Jangan panggil paman, aku bukan pamanmu!" Bentak Dirga dengan semakin memperkuat cengkraman tangan nya pada pergelangan tangan milik shena.
"Lepaskan aku!" air mata Shena mulai menetes, rasa sesak dan sakit di tangan, membuat nya tak mampu mengontrol emosi lagi.
"Hanya segitu pertahanan mu?"ledek Dirga dengan senyum sinis yang telah berusaha mempermainkan hati Shena, Dirga tahu benar kelemahan gadis yang ada di depannya saat ini.
"Ha ha ha" tawa Dirga terdengar mengejek dan menghina Shena terasa menusuk ke gendang telinga.
"Semua anak gadis Atmaja memang payah, baru digertak sedikit sudah menangis.
Kamu memang tak pantas untuk duduk di kursi singgasana perusahaan ini. Kamu bisanya hanya menangis dan merepotkan saja."ucap Dirga sinis
"Dasar lemah," gerutu Dirga yang semakin kesal melihat Shena menangis di depannya, bukan hal ini yang Dirga harapkan dari Shena, ia menyukai Shena yang melawan dan memberontaknya. Namun entah mengapa harus hal konyol yang harus didapatkan.
"Pergilah! Muak aku melihat air matamu," ucap Dirga ketus dan memalingkan wajahnya.
Shena merapikan pakaian dan menghapus air matanya dan beringsut pergi dari ruangan terkutuk itu.
"Tunggu!.
"Bawa semua berkas kerja milik ayahmu kemari dan letakan ke mejaku!" biar aku Dirga Hermawan yang mengurus nya mulai sekarang. Senyum kemenangan tersunggingdi sudut bibir Dirga saat ini.
"Jangan lupa ayah kalian menitip kan kalian berdua kepada paman, jadi jangan pernah berbuat macam-macam di belakang paman." Ucap Dirga menekankan setiap ucapannya.
Shena bergegas meninggalkan ruangan dingin itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun rasa sesak di dadanya tak mampu ia tutupi, sehingga ia memilih untuk cepat pergi dari pada berbuntut panjang dan lebih menyakiti egonya.
"Keterlaluan!
"Pria brengsek itu sudah berani menggertak, apa yang harus Shena lakukan? Batin Shena semakin berkecamuk, perasaan tidak nyaman di kantor terus menghinggapinya.
"Aku harus bisa bertahan, masih ada Amera dan ayah yang menjadi kekuatan, "batin Shena mencoba menyemangati dirinya dan memilih untuk menyibukkan diri dengan berkas-berkas di depannya.
"Ini perusahaan ayahku, kenapa harus aku yang mendapat tekanan seperti ini. Aku terlalu lemah dengan mudahnya pria brengsek itu menindasku."Pikir Amera sedih juga kesal.
"Ah bodoh, bodoh!" Shena merutuki segala ketidakberdayaannya.
"Ayah shena tak kuat lagi,"batin Shena menangis merindukan sang ayah yang kini melakukan pengobatan di luar negeri.
Shena memang selalu menuruti semua perintah ayah, kecuali kalau membahas masalah pernikahan.
Beberapa kali ayah mendesak Shena untuk menikah namun jawabannya masih tetap sama yea itu masih sayang ayah ,tidak bisa jauh dari ayah dan Amera, dan lain-lain.
Pria satu-satunya yang dekat dengan Shena adalah Gilang Wiguna dokter pribadi ayah. Beberapa kali mereka kepergok jalan bersama, tapi selalu saja Shena berhasil membuat alasan untuk menutupinya.
Musuh terbesar Shena adalah Dirga yang sekarang mulai terang-terangan menunjukan sikap sukanya kepada Shena. Namun Shena tak pernah menyukai Dirga sekuat apapun Dirga berusaha itu hanya akan membuat sakit hati Shena dan menambah kuat kebencian Shena kepadanya.
***
"Selamat pagi sayangku!"
"Sang pangeran menunggu lama disini, tidakkah engkau rindu pada harjuna ini," gombalan Juna telah berhasil mengubah mood Amera pagi ini,
Terkadang juna bisa seperti pahlawan bagi Amera tapi juga terkadang seperti pengacau yang selalu menghadangnya ditengah jalan.
"Minggir lah! kamu menghalangi jalan, Kakak tercinta," ucap Amera dengan mendorong maju tubuh Juna yang memang menghalangi jalannya.
"Hai! sejak kapan aku menjadi kakakmu?
"Please, kumohon aku ingin jadi pacar gadis cantik dihadapan ku ini bukan hanya sekedar kakak untuk Mera.
Setiap Amera sampai gerbang kampus panggilan itu yang pertama kali pasti Amera dengar, ya dia Juna teman kampus,pria yang tak pernah lelah mengejar cinta selama ini.
"Pagi juga yayang Juna,"jawab Amera sekenanya pada akhirnya ia lebih memilih mengalah membiarkan Juna terus mengikutinya.
Juna masih terus mengikuti sampai depan ruang 11B, pria ini dengan gigihnya mengejar perhatian Amera sedangkan orang yang dikejar tidak menggubris sama sekali.
"Kita makan bareng yuk, biar pangeran mu ini yang traktir," kata Juna mencoba merayu dan mengejar langkah Amera yang sengaja dipercepat tapi tetap saja, Juna masih jauh lebih cepat dibanding dirinya.
Apa boleh buat aku harus mengalah daripada aku capek sendiri karena menghindar pun tidak akan mengubah hasil apapun lawan terlalu kuat dibandingkan dirinya.
"Ok kita lihat saja nanti, di jam ini ada mata kuliah penting," jawab Amera mencoba menjelaskan dan meninggalkan Juna sendiri dengan segala pertanyaannya.
"Yes!
"Ok aku tunggu jam 01.00, di lobby kampus yea sayang.
"Em muach!
"Enyahlah dasar menyebalkan."umpat Amera kesal .
Juna berjalan pergi menuju kerumunan tempat teman-teman seangkatannya suka nongkrong. Dia memang pria pertama yang berani dengan terang -terangan menyatakan cintanya kepada Amera
Juna bukanlah pria sembarangan dia juga seorang anak pemilik perusahaan besar di kota Y. Namun entah kenapa sampai sekarang hati Amera tidak tergugah sedikitpun untuk bisa menerima cinta juna.
Amera memilih kursi paling pojok di belakang, di depannya sudah duduk bidadari kedua kampus yaitu Siska, sahabat karipnya semasa kuliah.
"Hay!
"Pagi-pagi udah melamun ajah, kenapa cerita lah? " Bujuk Siska mulai membuka percakapan nya, sambil memperhatikan muka masam sahabatnya itu.
"Ayo ceritalah,"desak Siska mulai tak sabaran.
"Kantor ayah dipegang paman Dirga sekarang."ucap Amera terbata-bata aku tak sanggup melihat kakak terus dalam tekanan Dirga, dia bukan pria yang baik, aku tahu dia punya maksud tertentu dengan mendekati ayah selama ini.
"Yang sabar yea Mera aku turut sedih dengan apa yang terjadi dengan keluarga dan perusahaan ayahmu sekarang,"ucap Siska penuh simpati.
"Makasih Sis, ucap Amera mulai merasa lebih tenang setelah cerita ke sahabatnya itu.
Siska memegang erat tangan Amera, pandangan matanya menuju mata hitam milik Amera.
"Percayalah padaku, kamu sahabat terbaik ku sampai saat ini Mera, jadi kamu tak perlu takut sendirian lagi ,ada aku disini kita sahabatan sudah cukup lama kalau ada masalah ceritalah padaku. Pada akhirnya mereka saling berpelukan dan saling menguatkan.
"Terimakasih, kamu memang sahabat terbaik."Ucap Amera.
"Eits! sudah, sudah jangan sedih terus," Siska melepaskan pelukannya.
"Gimana dengan Juna?Apa dia masih sering mengganggu?"tanya Siska yang terus memberondonginya dengan berbagai pertanyaan. Dan hanya dibalas senyuman oleh Amera.
"Pria yang tak pernah kenal menyerah, Sis. Setiap hari dia menunggu di depan gerbang kampus,dia hafal betul jadwal kuliah kita
"Hebat kan? Hahaha!" Tawa Siska memecah suasana ruangan yang tadi tenang menjadi gaduh pada heran dengan tingkah konyol Siska, yang mulai dengan aksinya berjingkrak-jingkrak keliling ruangan.
Siska nampak semangat bercerita tentang Juna, baginya Juna adalah pria terbodoh di dunia yang rela datang pagi-pagi di depan gerbang kampus demi menunggu seorang gadis yang bahkan sama sekali tidak membalas cinta nya.
Sepasang netra coklat terus memperhatikan tingkah laku Siska yang semakin konyol, Siska memang tipe orang yang selalu gembira mungkin pria itu juga menaruh hati padanya.
"Tuan Anda menggertak, Saya? ucap Yansen dengan sinis, Aku hanya seorang wanita tua tak layak Anda yang seorang terhormat mencoba mendekati wanita miskin seperti Saya apalagi saya masih saudara ipar Anda walaupun kakak sudah meninggal tak sepantasnya seperti ini, namun seperti nya pria tua itu sudah kebal malu ia terus saja maju menyudutkan wanita didepannya. Yansen mengatur nafas yang sesak karena perlakuan pria tua itu yang kini semakin menyudutkan langkahnya. "Kamu tetap cantik seperti dulu, bisik pria tua itu ditelinga Yansen yang membuat bulu kuduk meremang seketika detak jantung Yansen serasa berhenti, kenangan masalalu seperti terulang kembali, tubuh Yansen menggigil sesak di dada akan kenangan buruk kembali muncul, namun pria itu semakin mendekat lekat ditubuh Yansen yang hanya dibatasi oleh pakaian yang mereka kenakan, irama detak jantung yang menyatu membuat Yansen semakin gelisah gelenyar aneh akan keadaan dan siksaan itu sulit dihindari. "Apa maksud Anda Tuan berkata sepe
Maura percaya bahwa kehidupan keluarga akan berubah lebih baik setelah keputusannya siap tidak siap ia harus mulai berkembang mengikuti kata hati dan keluar dari zona nyamannya saat ini, dari parasnya yang cantik dan kecerdasan yang mumpuni menurun gen dari keluarga Admaja gadis itu tidak berbeda jauh dari kedua putri Admaja yang lain. Selama ini Maura tidak mengenal siapa ayah sesungguhnya namun ketika pertama kali bertemu dengan Danu Atmaja ia merasa mendapatkan figur seorang ayah dari pria paruh baya itu, niat Maura untuk lanjut pendidikan semakin kuat, hidup ditempat terpencil dan bekerja di kebun stroberi tak cukup untuk biaya pendidikan dan memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan juga sang ibu, walaupun Tuan Atmaja berjanji akan menopang semua kebutuhan pendidikan dan kebutuhan hidup ibunya Maura tetap tidak bisa menerima begitu saja pemberian dari orang yang baru ia kenal itu. Banyak hal yang masih membuat gadis itu penasaran apalagi seperti ada r
Seulas senyuman mengembang disudut bibir pria paruh baya dengan menghisap cerutu yang asapnya telah membubung tinggi dan terburai ditiup angin sejuk pegunungan, kini netra Pria paruh baya itu tertuju pada hamparan luas perkebunan stroberi yang sekarang menjadi hak miliknya. Sedang kan di depan pintu kamar Pria itu seorang wanita diam-diam memperhatikan gerak-gerik pria tua itu, dengan menghela nafas panjang dan memantapkan diri untuk mengetuk pintu dan akhirnya wanita itu memberanikan diri untuk masuk keruangan yang memang tak terkunci rapat dengan membawa secangkir kopi dan meletakkannya di atas meja saat mendengar langkah kaki dan aroma kas kopi tercium di indra penciuman Pria tua itu seketika menoleh mengembangkan bibirnya bermaksud menyambut hangat siapa yang datang dihadapannya saat ini, dilihatnya wanita masa lalu nya itu menundukkan kepala enggan untuk menyapa bahkan melihat wajah pria tersebut. "Terima kasih," ucap Pria itu datar, dan seketika meraih tangan wan
Wanita dihadapannya semakin membuat gairah Kenan semakin membuncah dan semakin memperdalam permainan menghisap memainkan ujung lidah dengan lembut dan menuntut dan lebih kasar dan setelah itu melumat lembut bibir mungil yang membuatnya selama ini candu rasa manis bibir mungil dengan lipstik warna pink sedangkan tangan berotot itu dengan lembut membelai bongkahan bulat yang nampak indah dan ketika istrinya itu hamil kini terlihat lebih berisi dan kenyal dan membuatnya semakin nyaman, menyukai benda kenyal itu dan terus memainkannya. "Sst....Sayang hentikan lenguh wanita itu berusaha menghentikan aksi suaminya namun tetap tak berdaya pria kekar dihadapannya lebih kuat mendominasi."Ini di kantor Aku malu kalau tiba-tiba karyawan melihatnya," kata wanita itu susah payah setelah bibirnya terlepas dari jerat bibir pria buas dihadapannya yang kini menyeringai bodoh bermaksud menggoda sang istri. "Hem... aku pastikan mereka tidak akan berani menggang
Sedangkan disudut lain nampak pria berkaca mata nampak mengulum saliva nya dan bergegas pergi, setelah aksi perempuan itu selesai ia takut wanita yang diam-diam menarik perhatiannya itu menyadari keberadaannya maka ia pun memutuskan untuk segera pergi dan melepaskan hasratnya ditoilet terdekat."Wanita yang luar biasa, Aku suka sifat liarnya," gumam pria itu dengan mendesah perlahan memikirkan gundukan kenyal yang menantang dengan meremas dan memenuntaskan benda keras yang berada di bagian pangkal paha nya yang kini dalam mode on membayangkan dirinya dalam buaian wanita seksi dalam fantasi liarnya.***Pintu ruang kerja Kenadra nampak terbuka, seorang wanita hamil dengan parasnya yang cantik dan menawan kini terlihat seksi dengan balutan dress bermotif bunga lili warna merah muda dengan tas tangan berwarna hitam yang menambah kesan elegan berjalan anggun menuju meja kerja sang pria yang sangat dicintainya, kegelisahan pada wajahnya nampak terlihat jelas."Sayan
Rudy mengerti dengan apa yang dipikirkan bos mudanya itu."Apakah harus juga aku yang turun tangan untuk membereskan semua ini, huh... menyebalkan," gerutu Rudy kesal, melangkah meninggalkan Kenan yang masih kebingungan membuat alasan apa untuk sang istri, sedangkan ia sangat kenal sifat istrinya seperti apa.Huh... memusingkan mereka ini menyebalkan," gerutu Rudy kesal, belum selesai masalah pekerjaan yang harus ia bereskan sekarang ia juga harus membereskan masalah rumah tangga bosnya."Sepertinya Aku harus segera mengakhiri masa lajang ku agar penderitaan ini cepat berakhir agar bisa mengerti masalah bosnya. Saat itu juga Rita masuk keruangan Rudy dengan wajah cemberutnya."Kenapa dengan wajahmu?Apa pria itu berulah lagi?" tanya Rudy pura-pura tak tahu dengan kemungkinan apa yang terjadi."Huh menyebalkan, kamu tahu bos muda kesayanganmu itu mulai menggila, sejak ia menikah dengan gadis kecil putri Atmaja itu tingkahnya banyak berubah, dan