Share

Menyangkal

Chivas merapatkan kedua tangannya di depan dada. Sesekali ia mengusap dagu runcingnya persis seperti perlakuan Quila padanya.

Langkahnya pasti untuk mengejar seluruh keluarganya memasuki rumah besar bak istana milik Pisco Abraham. Anak bungsu dari tiga bersaudara ini terlihat kesal. Entahlah ada apa dengannya? Hanya ia dan Tuhan yang tahu.

Chivas lebih memilih berjalan mendahului Quila yang asyik bercengkerama dengan Mezcal. Jika ada yang melihat tingkah lakunya saat ini pasti akan refleks menertawakan dirinya. Ia tak peduli pada orang di sekitarnya, rasanya di dalam pikiran Chivas saat ini adalah kasur terempuk sedunia di kamar telah menanti kedatangannya.

Belum juga hilang dari tempat itu dan berpindah lantai, panggilan seseorang mengurungkan niatan pria tampan tersebut.

Chivas menoleh ke belakang. Dilihatnya sang ibu dan kakak pertamanya tengah tersenyum. Senyum yang aneh bagi pria itu, karena ia mulai merasakan gelagat tidak biasa dari kedua anggota keluarganya.

"Kau mau kemana?" tanya Fizz basa-basi.

"Ke kamar! Aku lelah, ada apa?" tanya balik Chivas bernada ketus.

"Tolong temani Mezcal dulu, ajak dia ngobrol di taman! Kasihan dia sendirian," ucap Fizz.

"Iya, benar. Mama setuju. Kasihan dia baru datang dan tidak ada teman ngobrol. Kau kan sama-sama pria. Jadi biar lebih leluasa untuk bercengkerama satu sama lain. Hitung-hitung menambah teman baru untukmu," timpal Margarita.

"Tapi, Ma.." bantah Chivas.

"Tidak ada tapi-tapi!" potong Margarita.

"Memangnya perempuan itu kemana?" tanya Chivas tanpa mau menyebut nama Quila.

"Perempuan itu?" tanya Margarita penuh keheranan.

"Quila, Ma. Biasa Chivas kan cemburu melihat Quila bersama pria lain. Hahaha," goda Fizz menyela pertanyaan sang ibu.

"Bukan begitu! Mezcal kan teman prianya Quila. Kenapa harus aku yang menemaninya?" bantah Chivas mengeluarkan argumen yang sekiranya masuk akal.

"Quila akan membersihkan diri terlebih dahulu. Biasanya kan kalau perempuan mandi itu lama, belum berendamnya, mengoles hand body ke seluruh tubuh, dan lain-lain. Kau pasti tahu lah, kedatangan tamu tampan dan juga penting dari luar negeri kan harus berdandan maksimal, hahaha," celetuk Fizz.

Chivas terlihat jengah, tanpa sadar ia memutar bola matanya, menahan kesal pastinya. Tapi kesal untuk apa?

"Aku bukan ban serep! Dibutuhkan saat tertentu, kalau tidak dibutuhkan boro-boro diambil! Aku tidak mau!" tolak Chivas.

"Kalau kau tidak mau menemani Mezcal, kuanggap kau sedang cemburu pada Quila!" ancam Fizz.

"Tidak mungkin aku cemburu pada perempuan sepertinya! Baiklah, kau menang. Aku akan ke sana dan menemani Mezcal. Akan kutunjukkan padamu bahwa dalam kamus hidupku, kata cemburu sama sekali tidak ada ataupun terukir di sana!" yakin Chivas.

"Baiklah. Baiklah. Sekarang kau buktikan saja omong besarmu itu. Mari kita lihat apa yang akan terjadi nanti!" tantang Fizz.

"Tidak akan terjadi apa pun. Tidak akan!" tegas Chivas penuh keyakinan.

Chivas melangkah dengan cepat mendekati pria bernama Mezcal. Ternyata trik sederhana pun bisa mengalahkan isi otak cerdas Chivas. Kalau istilah dalam dunia kejahatan, korban sudah masuk ke perangkap. Fizz menahan tawanya.

Kalau bukan karena tantangan Fizz, tidak mungkin Chivas akan melakukan hal sebodoh ini. Ingin menarik ucapannya pun tidak mungkin Chivas lakukan. Pria sejati harus bisa dijaga kata-katanya, itu menurut Chivas!

Sepeninggal Chivas, Fizz tersenyum puas sembari menyeringai. Margarita hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua anaknya, ini belum ditambah Daisy.

'Ada-ada saja kedua anak ini! Kalau ditambah Daisy, pasti perdebatan ini akan menjadi perang dunia ke empat. Haduh..' 

***

Di sinilah Chivas sekarang. Berjalan berdampingan bak sepasang pengantin memasuki altar pernikahan. Membayangkannya saja Chivas ingin mual.

'Huh, ini semua gara-gara tantangan Fizz dan adanya Quila di rumah ini!' Chivas menahan kesal. 

Dua pria yang sama-sama tampan ini berjalan menuju taman belakang samping kolam renang.

Hal yang membuat Chivas terperanjat adalah pemandangan yang membelalakkan mata disuguhkan dengan jelas di sana. Ada kedua kakaknya yang sedang berenang dan memakai two pieces, itu hal biasa, namun, yang tidak biasa adalah pemandangan dari makhluk cantik bernama Quila. Perempuan itu ikut menceburkan diri di kolam air sedalam satu setengah meter itu bersama Fizz dan Daisy.

'Bukankah tadi Kak Fizz mengatakan Quila akan mandi di kamarnya? Kenapa dia ada di sini? Ya Tuhan, ada apa ini?' gumam pria tampan itu. 

Chivas terpaksa memalingkan muka, ia menguatkan hati dan pikirannya untuk tidak melihat pahatan indah ciptaan Tuhan yang pernah ia nikmati beberapa waktu lalu.

Sekuat apa pun ia menolak pemandangan itu, ia tetap pria normal. Mau tak mau ia memandang perempuan cantik itu sesekali. Susah sekali ia mengaku pada dunia akan kecantikan wajah dan moleknya tubuh Quila.

Mezcal membuyarkan lamunan Chivas.

"Halo, Bro!" sapa Mezcal. Pria itu menepuk bahu Chivas supaya sadar dari lamunannya.

Ternyata beberapa saat yang lalu, Chivas melamunkan Quila. Ia menggelengkan kepalanya mantap dan meraup wajahnya dengan telapak tangan.

'Chivas! Are you okay? Kau jangan gila, ayolah buka mata dan pikiranmu! Jangan sampai kau terlihat aneh hanya gara-gara pemandangan ini, ah..' teriak Chivas dalam hatinya. 

"Oh, I'm so sorry. I'm really tired. Maaf ya, aku sangat mengantuk. Bagaimana kalau kubuatkan kopi untuk kita berdua? Tunggu di sini dulu ya," ajak Chivas pada Mezcal menuju ke gazebo dekat area kolam renang.

Mezcal mengangguk mengiyakan. Chivas segera ambil langkah seribu demi memperlambat detak jantungnya yang semakin tak karuan.

'Oh my goodness, what happened with me? Ini gila! Gila!' Chivas mentugar rambutnya kasar. 

***

Quila tersenyum pada ide Fizz. Lagi-lagi ia terbujuk melakukan semua akting ini demi melihat bagaimana runtuhnya iman Chivas. Asal kalian tahu, sore ini kolam renang begitu dingin. Karena sudah terlanjur mengiyakan ide Fizz yang dirasa spektakuler, Quila mau tak mau harus berenang dan memakai baju renang model two pieces demi sang pujaan hati.

Lebih gila siapa coba kalau begini ceritanya? Quila yang gila karena mengikuti ide Fizz atau Fizz yang mengajak berenang di air yang begitu dingin tanpa beban?

Quila menatap Chivas yang berjalan mendekati gazebo sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi. Di sana sudah ada Mezcal. Bagi Mezcal, pemandangan seperti ini sudah menjadi sarapan sehari-hari. Tapi bagi Chivas, mana bisa? Kalau melihat pemandangan dari dua kakaknya, ia sudah terbiasa. Lain ceritanya jika itu adalah perempuan asing bagi dirinya, yaitu Quila.

Quila keluar dari kolam renang dan berjalan santai mendekati dua pria di sana. Fizz dan Daisy sudah tahu ke arah mana Quila berjalan.

Baru saja Chivas meletakkan dua cangkir minuman dengan aroma yang menyeruak, Quila mengambil minumannya.

Quila menyesap cairan berwarna coklat susu nan pekat itu dengan santai, setelahnya ia tersenyum sembari membersihkan jejak yang menempel di sudut bibirnya.

"Manis," puji Quila.

"Kau!!!" seru Chivas.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status