Gaia reflek berdiri, menatap tegang pada sosok pria dan kedua anak itu.
Apa maksud pria ini? Ketika Kaysan menatapnya, Gaia langsung membuka mulut–bersiap untuk memarahi pria ini karena Gaia merasa pria ini sedang mempengaruhi anak-anaknya supaya memanggil mama pada Gaia. Dia tak terima dipanggil mama! Namun, sebelum dia mengatakan sesuatu, tiba-tiba orang tuanya datang. Gaia jadi mengurungkan niat untuk mengomeli Kaysan dan anak-anaknya. Gaia menghela napas lalu menatap orang tuanya yang sedang bersalaman dengan Kaysan. Hal yang membuat Gaia mendadak bingung dan tak paham adalah ketika pria ini memanggil mama dan papa pada orang tua Gaia. Di sisi lain, kedua anak pria itu memanggil nenek dan kakek pada orang tuanya. Anak-anak itu juga terlihat akrab dengan orang tua Gaia. 'Sebenarnya siapa Mas Kaysan dan kedua anak ini?' batin Gaia, mengerutkan kening sambil memperhatikan interaksi orang tuanya dengan kedua anak itu–di mana Gaia baru tahu kalau kedua anak itu ternyata kembar tak identik. Namanya Naina dan Nezha. "Gaia sayang, tolong buatkan kopi untuk Mas Kaysan," pinta mamanya, membuyarkan lamunan Gaia. Gaia menatap mamanya lalu berdecak pelan. "Kenapa harus Gaia, Uma? Kan ada Mbak," jawab Gaia dengan nada malas. Mbak di sini adalah pembantu di rumahnya. Yah, mereka punya pembantu lalu kenapa harus Gaia yang membuatkan kopi untuk tamu mereka? "Gaia," panggil papanya, nadanya lembut tetapi memperingati. "Iya deh, Papa," jawab Gaia, pada akhirnya bersedia membuatkan kopi untuk tamu spesial sang papa. Mau bagaimana lagi?! Gaia pergi ke dapur, di mana para tante dan sepupunya yang datang ke rumahnya terlihat sedang sibuk di sana–untuk mempersiapkan makan malam keluarga. Gaia tak banyak bicara dengan para sepupu maupun tantenya, dia buru-buru membuatkan kopi dan setelahnya segera kembali ke ruang tengah. Ketika dia kembali ke ruang tengah, para pamannya sudah ada di sana. Hal tersebut membuat Gaia merasa sangat canggung mengantar kopi untuk Kaysan. Yang membuatnya semakin canggung karena dia hanya membuat satu kopi. Tadi hanya ada orang tuanya di sana, dan orang tuanya memang tidak ingin dibuatkan minum ataupun kopi. Jadi Gaia hanya membuat satu cangkir kopi. "Untuk siapa kopi yang kamu bawa, Gea? Paman yah?" tanya salah satu paman Gaia, di mana pamannya tersebut senyum-senyum saat mengatakan hal tersebut. Gea adalah nama panggilan Gaia di keluarganya, biasanya para pamannya yang suka memanggilnya begitu. Sedangkan tante dan orang tuanya lebih suka memanggil Gaia dengan nama asli. "Untuk tamu Papa, Paman," tanya Gaia dengan nada pelan, kikuk karena serentak para pamannya tiba-tiba senyum-senyum jenaka padanya. "Paman kira untuk paman. Ternyata tamu spesial Papamu. Hahaha …." "Oh yah, menurut Gea, tampan tak tamu spesialnya Papa ini?" tanya salah satu pamannya lagi. Gaia yang sudah di sebelah Kaysan–berniat meletakkan kopi, semakin bertambah gugup karena mendengar ucapan pamannya. "Sepertinya memang tampan. Buktinya Gea senyum senyum," ujar pamannya yang lain. Gaia memanyunkan bibir, membungkuk sedikit untuk meletakkan kopi di depan Kaysan. "Si-siapa yang senyum sih, Paman?" jawab Gaia sedikit judes, efek rasa grogi yang melanda. Dan karena grogi yang melanda, tiba-tiba tangannya yang meletakkan kopi gemetar–membuat cairan hitam yang masih panas itu tumpah lalu mengenai tangannya. "Au--" Gaia reflek meringis sakit, dia mencoba menarik tangannya dari cangkir. Namun, sebuah tangan besar dan kekar lebih dulu meraih tangannya yang terkena tumpahan kopi tersebut. "Hati-hati, Sweetheart," ucap Kaysan dengan nada pelan. Dengan sigap, meraih tissue lalu me-lap tangan Gaia. Tak sampai di sana, dia juga meniup tangan mungil Gaia yang terkena tumpahan kopi panas. Mendapat perlakukan seperti itu dari Kaysan, Gaia benar-benar gugup, malu, dan canggung. Dia shock! Terlebih saat pria ini memanggilnya dengan sebutan Sweetheart. Di mana orang tua dan para pamannya menyaksikan semuanya. Namun, tak bisa Gaia pungkiri bahwa hatinya bergetar hebat saat Kaysan meniup tangannya sambil memanggilnya sweetheart. Gaia merasa sedang berinteraksi dengan suami! 'Hais, otakku kembali error. Kek nya kecelakaan itu membuat otakku jadi suka halu tingkat dewa deh. Lagian nih otak kegatelan banget sih. Dari tadi mikirnya suami. Suami apa? Kamu saja masih 16 tahun Gaia!' batin Gaia, buru-buru menarik tangannya yang masih ditiup oleh Kaysan. "Ekhmm." Tiba-tiba saja para paman Gaia serentak berdehem, membuat Gaia kembali dilanda grogi dan salah tingkah. "Hahaha … manis yah Gaia dengan suaminya," ujar salah satu pamannya, lagi-lagi itu semakin membuat Gaia merasa canggung. Namun, suami? Maksudnya Kaysan suami Gaia?! "Apaan sih, Paman? Aku masih dibawah umur, tidak boleh membahas suami-suami!" kesal Gaia, buru-buru menjauh dari Kaysan karena takut dicie-ciekan dengan duda dua anak itu. "Dibawah umur apanya? Kamu sudah 25 tahun," ujar pamannya lagi. Gaia tak menanggapi, hanya menatap berang pada pamannya. Kata mamanya usianya memang sudah 25 tahun. Namun, entah kenapa Gaia tak percaya jika usianya sudah 25 tahun. Dia merasa stuck di usia 16 tahun. Aneh, akan tetapi dari jurnal yang pernah ia baca–tentang kondisi mental dan alam bawah sadar, beberapa orang memang mengalami hal seperti ini. Di mana dia merasa masih stuck di usia tertentu, merasa dejavu secara terus menerus, dan merasa sedang hidup di alam mimpi. Ada banyak faktor yang membuat seseorang mengalami hal tersebut, salah satunya depresi berat. Sejujurnya Gaia juga mengalami hal tersebut, merasa sering dejavu dan seperti hidup di alam mimpi. Namun, Gaia menolak panik dengan kondisinya yang demikian. Dia baru mengalami kecelakaan yang cukup mengerikan, dan mamanya bilang kondisi Gaia memang masih belum pulih. Sayangnya mamanya tak mengatakan kondisi mana yang belum pulih. "Pokoknya aku nggak suka, Paman," ucap Gaia pada akhirnya, kentara ketus. Semua tiba-tiba terdiam, pamannya tak lagi menggodanya dengan Kaysan. Sedangkan pria itu, hanya diam sambil terus menatapnya. Gaia berdecak pelan lalu melangkah pergi dari sana, kesal pada para pamannya dan risih pada tatapan Kaysan yang terlalu terang-terangan. Namun, saat dia pergi ternyata mamanya mengikuti dan tiba-tiba menarik Gaia ke halaman belakang rumah. Sampainya di belakang rumah, mamanya memaksa Gaia duduk di sebuah kursi. "Uma ingin bicara sama kamu, Nak," ucap mamanya. "Uma mau bicara apa?" tanya Gaia dengan nada pelan. "Tahu tak siapa pria dan kedua anak yang datang tadi?" Gaia jelas menggelengkan kepala. "Itu suami dan anak-anak kamu, Sayang," ucap Tiana Rajendra, mama Gaia, dengan nada halus yang terkesan penuh kehati-hatian dan juga terkesan sedih. Tiana sedih dengan apa yang putrinya alami, dan sedih karena iba pada menantu serta cucu-cucunya. "Hah?" Gaia mengerutkan kening, menatap tak percaya pada mamanya, "ngaco banget sih, Uma." Tiana meraih tangan putrinya lalu menggenggamnya dengan lembut. "Sayang Uma, mereka bertiga memang keluarga kamu. Kamu sudah menikah." "Ih." Gaia mendelik, geli dan tak percaya dengan apa yang mamanya katakan. "Sebenarnya kecelakaan itu merenggut hal penting dari diri kamu, Sayang. Kamu memang terlihat sudah sembuh, tetapi … ada beberapa memorimu yang hilang. Namanya amnesia dis-diskon … ah, Uma lupa apa namanya. Intinya, kata dokter kamu lupa dengan peristiwa yang terjadi pada beberapa tahun ke belakang. Ada memori kamu yang hilang karna trauma dan kecelakaan yang kamu alami, Nak," jelas Tiana pada putrinya, "nanti Uma kasih surat medisnya supaya kamu baca sendiri dan percaya pada ucapan Uma." "Kamu ingat Uma, Papa, dan keluarga kita yang lainnya, itu karena kami masih ada di dalam ingatan kamu. Tapi suami dan anak-anak kamu, mereka adalah bagian memorimu yang hilang," jelas Tiana pada putrinya, mencoba berbicara lembut dan pelan-pelan supaya putrinya bisa menerima. "Kayak di drama-drama saja aku, tiba-tiba lupa ingatan. Uma ingin mengerjai Gaia kan?" tanggap Gaia, sama sekali tidak percaya dengan ucapan mamanya. Otaknya sulit menerima dan dia merasa sangat tak mungkin."Sejak saat itu kita benar-benar asing. Hingga enam bulan yang lalu aku menikah dan aku kembali ke kota ini. Di supermarket, aku tak sengaja bertemu dengan Geo. Kami bicara banyak dan dia bilang rumah tangga kamu semakin buruk. Dia bilang kamu membenci anak-anak kamu karena terhasut oleh Arga dan kamu juga pura-pura pacaran dengan Arga supaya suamimu mau menceraikan kamu. Soalnya suamimu tak mau menceraikanmu." Mendengar itu, Gaia langsung menampilkan raut muka tegang bercampur murung. Arga pacar pura-puranya?! Dan dia melakukan itu hanya demi supaya Kaysan menceraikannya? Ya, Tuhan! Apa dulu dia segila itu? Atau otaknya lupa ia aktifkan sehingga dia melakukan semua hal gila itu? Anesya kembali bercerita. "Geo membujukku supaya berteman denganmu, dia meminta bantuan supaya aku menyuruhmu berhenti mendengar hasutan Arga. Geo bilang dia memang pernah setuju kalau kamu harus bercerai dari suamimu yang tukang selingkuh. Tapi entah kenapa Geo merasa kalau Arga itu suruhan seseorang untuk
Sudah tiga hari semenjak Kaysan menjelaskan bahwa Gaia memiliki tiga sahabatan. Gaia berharap dia bertemu dengan salah satu sahabatnya, selain Arga yang niatnya jahat. Yah, Gaia membuat sebuah buku catatan penting berisi orang-orang jahat di kehidupannya yang lalu–pada sebuah buku berwarna coklat. Nama Arga sudah ia cantumkan di sana. Termasuk Violet! Meski Gaia tak tahu siapa Violet sebenarnya akan tetapi dia merasa Violet juga salah satu orang jahat. "Mommy, itu toko es krim. Yaya ingin mampir ke sana," ucap Naia dengan semangat, di mana saat ini dia dan mommynya habis berbelanja dan berniat pulang ke rumah. 3 hari ini Gaia memang terus-terusan berbelanja. Tujuannya supaya bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya sebelum dia lupa ingatan, atau tak sengaja bertemu dengan salah satu sahabatnya. Selain itu dia ingin memastikan sesuatu. Tentang Kaysan! Entah kenapa Gaia merasa Kaysan selalu tahu dia di mana, walau Gaia sendiri tak pamit pada pria itu. "Oke oke." Gaia mengiyak
Sampainya di rumah, Kaysan menyeret Gaia ke dalam kamar kemudian mendorong perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Dia melepas tuxedo dan rumpi setelah itu beralih melepas dasi serta arloji. Gaia bangkit dari ranjang, berniat lari keluar karena takut dikasari oleh suaminya. Namun, baru beberapa langkah dari ranjang, Kaysan lebih dulu meraih pergelangan tangannya kemudian menyentaknya secara kasar. Kaysan mendorong Gaia ke ranjang, lagi-lagi membuat Gaia berhasil terhempas kasar. Gaia meringis pelan akibat sakit di kepala bagian belakang dan punggung. Walaupun ranjang ini sangat empuk, Gaia tetap merasa sakit. Kaysan mulai naik ke atas tubuh Gaia, menekan pundak perempuan itu supaya Gaia tidak memberontak. "Mas Kaysan, tolong jangan seperti ini. A-aku sangat takut!" cicit Gaia dengan suara lemah, menatap tepat pada manik gelap dan tajam suaminya–di mana mata Gaia berkaca-kaca, ingin menangis, "Mas Kaysan," cicit Gaia lagi, kali ini dengan bulir kristal yang jatuh dari pelupu
Jantung Gaia berdebar kencang, wajahnya pucat pasi dan beberapa detik dia membeku–menatap sosok pria tampan yang duduk di antara Nezha dan Naia. 'A-aku harus pingsan apa kesurupan yah?' batin Gaia sambil menoleh ke sana kemari, sebab terlalu panik pada Kaysan. Pasti pria itu menyaksikan kekonyolannya dan mendengar apa yang dia katakan. Astaga! Gaia sangat malu! Rasanya dia ingin minggat dari muka bumi ini. "Argkkkk … argkkk …." Tiba-tiba saja Gaia menjerit, seolah tubuhnya kesakitan ataupun terbakar, "aku adalah hantu penghuni rumah ini. Aku-- bisa kayang!" teriak Gaia, memilih pura-pura kesurupan. "Mommy kenapa, Daddy?" tanya Naia, menatap takut bercampur aneh pada sang mommy lalu menatap ke arah daddy-nya. Sebelum Kaysan menjawab pertanyaan putrinya, tiba-tiba saja Gaia melorot ke lantai–berbaring lesu lalu pura-pura pingsan. Kaysan menaikkan sebelah alis, menatap istrinya yang sudah berbaring di lantai. Senyuman tipis muncul di bibir, merasa geli dengan tingkah konyol is
"Humm?" Kaysan berdehem, menatap istrinya dengan sebelah alis terangkat. Gaia mengedikkan pundak, "bukan apa-apa," jawab Gaia cepat. "Humm." Kaysan kembali berdehem, memindahkan istrinya dari pangkuannya ke atas ranjang. Dia membaringkan Gaia, lalu menyelimuti perempuan itu. "Jangan pernah meminta cerai lagi, karena itu melukaiku," ucap Kaysan serak dan berat, mengusap surai istrinya dengan penuh kasih sayang. Gaia menganggukkan kepala, memilih patuh karena tak ingin diamuk oleh suaminya lagi. "Sekarang beristirahat," titah Kaysan. Kembali Gaia menganggukkan kepala. Namun, saat pria itu ingin pergi Gaia buru-buru menghentikannya. "Mas Kaysan ingin kemana?" tanya Gaia, buru-buru duduk sambil mencegat pergelangan tangan Kaysan. Kaysan menoleh ke arah istrinya, menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh tangan mungil Gaia. Kemudian dia kembali menatap tepat ke arah manik indah sang istri. "Ingin mengembalikan pengering rambut, Ai," jawab Kaysan lembut, suaranya serak
"Beristirahatlah." Gaia menganggukkan kepala, setelah itu membaringkan tubuh di atas ranjang. Mereka sudah sampai di rumah dan saat ini Gaia ingin beristirahat. Sebenarnya, hanya pura-pura supaya dia tak berinteraksi dengan Kaysan. Sejujurnya dia takut dimarahi oleh pria ini karena kembali kabur. Namun, sepertinya Kaysan tak marah kali ini. Buktinya setelah sampai, Kaysan menyuruhnya tidur. Setelah melihat Kaysan keluar dari kamar, Gaia mengambil posisi duduk kemudian mengambil HP. Dia segera mencari tahu kembali tentang Arga. "Enggak mungkin aku selingkuh dengannya." Gaia menatap julid sebuah foto, tak lain adalah foto Arga yang ia dapat dari sosial media seorang perempuan–salah satu pengikut Arga. Sepertinya perempuan ini suka pada Arga, terbukti ada banyak foto pria itu di postingannya. Ketika sedang asyik men-scroll handphone, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Gaia buru-buru menyimpan ponsel dan berniat kembali tidur. Namun, dia lebih dulu bersitatap dengan Kays