Share

Salah Paham

Chivas tersenyum sinis sembari fokus menatap wajah cantik Quila.

Pria muda itu menarik tangan Quila sampai berhenti di bangku panjang yang tak jauh dari lokasi pemotretan. Kini keduanya saling bersitatap. Chivas memilih duduk dan menjangkau wajah Quila dari posisi tersebut. Quila berdiri di depannya.

"Apa yang kau ucapkan pada ibuku sampai-sampai aku harus menjadi body guard seharian ini?" tuduh Chivas.

Quila bingung hendak menjawab apa. Ia sama sekali tak tahu apa yang terjadi. Karena sedari tadi ia fokus di kantor WOW Entertainment bersama dengan tim fotografer dan juga sang pemilik, Tom Collins.

Quila menatap aneh pria tampan yang selalu ia akui kecerdasannya. Tapi tidak berlaku untuk hari ini. Ia berusaha menahan kandung kemihnya yang semakin tak bersahabat. Tanpa menjawab pertanyaan Chivas, perempuan itu kabur mencari toilet terdekat.

"Hey, tunggu!" pekik Chivas dan diabaikan oleh Quila.

Chivas mengejar Quila, sehingga tampak seperti sepasang kekasih yang sedang berseteru. Padahal tak ada siapapun yang tahu bagaimana susahnya Quila menahan rasa nyeri di perutnya karena menahan sesuatu yang meronta.

"Kau tak sabaran sekali sih, Tuan Chivas yang terhormat. Aku ingin ke toilet. Perutku tak nyaman sekali. Oh aku tahu, kau tak ingin jauh dariku, ya? Sabarlah, Sayang. Aku hanya ke toilet sebentar," ucap Quila santai diakhiri godaan dan kedipan sebelah mata pada Chivas.

Chivas melepaskan cekalan tangannya dari Quila, mau tak mau. Ia membiarkan perempuan itu menuntaskan hajatnya meskipun ia masih sebal karena belum mendapat jawaban.

***

Sepasang manusia berlawanan jenis itu kini berada di sebuah tempat hiburan, lebih tepatnya di Excelio Bilyard.

Chivas memandangi wajah Quila yang tampak berbeda dengan polesan make up usai pemotretan. Bohong kalau dia bilang perempuan di depannya tidak cantik. Perempuan itu belum sempat pulang ke rumah dan membersihkan diri. Wajah Quila tampak lesu dan sayu.

"Sekarang jawab pertanyaanku, apa yang kau katakan pada ibuku hingga menyuruhku menjadi pengawal pribadimu? Hah!" tegas Chivas memulai pembicaraan.

Quila masih diam, ia mencoba mengingat apa saja yang ia ucapkan pada calon mertuanya hari ini. Dalam ingatannya, tak ada obrolan apa pun mengenai hal seperti ini. Lalu ada apa dengan Chivas? Tuduhan yang tidak beralasan. Aneh..

"Tuan Chivas yang tersayang, oopss, yang terhormat. Seingatku, aku sama sekali tidak pernah membahas ini dengan calon ibu mertua. Kenapa kau bisa berpikiran seperti ini padaku? Apakah aku terlihat semampu itu untuk meracuni pikiran orang?"

Chivas berdecih. Pemuda itu memiringkan bibirnya.

"Menjebakku saja kau bisa, apalagi hanya meracuni pikiran orang tuaku?" sindir Chivas.

Quila tersenyum sinis, salah satu sudut bibirnya terangkat naik.

"Wah sepertinya kehadiranku di hidupmu begitu berarti ya, sampai-sampai pikiranmu tentangku adalah perempuan yang bisa menghalalkan segala cara demi keinginannya. Meskipun tidak semua salah sih. Asal kau tahu, aku memang agresif tapi itu hanya berlaku padamu. Sedangkan sikapku pada kedua orang tuamu adalah sikap asliku. Mereka baik padaku, aku pun begitu," timpal Quila.

Chivas masih tak percaya. Tatapan dingin nan tajam ia berikan pada Quila. Entah kebencian dari mana yang membuat dirinya begitu kesal dan selalu ingin menyalahkan Quila?

Tak lama kemudian, kedua sahabat Chivas datang bergabung. Scott dan Agave tersenyum penuh arti melihat kedekatan Chivas dengan perempuan di sampingnya.

"Wah, kalian sudah sedekat ini rupanya?" goda Scott, ayah satu anak ini suka sekali menggoda dua sahabatnya, terlebih lagi Chivas karena tak pernah sekali pun dekat dengan makhluk bernama perempuan.

"Dekat dari mana?" tanya Chivas. "Kau tak melihat bagaimana ekspresi wajahku saat ini?" lanjutnya kemudian.

"Aku tahu," sahut Agave.

" Bagaimana, hah?" tanya Chivas penasaran.

"Wajah penuh cinta karena ditemani perempuan cantik. Model terkenal dari Inggris  yang banyak digilai kaum adam bernama Quila. Betul kan?" jawab Agave sembari mengedipkan sebelah matanya ke arah Chivas.

Chivas tersenyum sinis dan membuang muka.

"Bisakah kalian pergi dulu dari sini? Urusanku dengan perempuan ini belum selesai," jelas Chivas mengalihkan topik.

Quila yang sedang mengaduk teh hangat dari cangkirnya pun menatap santai ke arah Chivas. Tak ada rasa takut dalam diri perempuan itu.

"Kalian jangan mengganggu dulu, ya. Dia masih ingin menikmati kencan denganku," timpal Quila dengan penuh percaya diri.

Chivas menajamkan fungsi indera penglihatannya pada Quila. Ia terlihat jengah. Ucapan Quila efektif membuat Scott dan Agave segera pergi dari sana meninggalkan sepasang manusia di table tersebut.

***

"Apa yang sebenarnya kau lakukan di belakangku? Kenapa semua orang menyukai dan membelamu? Bahkan orang tuaku pun menyalahkan aku saat kejadian malam itu," tegas Chivas.

"Aku hanya melakukan apa yang kuinginkan. Kau jelas tahu benar dengan apa yang kurasakan padamu. Aku mencintaimu, masih perlu alasan lagi?" sahut Quila.

"Caramu salah! Kalau kau perempuan baik-baik, kau tak mungkin melakukan ini padaku," tuding Chivas.

"Kata-katamu menyakitkan sekali, aku seperti ini untuk membuktikan apakah kau pria normal atau bukan? Dan ternyata setelah kejadian itu aku mendapat jawabannya, kau sangat normal. Buktinya, tubuhku sangat lelah karena tingkah liarmu. Ck, ck, ck," desis Quila, seringai licik sekali lagi tampak di wajah cantiknya.

"Ka-Kau!" pekik Chivas tertahan.

Nada dering ponsel Chivas mengalihkan suasana yang semakin panas di antara keduanya. Chivas mengangkat panggilan dari sang ibu dengan malas.

"Chivas, apakah kau sudah bersama Quila?" tanya Margarita di seberang sana.

"Ya, dia bersamaku. Saat ini kami masih berada di Excelio," jelas Chivas.

Quila yang mendengarnya hanya bisa menahan tawa. Ternyata Margarita benar-benar mendukung hubungannya dengan Chivas.

Chivas yang melihat gelagat aneh di wajah Quila kemudian memicingkan mata.

"Segeralah ke bandara! Om Jack akan segera sampai. Ajak Quila bersamamu, jangan biarkan ia sendirian. Mengerti!" tegas Margarita.

Belum menjawab ucapan sang ibu, panggilan itu terputus. Pria itu ingin menggebrak meja namun ia urungkan, karena dijamin akan mengundang perhatian banyak orang. Dan Chivas adalah orang yang paling tidak suka menjadi bahan tontonan orang-orang. Pria itu memang tipe cool dan berbicara sesuai porsi alias pelit bicara.

"Ayo, kita segera ke bandara! Daddy Jack akan segera datang," ajak Chivas pada Quila.

Tanpa menjawab secara lisan, anggukan kepala perempuan itu sudah cukup jelas menjadi jawaban.

***

Tiga orang telah keluar dari pesawat dan mulai menapaki lantai bandara Negara Y. Beberapa orang sudah menyambut kedatangan mereka, Pisco dan Margarita terlihat antusias menunggu hadirnya Jack dan Sangria. Hanya satu yang menjadi pertanyaan di benak Pisco sekeluarga, karena kedatangan Jack tak hanya berdua dengan Sangria melainkan bersama pria muda tampan.

Chivas dan Quila baru saja sampai kemudian ikut menyambut kedatangan Daddy Jack.

Netra hitam Chivas tertuju pada seorang pria di belakang Daddy Jack.

'Siapa dia?' gumam Chivas. 

"Mezcal!" pekik Quila kegirangan. Perempuan itu berlari ke arah pria tersebut.

Chivas tersenyum sinis sembari fokus pada apa yang dilihatnya saat ini.

Dasar perempuan agresif, selain padaku ternyata dia juga bisa begitu pada pria lain.. Huh...

To be continue...

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status