Share

Bab 4

Penulis: Min_Jikyu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-25 09:34:25

Mikael sudah menenggak beberapa gelas alkohol yang ada di hadapannya. Sekarang laki-laki itu benar-benar ada di batas kesadaran, kepalanya sudah berat, rasa pahit dan pekat menyatu pada wine yang sekarang mengalir di tenggorokannya.

Masalah akhir-akhir ini selalu muncul, masalah di kantor dan belum lagi Eleana yang membuat amarahnya meledak malam ini.

Mikael berjalan sempoyongan menuju pintu keluar klub. Langkahnya terhenti oleh sosok wanita dengan dress super ketat yang memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping. Rambut pirangnya membuat Mikael mengira jika itu adalah Eleana.

“Jalang kecil, kenapa kau ada di sini?”

“El, sudah lama kita tidak bertemu.”

Wanita itu tersenyum, lalu bergelayut manja pada lengan kekar Mikael. Mikael sendiri hanya terkekeh sambil mengusap rambut panjang bergelombang milik wanita yang ada di hadapannya.

“Kau merindukanku El?” tanya wanita itu.

Mikael terkekeh. “Kau agresif sekali, Baby.”

Wanita itu menaikkan sebelah alisnya karena tidak biasanya Mikael memanggilnya dengan sebutan ‘Baby’.

“Aku akan memberikan yang terbaik malam ini, El.”

“Harusnya seperti itu, Baby.”

Mikael mendaratkan kecupan di pipi wanita itu dan selanjutnya yang terjadi, Mikael tidak akan menyadari apa yang telah ia lakukan.

***

Mikael mengerjapkan kedua matanya saat cahaya matahari mulai masuk ke dalam kamar hotel. Tunggu, kamar hotel?

Ini terlihat begitu sangat asing, bukankah semalam ia ada di sebuah klub?

Lelaki itu mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru kamar, rasa pening yang masih terasa di kepalanya membuat Mikael tidak bisa berpikir jernih. Apalagi sekarang seorang wanita datang dengan membawa secangkir kopi yang masih mengepulkan asap.

“Kathrine?”

“Selamat pagi, El. Kau sudah bangun, Baby?” tanya Kathrine dengan suara lembut.

Mikael segera turun dari ranjang, menyambar jas yang tergeletak di sofa sudut ruangan.

“Bagaimana, kau menikmati pelayananku semalam?”

“Kau mau ke mana?” tanya Kathrine, meraih kemeja Mikael yang entah sejak kapan kancing bajunya sudah lepas, memperlihatkan dada bidangnya yang tumbuh bulu-bulu halus.

“Lepaskan!”

Mikael menghempaskan tangan nakal Kathrine yang mulai bermain pada dada lelaki itu, sampai wanita cantik berambut pirang bergelombang itu mundur tiga langkah.

Kathrine mencebik, “Semalam kau bersikap manis kepadaku, sekarang? Bahkan menatapku saja kau terlihat jijik.”

“Memang kau menjijikkan,” ucap Mikael dan menohok perasaan seorang Kathrine.

Tanpa pikir panjang Mikael segera keluar dari kamar hotel. Meninggalkan Kathrine seorang diri dengan kekecewaan dan rasa kesal di hatinya.

***

Eleana terbangun dengan mata yang sembab, ia menangis semalaman dan sekarang ia baru merasakan tubuhnya seperti remuk. Dingin sekali hari ini, meski matahari sudah muncul memancarkan cahaya terang yang menerobos celah korden. Wanita dengan rambut pirang lurus itu mengeratkan selimut, meraba sisi ranjang yang masih kosong dan terasa dingin, sejak semalam Mikael tidak pulang.

“Bodoh, untuk apa berharap lebih. Kehadiranmu hanya untuk menjadi penikmat nafsunya saja,” kesalnya pada diri sendiri.

Mengingat kejadian semalam membuat hati Eleana benar-benar tercabik.

Dering ponsel membuat Eleana terduduk dari posisi berbaring. Kepalanya terasa pening dan berat, pandangannya juga mengabur, tetapi ia mencoba mengusir itu dengan menggelengkan kepala pelan. Dengan langkah gontai Eleana mengambil ponsel yang tergeletak di meja rias.

“Halo?”

“Selamat pagi, Lea.”

Eleana membulatkan mata. “Kau? Mau apa lagi kau menghubungiku?”

“Aku hanya ingin memperbaiki semua dari awal, Lea.”

Eleana meremas sisi meja riasnya, ia sudah sangat muak. “Sudah sangat terlambat, aku sudah—“

“Aku tahu, kau sudah mempunyai seorang suami sekarang. Aku minta maaf untuk kejadian tadi malam.”

Eleana mengusap kasar air matanya.

“Aku hanya ingin menyelesaikan kesalahanku di masa lalu dengan meminta maaf secara langsung padamu. Setidaknya kau dengarkan penjelasanku dulu, setelah itu terserah, kau boleh terus membenciku."

Wanita itu tampak berpikir sembari mengusap kasar air mata yang terus mengalir tanpa diminta. “Baik, hanya sekali ini saja,” putusnya.

Leo terdengar menghela napas di seberang sana. “Aku menunggu kabar baik darimu.”

Eleana memutuskan panggilan telefon, lalu menaruh ponselnya setengah membanting.

“Sedang berhubungan dengan selingkuhanmu?” 

Sekali lagi, ia dikejutkan dengan kehadiran Mikael yang tiba-tiba. Suaminya itu dengan penampilan kacau berjalan gontai menuju ranjang dan langsung menjatuhkan tubuh tegapnya di kasur.

“Sejak kapan kau datang?” tanya Eleana.

“Memangnya kau peduli?” Mikael terkekeh menyebalkan pada akhir kalimatnya.

“Bahkan jika aku tidak pulang selama beberapa hari, kurasa kau tidak akan pernah mencariku.”

“Bu—bukan seperti itu,” cicit Eleana, memainkan jemari lentiknya.

“Ya, terserah kau saja.”

Eleana dengan langkah pelan menyusul Mikael yang sudah beranjak dari ranjang dan pergi ke tempat handuk. Lalu ia menarik pelan tubuh Mikael agar berbalik dan bersitatap dengannya, wanita itu menelisik penampilan Mikael yang sudah berantakan dari atas sampai bawah.

“Kenapa? Kau berpikir aku pergi bermalam dengan seorang jalang semalam?” tanya Mikael.

Eleana membelalakkan mata. “Bicaramu selalu kasar.”

“Aku memang seperti itu.”

“Kau mabuk?”

“Masih peduli,” kekeh Mikael.

Eleana berdecak. “Berhenti mengatakan kalimat menyebalkan itu.”

Mikael mencondongkan kepalanya ke depan, menaruhnya di ceruk leher Eleana yang terasa hangat. “Tunggu, kau demam?” Mikael mulai mengulurkan punggung tangan ke dahi wanita itu.

Namun, Eleana berusaha menghindari sentuhan Mikael dengan memundurkan tubuh.

“Mulai sekarang aku tidak suka penolakan,” geram Mikael saat Eleana menepis tangannya.

Eleana mendengkus. “Aku benci kau yang seenaknya.”

Selanjutnya, Mikael menggendong tubuh Eleana dengan gaya bridal style dalam diam. Eleana yang belum siap diperlakukan seperti itu memekik terkejut, ia segera mengalungkan kedua tangannya di leher Mikael.

"Kau gila?”

“Iya, tergila-gila padamu.”

***

“Minumlah,” ujar Mikael.

Ia menyodorkan sebuah pil dan segelas air putih pada Eleana yang sekarang tengah memejamkan mata. Wanita itu mengerjap, merasakan kepalanya yang masih berdenyut dan tenggorokan yang pahit.

“Aku tidak ingin minum obat,” tolak Eleana, ia menaikkan selimutnya sampai menutupi seluruh tubuh.

Mikael mendengkus. "Kau memang keras kepala.”

“Sama sepertimu.”

Susah sekali membujuk Eleana untuk minum obat. “Jadi, kau ingin minum obat atau kubawa ke rumah sakit lagi?”

“Kau suka sekali memaksaku dengan hal-hal yang tidak aku sukai.” Eleana melempar guling ke arah Mikael, kesal.

Tanpa pikir panjang ia duduk, mengambil obat dan segelas air dari tangan Mikael. Sekali tenggak, Eleana sudah berhasil menelan obat dan kembali menidurkan tubuhnya.

“Bagus, kau sangat cantik jika menurut seperti ini.” Mikael terkekeh, membelai rambut panjang Eleana.

“Aku bukan anak kecil.”

Lagi-lagi Mikael terkekeh.

“Aku ada urusan sebentar, Baby. Kau jaga dirimu, aku akan segera kembali.”

Eleana memberengut kesal, “Baru saja kau kembali dan sekarang kau akan pergi lagi.”

“Sebentar.”

Eleana menggeleng lemas. “Terserah kau saja.” Wanita itu membalik tubuhnya membelakangi Mikael.

“Aku janji tidak akan lama, beristirahatlah. Aku harap kau segera membaik, Baby.”

Setelah mengecup puncak kepala Eleana cukup lama, lelaki itu benar-benar pergi meninggalkannya. Mikael memang seperti itu, tak peduli bagaimana kondisinya, dia akan tetap pergi untuk urusan bisnis.

Lalu, apakah Eleana tidak penting baginya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • I Want You   Bab 41

    "Om, Vin ingin es krim." Izrael yang sedang membaca buku di ruang tengah menatap sang keponakan setelah menaruh majalah di tangannya. "Apa, Vin?" "Es krim." Kevin dengan malu-malu menunjuk kulkas yang ada di dapur. Senyum manisnya mengembang, membuat Izrael juga tertular. "Kata Daddy, kau tidak boleh makan yang manis-manis." Seketika Kevin menunduk. "Aku mau." Melihat wajah Kevin yang berubah sedih, Izrael tak sampai hati untuk menolak permintaan keponakan kecilnya. Maka dari itu, Izrael langsung saja menggandeng Kevin dan ia dudukkan di kursi makan. Di rumah tidak ada siapa-siapa, selain dirinya dan Kevin. Mom dan Dad sedang pergi ke sebuah pesta, sementara Mikael dan Eleana yang sejak tadi memberitahu akan menjemput Kevin, belum juga sampai. "Kau jangan bilang Daddymu, ya. Bisa-bisa aku dipenggal." "Dipenggal itu apa, Om?" Pertanyaan polos Kevin membuat Izrael merutuki mulutnya sendiri yang tidak difil

  • I Want You   Bab 40

    Seperti menemukan keluarga baru, Kevin begitu lengket dengan Izrael. Bahkan ia sering ikut Omnya pergi ke beberapa tempat makan dan bertemu teman-teman Izrael. Mungkin karena saat masih dalam kandungan, Izrael merawat Kevin jadi dia tidak perlu waktu lama untuk dekat.Mengenai Mikael, dia sering cemburu. Tentu saja. Bahkan saat belajar menghitung, Kevin lebih memilih diajari Izrael daripada dirinya. Mungkin ini hal yang sepele, tapi Mikael merasa sudah di ayah tirikan oleh putra kecilnya.Tapi, pagi ini, Mikael benar-benar menitipkan Kevin sepenuhnya pada Izrael karena tiba-tiba Eleana demam lagi. Padahal kemarin masih baik-baik saja, tapi malam tadi demamnya begitu tinggi. Susahnya, Eleana selalu menolak untuk dibawa ke rumah sakit dengan alasan masih trauma saat dirawat pasca melahirkan dulu."Aku titip, besok kuambil lagi," ucap Mikael, mencium pipi Kevin sebelum putranya masuk ke dalam rumah besar Mom Isabelle."Sudah seperti barang saja, dioper sana

  • I Want You   Bab 39

    Mikael memijat pangkal hidungnya. Jika dihadapkan dalam keadaan seperti ini, ia lebih memilih meeting dan membuat laporan daripada harus mengajari Kevin berhitung.Bukannya tidak mau, hanya saja putra kecilnya ini lebih banyak bicara menanyakan gambar sebagai objek belajarnya, bukan menghitung. Lalu, jika Mikael mengatakan hitungannya salah. Dia akan marah dan kesal."Vin, diamlah. Dad pusing sekarang." Mikael menyandarkan punggungnya, saat Kevin mulai bertanya sebaiknya kelinci di buku menghitung diwarnai apa."Daddy, aku bertanya.""Terserahmu saja, pilih yang kau suka."Kevin mendengkus, kesal. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, menatap Mikael tidak suka. "Aku mau belajar dengan Mom saja.""Jangan...!"Mikael mengangkat Kevin ke pangkuannya, memeluk tubuh mungil itu dan membuatnya nyaman dalam kungkungan Mikael. "Mom sedang sakit Vin."Dua hari ini Eleana batuk dan demam, tadi pagi ia baru saja pergi ke dokter d

  • I Want You   Bab 38

    "Pagi, Daddy.""Pagi, Vin."Mikael mencium pipi putra kecilnya, ia ikut duduk di sebelah Kevin yang sedang sarapan roti selai buatan Oma. Pukul delapan pagi, ketika Mikael turun dari lantai atas."Mom di mana?" tanya Kevin, menatap Mikael dengan mata bulatnya."Mom masih tidur."Kevin mengerutkan kening, tidak biasanya Mommy masih tertidur saat matahari sudah menyengat seperti ini. Bocah kecil itu sampai memiringkan kepalanya bingung."Mom kecapekan, sayang.""Hm?""Mom sakit?" tanya Kevin, kaki gembulnya berusaha turun dari kursi setelah menanyakan itu pada Mikael."Vin, mau ke mana?" tanya Mikael setelah menurunkan bocah itu.Kevin tidak menjawab, ia mengambil piring berisi roti selainya yang tinggal setengah, lalu menaiki tangga dengan hati-hati."Kevin, mau ke mana, Nak?" Mom Isabelle yang melewati bawah tangga meringis, melihat bagaimana cucu pertamanya dengan susah payah menaiki tangga."Oma, V

  • I Want You   Bab 37

    Brankar pesakitan itu didorong oleh dua perawat sekaligus, melewati lorong-lorong rumah sakit yang sepi dan masuk ke dalam UGD.Sebuah tangan yang menghantam tembok, seperti saksi bahwa sebenarnya seseorang tidak ingin kejadian tiba-tiba ini terjadi.Ponsel di sakunya bergetar, sebuah panggilan masuk dari seorang bodyguard yang ia tugaskan untuk mengejar seseorang berpakaian serba hitam di bandara tadi."Bagaimana?""Kami menangkapnya, Tuan.""Jaga dia, usahakan jangan sampai kabur.""Baik, Tuan."Darah yang mengalir di buku-buku jari, tidak ia hiraukan. Ia berjalan mondar-mandir di depan ruang UGD, menunggu kabar dan berharap itu bukan kabar buruk."Tuan Mikael, Nyonya Isabelle menelepon."Mikael menoleh, pada seorang bodyguard yang tadi menemaninya untuk pergi ke rumah sakit. Ia mengambil ponsel di tangan bodyguardnya dengan ragu."Kau di mana? Eleana menangis sejak tadi," cerita Isabelle."Mom, katakan p

  • I Want You   Bab 36

    "Mom, Vin ingin bertemu Dad." Eleana seperti diserang ribuan lebah berbentuk gumpalan menggemaskan dalam satu tubuh, Kevin. Putra kecilnya yang bicara tanpa henti, menanyakan sosok Daddy-nya yang sedang pergi untuk melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Rasanya Eleana sudah tidak punya alasan untuk membujuk Kevin. Karena semua bujukan yang ia buat, tidak berhasil membuat Kevin tenang. Adonan kue yang sedang ia buat sampai kebanyakan tepung terigu. "Vin, Mom sedang memasak." "Vin ingin bertemu Daddy," rengeknya, menarik-narik kaus Eleana. Seperti dengan begitu Mommy-nya akan luluh dan mempertemukannya dengan Mikael. "Mommy." Tangisan Kevin yang menggelegar membuat Eleana menaruh adonan kuenya dan langsung menggendong bocah itu. Mungkin, Kevin sudah kesal terlalu lama diabaikan oleh Eleana. "Berhenti menangis," ucap Eleana, mendudukkan Kevin di atas meja. Kevin justru memperkeras tangisannya. Membuat Eleana mendengus,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status