Chapter 43
My Destiny
Vanilla berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya, sesekali ia memeriksa layar ponsel yang ada di tangannya.
"Sayang, duduklah. Jangan panik," ucap Xaviera mencoba menenangkan Vanilla.
Vanilla menatap Xaviera dengan tatapan permusuhan. "Kau mudah berkata seperti itu karena tidak merasakan sakitnya berada diposisi kami."
Faktanya, Vanilla masih tidak bisa menerima kenyataan jika ia bukan anak dari Chase. Xaviera bisa memahami dan memaklumi putrinya karena Chase, selama hidupnya sangat memanjakan Vanilla sebagai putrinya. Mereka bertiga hidup rukun, ia juga bisa mencintai Chase dan mendedikasikan dirinya sebagai istri yang baik untuk suaminya yang telah menyelamatkan dirinya dan Vanilla.
Ketika orang yang diyakini seumur hidup ternyata adalah orang lain yang tidak memiliki hubungan darah, tentu saja hal itu menjadi sebuah
Epilogue
Chapter 57
Chapter 56
Chapter 55
Chapter 54
Chapter 53
Chapter 52
Chapter 51
Chapter 50I ApologiesVanilla menikmati paginya dengan menatap wajah tampan Nick yang tersaji di depannya, pria itu tampaknya masih dibuai mimpi. Ia mengulurkan tangannya, jemarinya menyentuh alis tebal Nick, senyum bahagia mengembang di bibir indah Vanilla. Pemuda yang dulu ia kagumi di sekolah menengah atas kini menjadi miliknya, berada di atas ranjangnya, menjadi calon suaminya, dan mereka juga akan segera memiliki buah hati. Masih seperti mimpi. Terlepas dari segala konflik keluarga, kehadiran Nick bagi Vanilla memang seperti mimpi. Seperti seorang gadis biasa yang mendapatkan seorang pangeran berkuda putih di dalam dongeng anak-anak. Jemari Vanilla turun menyentuh sudut bibir Nick, matanya menatap bibir kenyal itu seolah ia sedang mendamba. Perlahan ia mendekatkan bibirnya dan men