Share

5. Badai Besar

Kerajaan lautan kini tengah mengadakan pesta besar-besaran karena sebentar lagi sang pangeran akan menikahi mate yang selama ini dicari. Banyak sekali mermaid yang datang dengan wajah ceria. Tidak hanya mermaid, tetapi hewan laut lainnya pun datang.

  Pernikahan pangeran kali ini sangat spesial, karena di samping merayakan pernikahan. Acara ini juga sekaligus pelantikan pangeran sebagai raja Aqua Land. Tampak singgasana yang megah dan indah itu ditempati oleh Pangeran Cetacea yang sebentar lagi akan menjadi seorang raja juga mate-nya yang cantik jelita mermaid Selyn.

  Tamu dari kerajaan lain juga datang membawakan hadiah sebuah trisula yang menjadi kebanggaan kaum bangsawan laut.

  “Saya ikut senang akhirnya kau menemukan mate yang cantik nan anggun, Pangeran Cetacea,” ucap Raja Palung, ia melirik dan tersenyum pada Selyn. “Walaupun mate-mu dari kalangan bawah,” tambahnya.

  Selyn yang tadi merasa percaya diri ketika dipuji, kini merasa terhempas dengan kalimat raja yang tidak ia kenali.

  “Bukankah lebih pantas putriku bersanding denganmu di sini? Daripada mermaid pinggiran seperti dia?”

  Emosi Selyn memuncak, dirinya merasa terhina. Ia menoleh pada Pangeran Cetacea, meminta pembelaan.

  “Putrimu memang pantas denganku, Raja Palung. Namun sayang sekali kami tidak ada kecocokan. Putrimu yang manja itu, tidak ada apa-apanya dibanding Selyn-ku, permaisuri yang akan mengandung penerus Aqua Land,” ucap Pangeran Cetacea mengangkat dagunya. Ia terlihat berwibawa sekali.

  “Selyn adalah mermaid pilihan. Dia istimewa dibanding dengan mermaid lain. Karena apa? Hanya dia satu-satunya mermaid yang bisa mengandung anak dariku. Kau tahu cairanku itu langka, dan Selyn memiliki cairan langka itu. Kami adalah pasangan yang spesial.” Pangeran Cetacea begitu membanggakannya Selyn.

  Sementara Selyn bergerak gelisah mendengar penuturan Pangeran Cetacea. Jadi, cairan Molis yang ditukar olehnya adalah cairan langka. Cairan itu berperan penting untuk kelangsungan bangsawan Aqua Land. Namun dirinya bukanlah pemilik asli cairan itu. Bagaimana ini?

  Selyn pikir, cairan kemarin hanya diperiksa dari gen mana. Ternyata ....

  “Permaisuriku, kenapa kau melamun?” tanya Pangeran Cetacea. “Apa kau tidak puas dengan pujianku? Apa aku harus mengunjungi di seluruh lautan untuk mengumandangkan bahwa hanya kau saja yang istimewa di penjuru lautan ini?”

  Selyn menggeleng, lalu sudut bibirnya terangkat. “Aku tahu hanya diriku satu-satunya mermaid paling beruntung di lautan ini.”

  Acara penobatan Pangeran Cetacea sebagai raja segera berlangsung. Pangeran Cetacea mengucapkan sumpah sebagai raja. Kemudian disusul oleh sang ayah yang melepaskan mahkota dan memberikannya pada Pangeran Cetacea.

  Belum sampai mahkota itu bertengger di kepala Pangeran Cetacea. Mermaid man yang menjaga daerah perbatasan datang membawa berita.

  “Dengan segala ampun, hentikan penobatan ini! Badai besar terjadi meluluh lantakkan sebagian daerah Aqua Land. Tidak dipungkiri kerajaan juga akan terkena dampaknya. Gelombang air laut terjadi tiba-tiba. Sebaiknya hentikan penobatan Raja Cetacea. Ini bukan waktu yang tepat.”

  Mendengar kabar buruk yang diumumkan, para mermaid dan hewan lautan berenang ke sana kemari untuk pergi menuju tempat yang aman. Raja Aqua Land memberikan instruksi untuk rakyatnya agar lebih tenang.

  “Di mana tempat yang lebih aman, Mermaid Man?” tanya sang raja.

  “Sementara ini, daerah paling aman adalah Palung Mariana. Tepat di hutan alga, di sana tidak terkena dampak dari gelombang besar ini, Yang Mulia.”

  “Perintahkan ke seluruh rakyat Aqua Land untuk pergi ke sana.”

  Berbondong-bondong penghuni Aqua Land berenang menuju Palung Mariana. Begitu juga dengan keluarga kerajaan. Tidak ada persiapan sama sekali. Mereka hanya mementingkan keselamatan.

  “Tidak pernah terjadi sekali pun bencana saat penobatan raja. Bukankah ini adalah tanda-tanda buruk?”

  “Aku pun merasa begitu.”

  Para mermaid membicarakan kejadian ini dalam perjalanan menuju Palung Mariana.

  “Demi Dewi Fortuna, keadaan sedang tidak baik. Kalian malah membicarakan mitos,” tegur salah satu mermaid.

  Mereka tidak hanya membicarakan mitos saja, tetapi juga membicarakan Selyn.

  “Apa ini juga karena Selyn yang menjadi permaisuri?”

  “Kurasa begitu.”

  “Dia bukan mermaid yang sepenuhnya baik. Apa laut marah padanya?”

  Selyn menjadi buah bibir warga lautan. Ia juga menjadi sorotan mata. Selyn yang mendengar ucapan tidak mengenakkan hati itu merasa dongkol.

  “Mereka pasti iri karena aku yang menjadi permaisuri,” lirih Selyn.

**

 Ombak kali ini begitu besar. Gelombangnya seolah mulut raksasa yang tengah kelaparan. Perahu kecil banyak yang bergegas menepi. Ditambah awan yang gelap. Juga petir yang menyambar.

  “Ada apa ini?” tanya Molis pada ikan yang menemani dirinya untuk mengambil tumbuhan yang bisa mengubahnya menjadi manusia.

  “Sepertinya hari ini akan ada badai besar. Laut kali ini tidak bersahabat. Sepertinya kita harus menunda dulu untuk mencari tumbuhan yang kau maksud,” jawab ikan.

  “Badai? Aku tidak pernah mendengarnya. Apa itu berbahaya seperti manusia?”

  “Ini lebih bahaya dari manusia. Badai adalah fenomena yang dapat membawa kita ke suatu tempat asing. Arus laut akan sulit dilawan. Kita juga bisa mati kalau tidak berhati-hati.”

  “Hm ... tapi aku ingin segera menjadi manusia. Masa hanya karena badai kita bisa mati. Kau saja yang tadi ditangkap oleh manusia bisa selamat. Aku tidak percaya dengan kata-katamu. Ini hanya akal-akalanmu saja agar tidak mengantarku ke tempat tumbuhan itu ‘kan?” sangkal Molis yang tidak dapat percaya dengan mudah.

  “Heh, Mermaid Tua! Kau ini sudah hidup ribuan tahun. Apa kau tidak pernah bersinggah kemari? Sehingga tidak tahu apa itu badai dan bagaimana bahayanya. Kalau kau mau tetap bersikeras untuk pergi ke tumbuhan yang kau cari, jangan salahkan aku kalau riwayatmu sampai di titik ini saja.” Ikan itu berenang menuju tempat yang lebih aman. Meninggalkan Molis yang keras kepala.

  “Cih, dasar ikan, mudah putus asa sekali. Aku memang tua, jadi tidak bisa dibohongi begitu saja olehmu.” Dengan ekor sirip lincahnya, Molis terus berenang walau kadang tubuhnya terbawa oleh ombak.

  Kilat menyambar-nyambar, sampai terlihat dari dalam lautan. Molis yang melihat kilatan cahaya putih itu merasa penasaran. Dari mana cahaya itu berasal?

  “Cahaya tadi terang sekali, apa cahaya itu memiliki tujuh warna? Aku harus berenang lebih ke atas lagi.”

  Molis begitu yakin berenang melewati batas mermaid yang seharusnya. Daerah yang bersentuhan dengan daratan adalah daerah terlarang bagi mermaid dan penghuni lautan dalam. Diri Molis berada di bawah ambisi yang berkobar-kobar.

  “Lihat saja, mermaid tua yang sering menjadi bahan lelucon kaum lautan nanti akan bahagia,” ucap Molis saat menyembulkan kepala dari air.

  Pemandangan langit yang gelap juga petir yang menyala-nyala membuat Molis diam mendongakkan kepala. Detik selanjutnya, ombak dengan gelombang besar melahap Molis. Molis menjerit, suaranya tidak sebanding dengan suara guntur yang mengiringi.

  “Hah! Tamatlah riwayatku!” Tubuh Molis terbawa ombak, ekor bersisiknya tidak mampu untuk mengendalikan diri.

  Benar kata ikan tadi. Badai ini, sangat berbahaya. Namun karena tidak sabar. Ambisi Molis malah menjadi pedang yang menusuk dirinya. Hingga ombak itu menerjang karang besar, tubuh Molis ikut menabrak batu karang yang kini tidak nampak indah.

  “Argh, sakit sekali tubuhku,” keluh Molis yang merasakan perih di seluruh tubuh. Sebesar ini perjuangan dirinya untuk menjadi manusia. Saking lelah dan sakitnya, Molis tidak mampu lagi membuka mata, kini penglihatannya menggelap.

  Nelayan yang sedang terjebak ombak tidak sengaja melihat mermaid terdampar di batu karang. Tubuh nelayan itu bergetar melihat perwujudan mermaid yang besar dan menguji iman.

  “Bentuk tubuhnya besar sekali, dadanya juga sangat menggiurkan.”

  “Hei, kau sedang melihat apa? Kita sedang di ujung tanduk!” teriak temannya yang satu perahu dengannya. “Cepat dayung! Sebelum ombak besar pembawa maut datang!”

  “Lihatlah ke batu karang itu sebelum kau marah-marah,” ucapnya.

  Saat menolehkan kepala, bersamaan juga dengan datangnya ombak besar. Perahu mereka terbalik dan mereka tenggelam mengenaskan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status