Share

Bab 5

Tiga hari kemudian...

Mikael sibuk dengan pekerjaan di kantor yang sedang mengalami masalah cukup serius, sampai lelaki itu tidak sering berada di rumah untuk menemani istrinya. Bahkan, saat Eleana masih merasa tidak enak badan lelaki itu tidak ada di sampingnya.

Eleana masih berkutat pada layar laptop untuk memantau bisnis toko online yang ia bangun bersama teman sekampusnya, ketika ponsel di samping laptop bergetar. Panggilan masuk dari Mikael.

“Kau sedang apa?” tanyanya.

“Mengerjakan pekerjaan kecil.”

“Toko pakaian online-mu itu.”

Eleana mengangguk meski Mikael tidak melihat, ia memasukkan camilan ke dalam mulut sebelum menjawab, “Kapan kau akan pulang?”

“Mungkin larut seperti kemarin, ada apa?”

“Hari ini aku akan keluar sebentar bersama teman kampusku untuk membahas toko online kami.”

Terdengar helaan napas. “Bersama supir?”

“El, aku naik taksi saja. Aku janji tidak akan lama, katamu aku harus segera menyelesaikan pekerjaan ini.”

Mikael memang tidak setuju jika Eleana bekerja, meski l itu pekerjaan online dan bisa dikerjakan di rumah. Cukup dirinya yang bekerja dan Eleana yang duduk manis di rumah, itu lebih baik bagi Mikael.

“Hm, cepat selesaikan pekerjaanmu itu. Atau aku sendiri yang akan bicara dengan teman-temanmu.”

“Baik, kututup dulu, ya,” pamit Eleana.

“Hm, jangan pulang larut malam, Baby.”

***

Setelah mendapat izin dari Mikael, Eleana pergi bertemu dengan teman-temannya. Hampir satu jam, Eleana mengobrol dan meminta maaf karena ia sudah tidak bisa bergabung untuk melanjutkan bisnis toko online lagi, karena satu dan lain hal. Teman-temannya yang baik sangat maklum dengan keputusan Eleana dan menerimanya.

Sekitar pukul 10, Eleana menginjakkan kaki kembali di sebuah taman yang sudah lama tidak ia kunjungi—taman dengan beribu kenangan bersama mantan kekasihnya—Leo.

Memantapkan hati, akhirnya Eleana memutuskan untuk bertemu Leo. Ia pikir sebaiknya menyelesaikan masa lalunya dulu karena ia sudah sepenuhnya menjadi milik Mikael, agar Mikael juga tidak selalu salah sangka nantinya.

“Hai, Lea.”

Eleana berbalik dan melihat sosok Leo yang sedang berjalan perlahan menuju ke arahnya sambil membawa sebuket bunga. Lelaki itu tersenyum, senyum yang masih terlihat sama dengan senyuman satu tahun lalu ketika mereka merayakan hari jadi mereka di taman ini.

Sekarang, lihat. Eleana tak seperti dulu yang langsung membalas senyum manis Leo dengan senyum manisnya juga. Wanita itu hanya menatap dalam diam lelaki yang berselisih umur tiga tahun dengannya itu dengan wajah yang datar. Tidak ada lagi perasaan bahagia dan jantung yang berdegup kencang ketika melihat seorang Leo.

“Aku membawa bunga kesukaanmu,” ucap Leo, menyodorkan buket bunga yang ada di tangannya pada Eleana.

Eleana mengambilnya dan hanya membalas Leo dengan ucapan terima kasih. Kemudian Leo mengajak Eleana untuk duduk di salah satu bangku yang ada di taman itu.

Lama mereka terdiam, menikmati embus angin yang menerpa wajah masing-masing. Leo memberanikan diri untuk menatap Eleana dari samping.

“Apa kau merindukanku?” tanya Leo.

Eleana tertawa. “Pertanyaan bodoh.”

“Maaf, aku melupakan fakta bahwa kau sudah bukan milikku lagi dan tidak akan bisa kuraih,” ucap Leo, terdapat nada penyesalan pada kalimatnya. Lelaki itu bahkan menundukkan kepala, menyesal.

“Kau sudah tahu, jadi untuk apa sebenarnya kau ingin mengajakku bertemu selain meminta maaf?” tanya Eleana to the poin.

Leo menghela napas. “Aku hanya ingin meluruskan kesalahpahaman yang terjadi antara kita.”

Tiba-tiba lelaki itu menggenggam tangan Eleana. Eleana sendiri hanya diam, membiarkan Leo melakukan apa yang dia inginkan karena itu adalah hal yang seterusnya tidak mungkin bisa ia lakukan lagi.

“Aku pikir, kau akan menjadi milikku lagi setelah pertemuan kita di pesta pernikahan Rey, kemarin. Ketika aku tahu kau dibawa pergi oleh lelaki sialan itu dengan kasar, aku ingin mengejar. Tapi, saat aku mencari tahu ternyata dia adalah suamimu.” Leo tersenyum kecut.

Sementara Eleana masih mendengar dengan baik apa yang lelaki itu katakan.

“Aku minta maaf atas semua yang terjadi padamu, dulu. Aku mencintaimu Lea, sangat mencintaimu. Tapi Mom menginginkan aku bersama wanita lain waktu itu,” ucap Leo, merasa sangat bersalah atas apa yang terjadi pada hubungan mereka dulu.

“Mom memberikan wanita yang lebih baik untukmu, daripada aku dia jauh lebih baik, bukan?” balas Eleana santai.

Leo mengalihkan pandangan ke arah lain. “Saat itu aku bimbang Lea, Mom sedang sakit. Aku tidak bisa menolak apa pun permintaannya hingga menyakiti hatimu, maafkan aku Lea.”

“Mom sakit? Di mana dia sekarang?”

Meski Eleana tidak pernah diperlakukan baik oleh mantan mertuanya itu, tapi sebagai seorang wanita yang pernah mencintai putranya, Eleana tetap menyayangi wanita itu layaknya Mommynya sendiri.

Leo tersenyum, tipis. “Dia sudah bahagia, di sana.” Leo mendongak.

“Aku benar-benar tidak tahu, maafkan aku. Aku turut berbela sungkawa atas kepergian Mom.” Eleana mengusap punggung tangan Leo, sebagai tanda bahwa ia juga ikut bersedih dengan kabar duka itu.

“Tidak apa Lea. Aku harap, kau mengerti sekarang. Aku sama sekali tidak punya niat untuk menyakitimu, aku sangat menyayangimu, sekali lagi aku minta maaf.”

Eleana mengangguk. “Kurasa semuanya sudah berlalu, kau bahagia dengan wanita itu dan aku bahagia dengan pilihanku.”

Leo tersenyum. “Kuharap kau bahagia bersamanya.”

Eleana membalas senyuman Leo tak kalah tulus. Wanita itu segera menarik tangannya kembali dari genggaman Leo. Mereka berdua sama-sama diam, menikmati angin yang berembus dengan perasaan lega. Akhirnya mereka sudah bisa merelakan sebuah kisah yang memang tidak bisa untuk dilanjutkan, meski berat sebelah untuk melupakan.

***

Eleana pulang setelah menikmati secangkir kopi bersama Leo di tempat biasa mereka berkencan dulu, tidak ada maksud lain hanya untuk mengenang. Banyak hal yang mereka bicarakan di sana, sampai mereka melupakan waktu yang terus berputar.

Sekarang sudah pukul lima sore dan Eleana merasa kepalanya berdenyut hebat saat dia sedang menunggu taksi. Awalnya, Eleana menolak diantar oleh Leo karena jika Mikael tahu, ia akan salah paham lagi dan berakhir dengan sesuatu yang tidak pernah Eleana bayangkan.

Belajar dari pengalaman, Eleana tidak ingin hubungannya kembali memburuk.

Taksi berhenti ketika pandangan Eleana mulai mengabur, wanita itu menggelengkan kepala untuk mengusir pening yang seakan ingin memecah kepalanya.

“Nona, kau baik-baik saja?” tanya supir taksi yang melihat wajah pucat Eleana.

“Iya, aku baik-baik saja Tuan,” jawab Eleana.

Tepat saat wanita itu membuka pintu, tubuhnya terhuyung ke belakang dan ambruk tepat di dekapan seseorang. Suara di sekitar menjadi berdengung dan tiba-tiba hilang.

Sunyi.

Senyap.

Hanya ada dirinya bersama kegelapan.

Eleana tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh supir taksi. Setelah ia dibawa ke sebuah tempat yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status