Compartilhar

2. Suami Gaia?

Autor: CacaCici
last update Última atualização: 2025-07-29 06:31:08

Gaia reflek berdiri, menatap tegang pada sosok pria dan kedua anak itu.

Apa maksud pria ini?

Ketika Kaysan menatapnya, Gaia langsung membuka mulut–bersiap untuk memarahi pria ini karena Gaia merasa pria ini sedang mempengaruhi anak-anaknya supaya memanggil mama pada Gaia. Dia tak terima dipanggil mama!

Namun, sebelum dia mengatakan sesuatu, tiba-tiba orang tuanya datang. Gaia jadi mengurungkan niat untuk mengomeli Kaysan dan anak-anaknya.

Gaia menghela napas lalu menatap orang tuanya yang sedang bersalaman dengan Kaysan. Hal yang membuat Gaia mendadak bingung dan tak paham adalah ketika pria ini memanggil mama dan papa pada orang tua Gaia. Di sisi lain, kedua anak pria itu memanggil nenek dan kakek pada orang tuanya. Anak-anak itu juga terlihat akrab dengan orang tua Gaia.

'Sebenarnya siapa Mas Kaysan dan kedua anak ini?' batin Gaia, mengerutkan kening sambil memperhatikan interaksi orang tuanya dengan kedua anak itu–di mana Gaia baru tahu kalau kedua anak itu ternyata kembar tak identik. Namanya Naina dan Nezha.

"Gaia sayang, tolong buatkan kopi untuk Mas Kaysan," pinta mamanya, membuyarkan lamunan Gaia.

Gaia menatap mamanya lalu berdecak pelan. "Kenapa harus Gaia, Uma? Kan ada Mbak," jawab Gaia dengan nada malas. Mbak di sini adalah pembantu di rumahnya. Yah, mereka punya pembantu lalu kenapa harus Gaia yang membuatkan kopi untuk tamu mereka?

"Gaia," panggil papanya, nadanya lembut tetapi memperingati.

"Iya deh, Papa," jawab Gaia, pada akhirnya bersedia membuatkan kopi untuk tamu spesial sang papa. Mau bagaimana lagi?!

Gaia pergi ke dapur, di mana para tante dan sepupunya yang datang ke rumahnya terlihat sedang sibuk di sana–untuk mempersiapkan makan malam keluarga. Gaia tak banyak bicara dengan para sepupu maupun tantenya, dia buru-buru membuatkan kopi dan setelahnya segera kembali ke ruang tengah.

Ketika dia kembali ke ruang tengah, para pamannya sudah ada di sana. Hal tersebut membuat Gaia merasa sangat canggung mengantar kopi untuk Kaysan. Yang membuatnya semakin canggung karena dia hanya membuat satu kopi. Tadi hanya ada orang tuanya di sana, dan orang tuanya memang tidak ingin dibuatkan minum ataupun kopi. Jadi Gaia hanya membuat satu cangkir kopi.

"Untuk siapa kopi yang kamu bawa, Gea? Paman yah?"  tanya salah satu paman Gaia, di mana pamannya tersebut senyum-senyum saat mengatakan hal tersebut.

Gea adalah nama panggilan Gaia di keluarganya, biasanya para pamannya yang suka memanggilnya begitu. Sedangkan tante dan orang tuanya lebih suka memanggil Gaia dengan nama asli.

"Untuk tamu Papa, Paman," tanya Gaia dengan nada pelan, kikuk karena serentak para pamannya tiba-tiba senyum-senyum jenaka padanya.

"Paman kira untuk paman. Ternyata tamu spesial Papamu. Hahaha …."

"Oh yah, menurut Gea, tampan tak tamu spesialnya Papa ini?" tanya salah satu pamannya lagi.

Gaia yang sudah di sebelah Kaysan–berniat meletakkan kopi, semakin bertambah gugup karena mendengar ucapan pamannya.

"Sepertinya memang tampan. Buktinya Gea senyum senyum," ujar pamannya yang lain.

Gaia memanyunkan bibir, membungkuk sedikit untuk meletakkan kopi di depan Kaysan. "Si-siapa yang senyum sih, Paman?" jawab Gaia sedikit judes, efek rasa grogi yang melanda. Dan karena grogi yang melanda, tiba-tiba tangannya yang meletakkan kopi gemetar–membuat cairan hitam yang masih panas itu tumpah lalu mengenai tangannya.

"Au--" Gaia reflek meringis sakit, dia mencoba menarik tangannya dari cangkir. Namun, sebuah tangan besar dan kekar lebih dulu meraih tangannya yang terkena tumpahan kopi tersebut.

"Hati-hati, Sweetheart," ucap Kaysan dengan nada pelan. Dengan sigap, meraih tissue lalu me-lap tangan Gaia. Tak sampai di sana, dia juga meniup tangan mungil Gaia yang terkena tumpahan kopi panas.

Mendapat perlakukan seperti itu dari Kaysan, Gaia benar-benar gugup, malu, dan canggung. Dia shock! Terlebih saat pria ini memanggilnya dengan sebutan Sweetheart. Di mana orang tua dan para pamannya menyaksikan semuanya.

Namun, tak bisa Gaia pungkiri bahwa hatinya bergetar hebat saat Kaysan meniup tangannya sambil memanggilnya sweetheart. Gaia merasa sedang berinteraksi dengan suami!

'Hais, otakku kembali error. Kek nya kecelakaan itu membuat otakku jadi suka halu tingkat dewa deh. Lagian nih otak kegatelan banget sih. Dari tadi mikirnya suami. Suami apa? Kamu saja masih 16 tahun Gaia!' batin Gaia, buru-buru menarik tangannya yang masih ditiup oleh Kaysan.

"Ekhmm." Tiba-tiba saja para paman Gaia serentak berdehem, membuat Gaia kembali dilanda grogi dan salah tingkah.

"Hahaha … manis yah Gaia dengan suaminya," ujar salah satu pamannya, lagi-lagi itu semakin membuat Gaia merasa canggung.

Namun, suami? Maksudnya Kaysan suami Gaia?!

"Apaan sih, Paman? Aku masih dibawah umur, tidak boleh membahas suami-suami!" kesal Gaia, buru-buru menjauh dari Kaysan karena takut dicie-ciekan dengan duda dua anak itu.

"Dibawah umur apanya? Kamu sudah 25 tahun," ujar pamannya lagi.

Gaia tak menanggapi, hanya menatap berang pada pamannya. Kata mamanya usianya memang sudah 25 tahun. Namun, entah kenapa Gaia tak percaya jika usianya sudah 25 tahun. Dia merasa stuck di usia 16 tahun. Aneh, akan tetapi dari jurnal yang pernah ia baca–tentang kondisi mental dan alam bawah sadar, beberapa orang memang mengalami hal seperti ini. Di mana dia merasa masih stuck di usia tertentu, merasa dejavu secara terus menerus, dan merasa sedang hidup di alam mimpi. Ada banyak faktor yang membuat seseorang mengalami hal tersebut, salah satunya depresi berat.

Sejujurnya Gaia juga mengalami hal tersebut, merasa sering dejavu dan seperti hidup di alam mimpi. Namun, Gaia menolak panik dengan kondisinya yang demikian. Dia baru mengalami kecelakaan yang cukup mengerikan, dan mamanya bilang kondisi Gaia memang masih belum pulih. Sayangnya mamanya tak mengatakan kondisi mana yang belum pulih.

"Pokoknya aku nggak suka, Paman," ucap Gaia pada akhirnya, kentara ketus.

Semua tiba-tiba terdiam, pamannya tak lagi menggodanya dengan Kaysan. Sedangkan pria itu, hanya diam sambil terus menatapnya.

Gaia berdecak pelan lalu melangkah pergi dari sana, kesal pada para pamannya dan risih pada tatapan Kaysan yang terlalu terang-terangan.

Namun, saat dia pergi ternyata mamanya mengikuti dan tiba-tiba menarik Gaia ke halaman belakang rumah.

Sampainya di belakang rumah, mamanya memaksa Gaia duduk di sebuah kursi.

"Uma ingin bicara sama kamu, Nak," ucap mamanya.

"Uma mau bicara apa?" tanya Gaia dengan nada pelan.

"Tahu tak siapa pria dan kedua anak yang datang tadi?"

Gaia jelas menggelengkan kepala.

"Itu suami dan anak-anak kamu, Sayang," ucap Tiana Rajendra, mama Gaia, dengan nada halus yang terkesan penuh kehati-hatian dan juga terkesan sedih. Tiana sedih dengan apa yang putrinya alami, dan sedih karena iba pada menantu serta cucu-cucunya.

"Hah?" Gaia mengerutkan kening, menatap tak percaya pada mamanya, "ngaco banget sih, Uma."

Tiana meraih tangan putrinya lalu menggenggamnya dengan lembut. "Sayang Uma, mereka bertiga memang keluarga kamu. Kamu sudah menikah."

"Ih." Gaia mendelik, geli dan tak percaya dengan apa yang mamanya katakan.

"Sebenarnya kecelakaan itu merenggut hal penting dari diri kamu, Sayang. Kamu memang terlihat sudah sembuh, tetapi … ada beberapa memorimu yang hilang. Namanya amnesia dis-diskon … ah, Uma lupa apa namanya. Intinya, kata dokter kamu lupa dengan peristiwa yang terjadi  pada beberapa tahun ke belakang. Ada memori kamu yang hilang karna trauma dan kecelakaan yang kamu alami, Nak," jelas Tiana pada putrinya, "nanti Uma kasih surat medisnya supaya kamu baca sendiri dan percaya pada ucapan Uma."

"Kamu ingat Uma, Papa, dan keluarga kita yang lainnya, itu karena kami masih ada di dalam ingatan kamu. Tapi suami dan anak-anak kamu, mereka adalah bagian memorimu yang hilang," jelas Tiana pada putrinya, mencoba berbicara lembut dan pelan-pelan supaya putrinya bisa menerima.

"Kayak di drama-drama saja aku, tiba-tiba lupa ingatan. Uma ingin mengerjai Gaia kan?" tanggap Gaia, sama sekali tidak percaya dengan ucapan mamanya. Otaknya sulit menerima dan dia merasa sangat tak mungkin.

Continue a ler este livro gratuitamente
Escaneie o código para baixar o App
Comentários (2)
goodnovel comment avatar
CacaCici
Wkwkwk ... uma nggak bisa menyebut nama amnesianya, Kak. (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)(⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
goodnovel comment avatar
Adfazha
Uma bkin ngakak aja deh masa iya amnesia diskon wkwkkkk klo amnesia disosiatif retrograde x yaa kan Gaia jd mkin kederr
VER TODOS OS COMENTÁRIOS

Último capítulo

  • I'm Yours My Husband   106. (NK) Menyusulmu

    Gaia yang sedang berbicara dengan putrinya, seketika teralihkan saat handphone-nya berdering. Dia langsung meraih HP, melihat siapa yang menelponnya. "Daddymu menelpon, Mommy angkat telepon dulu yah, Sayang. Bentar," ucap Gaia, mendapat anggukan dari Naia. Setelah mommynya menjauh, Naia menghela napas. Dia menatap sang mommy dengan ekspresi yang murung, benar-benar sedih dan bimbang secara bersamaan. "Daddy saja kalau ada apa-apa langsung menghubungi Mommy. Sedangkan Kak Kaze, sepertinya dia kesenangan nomornya ku blokir," gumam Naia, lagi-lagi menghela napas lalu meraih HP-nya. Naia kemudian membuat sebuah story di sosial media-nya. Namun, sebelumnya dia sudah memastikan kalau keluarganya dan keluarga Kaze tak akan melihat story tersebut. [Buat para suhu, info dong cara kabur dari pernikahan. Soalnya doi sukanya ke orang lain, tapi maksa nikah dengan diriku yang imut ini.] Story sosial media yang Naia buat, di mana Story tersebut sudah ia khususkan untuk teman-temannya saja. Dia

  • I'm Yours My Husband   105. (NK) Keraguan yang Mendalam

    Apa Kaze ingin menemui Nabila? Kaze ingin menolong Nabila yang terluka? Naia membuka pintu mobil lalu buru-buru keluar dari dalam. Sepertinya Kaze lupa mengunci pintu karena tergesa-gesa, dan syukurlah karena dengan begitu Naia bisa keluar. Naia buru-buru tergesa-gesa masuk ke dalam restoran. Dia ingin melihat apa yang ingin Kaze lakukan. Apakah pria itu benar-benar ingin membantu Nabila? Atau ada sesuatu yang Kaze sembunyikan darinya. Saat masuk ke restoran, dada Naia bergemuruh hebat. Dia penasaran tetapi dia khawatir sesuatu yang ia takutkan terjadi. Setelah di tempat tadi, Naia mengerutkan kening karena tiba-tiba saja di sana sudah ramai. Para penjaga atau satpam telah berkumpul, begitupun para pelayan restoran yang terlihat panik. Naia bisa melihat Nabila yang terlihat panik. Sedangkan Kaze, pria itu …- Bug' Naia meringis melihat itu, langsung memejamkan mata kala melihat Kaze memukul seorang pria. Dari kemeja yang pria itu kenakan, kalau Naia tak salah ingat, dia ada

  • I'm Yours My Husband   104. (NK) Kencan

    Setelah mengambil foto bersama Kaze, pria itu izin membawanya untuk menghabiskan waktu berdua pada orang tua Naia. Orang tua Naia tentu mengizinkan. Sedangkan Naia, dia bersikeras ikut dengan orang tuanya karena ingin cepat-cepat pulang ke kotanya. Namun, tetap saja pada akhirnya dia pergi dengan Kaze. "Sepertinya kau marah padaku," ucap Kaze, di mana mereka masih dalam mobil. Entah kemana pria ini akan membawanya! "Tidak." Naia menjawab cepat, menoleh singkat pada Kaze supaya tak terkesan sedang bad mood, lalu kembali fokus pada ponselnya–bertukar pesan dengan sahabatnya, Kika. Ah, sayang sekali karena dia dan Kika tidak sempat bertemu setelah turun dari aura. Itu karena mereka sama-sama fokus pada keluarga masing-masing. "Lalu kenapa kau tidak banyak bicara? Tidak seperti biasanya," ujar Kaze, menoleh sejenak pada Naia lalu memilih fokus pada jalanan. "Aku sukanya ngobrol sama sesama manusia, bukan sama tembok," jawab Naia, masih memilih fokus pada handphone. Jika tadi di

  • I'm Yours My Husband   103. (NK) Rasa Kesal yang Tak Terkendalikan

    Setelah itu, Naia buru-buru masuk ke dalam kontrakan. Kaze menghela napas, turun dari mobil kemudian segera menghampiri kontrakan. Dia mengetuk pintu beberapa kali, akan tetapi pintu tersebut tak kunjung dibuka. Dia juga mencoba menghubungi Naia, namun alih-alih telponnya diangkat, Naia malah memblokir nomornya. "Tuan, sepertinya Nona Naia marah pada anda," ucap Arsen pelan. "Kurasa," jawab Kaze singkat sambil membuka pesan yang sempat Naia kirim padanya. --Wifey-- [Kak, aku ingin pulang. Soalnya besok aku ada gladi wisuda jam 8 pagi. Tapi sebelum itu, aku harus mengambil undangan, toga, dan mengurus kepentingan lainnya sebelum wisuda.] [Kak Kaze. Tolong baca! Aku nggak bohong. Besok aku ada gladi.] [Kak!] "Ck." Kaze berdecak pelan setelah membaca pesan dari Naia tersebut. "Arsen, bukankah kau bilang acara gladi untuk wisuda Naia, masih lusa?" "Ya, benar, Tuan." Arsen mengantikan kepala secara singkat. "Ada masalah, Tuan?" Kaze menghela napas panjang lalu diam dengan ek

  • I'm Yours My Husband   102. (NK) Pulang Lebih Dulu

    Naia semakin tidak nyaman di tempat ini karena beberapa kali dia melihat perempuan itu mencuri pandang pada Kaze. Calon suaminya sendiri, memang tidak lagi pernah memandang perempuan itu. Kaze lebih fokus pada sebuah tablet canggih di tangannya, diberikan oleh Arsen yang juga disini–Kaze memeriksa pekerjaan. Namun, tetap saja Naia sangat tidak nyaman dan terganggu. Meskipun Kaze tak lagi menatap perempuan itu, tetapi pria ini tadi sempat bersitatap dan durasinya cukup lama. Naia mengeluarkan HP lalu mengetik pesan, mengirimnya pada Kaze. Dia meminta supaya Kaze mengantarnya pulang. Dia sebenarnya ingin mengatakannya secara langsung, akan tetapi dia takut dan cukup malu. Ada banyak orang dewasa di sini, dia takut dicap manja serta rewel oleh mereka. Ting' Mendengar notifikasi pesan, Kaze memeriksa HP. Akan tetapi belum sempat dia membuka ponsel dan membaca pesan dari perempuan di sebelahnya, tiba-tiba saja suara pecahan gelas terdegar. Prank' Kaze meletakkan kembali ponsel, me

  • I'm Yours My Husband   101. (NK) Saling Bersitatap

    "Ki-kita mau kemana?" gugup Naia, dia sedikit cemas karena ini sudah jam sepuluh malam dan dia masih di luar bersama dengan seorang pria. Meskipun Kaze adalah calon suaminya, akan tetapi Naia merasa tetap harus mewaspadainya. "Ke hotel," jawab Kaze santai, membuat Naia melebarkan mata dan semakin panik. "Hotel?" gumam Naia dengan pelan, menatap syok dan waspada pada Kaze. "Kak, aku putrinya seorang Kaysan Dante Smith yah. Kakak jangan macam-macam padaku." "Siapa yang ingin macam-macam padamu," datar Kaze, melirik datar ke arah Naia. Setelah itu dia menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan jalan otak perempuan ini. "Sebelum aku menjemputmu, aku sedang ada urusan di hotel DeRoyal. Tapi karena aku harus menjemputmu, aku meninggalkan beberapa dokumen penting di sana," jelas Kaze dengan nada datar dan tanpa menoleh ke arah Naia, menatap lurus ke arah jalan, "kau tidak perlu repot-repot mengotori kepalamu dengan berpikir negatif padaku. Aku tidak tertarik padamu." Awalnya

Mais capítulos
Explore e leia bons romances gratuitamente
Acesso gratuito a um vasto número de bons romances no app GoodNovel. Baixe os livros que você gosta e leia em qualquer lugar e a qualquer hora.
Leia livros gratuitamente no app
ESCANEIE O CÓDIGO PARA LER NO APP
DMCA.com Protection Status