tapi ketika sudah memahami sifat masing-masing, Juna akhirnya tahu, Mawar tempat terakhirnya berlabuh.Kedua pengantin meninggalkan semua o