Ting'
"Gaia sayang, tolong lihat siapa yang datang." Gaia yang sedang bermain dengan ponselnya seketika menoleh pada ibunya yang meminta tolong supaya dia membuka pintu. Ada tamu! "Iya, Uma," jawab Gaia, bangkit dari sofa lalu beranjak dari sana untuk membukakan pintu. Hari ini seluruh keluarganya sedang berkumpul untuk makan malam keluarga bersama. Bukan tanpa sebab keluarganya berkumpul. Seminggu yang lalu, Gaia baru keluar dari rumah sakit, di mana sebelumnya dia dirawat lebih dari sebulan di rumah sakit karena insiden kecelakaan yang menimpanya. Kata ibunya, dia sempat koma selama seminggu karena kecelakaan tersebut. Anehnya, Gaia sama sekali tak ingat apa-apa tentang kecelakaan yang ia alami. Karena Gaia telah pulih, keluarganya berkumpul untuk mengadakan syukuran kecil-kecil–bentuk terima kasih dan rasa syukur mereka karena Gaia selamat dari maut. Ting' nong' "Bentar," ucap Gaia, mempercepat langkah kaki. Setelah di depan pintu, Gaia bergegas membuka pintu karena tak ingin membuat tamu orang tuanya menunggu lama. Ceklek' Ketika pintu terbuka, Gaia cukup terkejut melihat sosok pria tampan yang charming, dan terlihat berwibawa, berdiri menjulang tinggi di depannya. Gaia sampai mendongak untuk melihat lebih jelas wajah tampan itu. Dia terdiam, pupil matanya membesar dan entah kenapa jantungnya berdebar tak karuan saat maniknya dan manik gelap pria itu bertemu. 'Wow! Tampan sekali Abang ini.' batin Gaia, masih mendongak dan masih terus menatap sosok pria tampan di depannya. Dia terpesona! Tiba-tiba saja sudut bibir pria itu terangkat, memperlihatkan senyuman tipis yang membuat pria itu semakin tampan. Gaia yang semakin terpesona oleh senyuman tipis pria ini, reflek meletakkan tangan di dada–merasakan ritme jantungnya yang semakin menggila dan tak karuan. Satu pertanyaan dalam hati Gaia, siapa pria tampan ini? Apa tamu ayahnya, sebab ayahnya yang punya banyak kenalan dan koneksi. Tapi jika iya, sejak kapan ayahnya punya teman se tampan ini? Atau-- pria ini datang untuk melamarnya? Ah, tidak-tidak! Gaia sepertinya mulai gila karena terpesona pada pria tampan ini. "Ekhem." Suara deheman yang berat terdengar, membuat Gaia tersentak kaget–seketika lamunannya buyar. "O-oh." Gaia ber oh ria untuk menutupi kegugupannya. Pria tampan ini … sebenarnya terasa tidak asing bagi Gaia. Tapi sudah lah! Kata ibunya, otak Gaia saat ini memang sedang bermasalah. "Siapa yah?" tanya Gaia pada akhirnya, membuang jauh-jauh rasa gugup yang sempat melanda. Pria itu tersenyum lagi, bibirnya terbuka dan sepertinya ingin menjawab. Akan tetapi suara anak kecil yang manis dan pelan lebih dulu menyahut. "Mommy," panggil seorang anak kecil, membuat Gaia menunduk untuk melihat pemilik suara yang imut tersebut. Gaia cukup terkejut dan canggung saat anak kecil itu memangilnya mommy. Namun, dia baru sadar jika pria ini datang dengan dua anak kecil di sebelahnya–satu anak laki-laki yang tampan dan satu anak perempuan yang cantik. Gaia mengamati kedua anak itu secara lekat, perasaannya campur aduk melihat keduanya. Lagi-lagi dia merasa tak asing! "Kalian siapa?" tanya Gaia pelan, kembali mendongak pada pria tampan di depannya. "Temannya Papa yah?" tambahnya. Pria itu tersenyum lembut sambil mengangguk pelan. Tatapan pria ini sangat aneh–dalam dan tertuju terus pada Gaia, itu membuat Gaia kurang nyaman dan semakin canggung. Apa pria ini naksir padanya? Aish, Gaia sepertinya kepedean. Atau memang benar pria ini ingin melamarnya? Tapi dengan dua anak? Berarti pria ini seorang duda? Jika iya, tega sekali ayahnya membiarkan seorang duda melamar anak gadisnya. 'A-apa sih yang aku pikirkan? Ya Tuhan!' batin Gaia, menggaruk pipi karena merasa gila dengan pikirannya sendiri. "Eih, Nak Kaysan," ucap tante Gaia yang tiba-tiba datang sambil senyum hangat pada sosok pria itu. 'Kaysan?' batin Gaia, menyebut nama pria itu dalam pikiran dan hatinya. Nama itu terasa sangat dekat! Tanpa sadar, Gaia bengong setelah mendengar nama tersebut. Tantenya menepuk pundaknya, menyadarkan Gaia dari lamunannya. "Gaia sayang, kenapa Mas Kaysan tidak dipersilahkan masuk? Aduh, malah bengong lagi," tegur tantenya. Gaia langsung menatap pria tampan bernama Kaysan tersebut. Dengan canggung dan kikuk, Gaia mempersilahkan masuk. "Mari masuk, Pak-" "Mas," tegur tante Gaia. "Iya itu, Mas," gugup Gaia. Kaysan senyum lembut padanya, mengangguk kecil lalu berniat masuk. Akan tetapi, tiba-tiba saja tante perempuan itu mendorong Gaia ke arah Kaysan–sebuah dorongan pelan sehingga Gaia lebih dekat pada Kaysan. "Salam dong, Sayang," tegur tantenya sambil geleng-geleng kepala pada Gaia. "Hah?" Gaia menatap aneh pada tantenya, "kenapa harus di-di …-" Gaia tak melanjutkan kata-katanya, buru-buru menyalam Kaysan. Itu karena tantenya melototinya. "Sa-salam, Mas," ucap Gaia malu dan pelan. Dia begitu canggung! Sedangkan pria itu, terlihat dengan senang hati mengulurkan tangan pada Gaia. Setelah menyalam pria tampan itu, Gaia buru-buru lari dari sana. Tak peduli jika dia belum mempersilahkan tamu ayahnya masuk. Bodo amat! Dia terlanjut malu dan benar-benar canggung. Saat dia lari kecil dari sana, Gaia mendengar tantenya dan pria itu tertawa pelan. Hal tersebut membuatnya semakin malu!Jantungnya kembali berdebar sangat kencang saat mendengar tawa pria tampan bernama Kaysan tersebut. Setelah kembali ke tempat duduknya, di sofa panjang yang menghadap televisi, Gaia fokus pada handphone. Rasa gugup Gaia kembali menghantui saat pria itu datang dan dipersilahkan duduk oleh tantenya–di sofa yang sama dengan Gaia. Makan malam masih disiapkan, jadi tantenya meminta pria itu menunggu. Tapi dari banyaknya tempat duduk di rumah ini, kenapa tantenya harus mempersilahkan pria ini duduk di sebelah Gaia? Seperti ada maksud terselubung! Takut diajak mengobrol oleh pria ini, Gaia buru-buru meraih remot tv kemudian menyalakan televisi. Jantung Gaia dag dig dug, memegang remot secara kencang dan terus menekan sebuah tombol–mencari saluran televisi yang cocok. Pria ini memang hanya diam, tapi Gaia tahu jika Kaysan sedang memperhatikannya. Gaia sempat mencuri pandang, dan memang benar pria ini sedang menatapnya dengan intens. Anehnya, saat kedapatan sedang menatap Gaia, Kaysan sama sekali tak menjauhkan pandangan ataupun memalingkan wajah. Kaysan malah senyum tipis pada Gaia. Itu membuat Gaia semakin canggung, hingga rasanya canggung ini menembus ke luar angkasa. "Daddy, film kesukaan Yaya lewat. Yaya ingin menontonnya," cicit anak perempuan yang duduk di sebelah Kaysan. "Remot televisi tidak ada pada Daddy, Princess," jawab Kaysan pada putrinya, "Mommy lah yang memegang remot TV." "Yaya takut," cicit anak perempuan itu lagi. Diam-diam Gaia mendengar percakapan antara anak dan ayah tersebut. Ugh! Suara berat pria ini membuat pipinya blushing. Selain wajahnya yang tampan, Gaia rasa suara pria ini juga tampan. Mengingat tadi Kaysan sempat menyebut kata 'mommy pada putrinya, Gaia langsung menoleh ke sana kemari. 'Mommy katanya? Berarti dia punya istri dan bukan duda dong. Dia bilang-- Mommy lah yang memegang remot TV. Berarti istrinya saat ini ada di sini dan sedang memegang remot TV.' batin Gaia, sambil celingak-celinguk untuk mencari seorang perempuan yang memegang remot televisi. Dia penasaran siapa istri pria ini. Namun, menyadari sesuatu, Gaia dengan cepat menoleh ke arah tangannya. 'Loh, kan aku yang megang remot TV.' paniknya dalam batin. Remot televisi hanya ada satu dan itu ada di tangannya. "Mommy." Gaia mendongak cepat, wajahnya tegang dan pucat. Kali kedua anak perempuan ini memanggilnya mommy. Tadi-- anggaplah hanya kebetulan. Tapi sekarang? "Yaya ingin menonton Larva," pinta anak kecil itu, menyentuh lembut tangan Gaia yang sedang memegang remot. Gaia meneguk saliva secara kasar, gugup dan canggung bercampur. Sepertinya Kaysan memang duda yang berniat melamarnya. Fix! Sebab sejak dari tadi, pria ini senyum padanya. Akan tetapi lancang sekali dia menyuruh putrinya memanggil mommy pada Gaia, sedangkan Gaia saja belum menerima lamaran pria ini. "Nah." Gaia dengan cepat menyerahkan remot pada anak kecil itu. "Jangan panggil aku Mommy. Aku bukan ibumu," lanjut Gaia cukup ketus, terlalu gugup dan grogi. Anak kecil itu terlihat sedih, langsung mendekat ke arah daddy-nya. "Mommy masih sakit, Princess," ucap Kaysan pada putrinya, berkata lembut sambil mengusap pucuk kepala putrinya dengan penuh kasih sayang. Mendengar itu, jantung Gaia kembali berdebar sangat kuat. Dia reflek berdiri, menatap tegang pada sosok pria dan kedua anak itu. Apa maksud pria ini?"Sejak saat itu kita benar-benar asing. Hingga enam bulan yang lalu aku menikah dan aku kembali ke kota ini. Di supermarket, aku tak sengaja bertemu dengan Geo. Kami bicara banyak dan dia bilang rumah tangga kamu semakin buruk. Dia bilang kamu membenci anak-anak kamu karena terhasut oleh Arga dan kamu juga pura-pura pacaran dengan Arga supaya suamimu mau menceraikan kamu. Soalnya suamimu tak mau menceraikanmu." Mendengar itu, Gaia langsung menampilkan raut muka tegang bercampur murung. Arga pacar pura-puranya?! Dan dia melakukan itu hanya demi supaya Kaysan menceraikannya? Ya, Tuhan! Apa dulu dia segila itu? Atau otaknya lupa ia aktifkan sehingga dia melakukan semua hal gila itu? Anesya kembali bercerita. "Geo membujukku supaya berteman denganmu, dia meminta bantuan supaya aku menyuruhmu berhenti mendengar hasutan Arga. Geo bilang dia memang pernah setuju kalau kamu harus bercerai dari suamimu yang tukang selingkuh. Tapi entah kenapa Geo merasa kalau Arga itu suruhan seseorang untuk
Sudah tiga hari semenjak Kaysan menjelaskan bahwa Gaia memiliki tiga sahabatan. Gaia berharap dia bertemu dengan salah satu sahabatnya, selain Arga yang niatnya jahat. Yah, Gaia membuat sebuah buku catatan penting berisi orang-orang jahat di kehidupannya yang lalu–pada sebuah buku berwarna coklat. Nama Arga sudah ia cantumkan di sana. Termasuk Violet! Meski Gaia tak tahu siapa Violet sebenarnya akan tetapi dia merasa Violet juga salah satu orang jahat. "Mommy, itu toko es krim. Yaya ingin mampir ke sana," ucap Naia dengan semangat, di mana saat ini dia dan mommynya habis berbelanja dan berniat pulang ke rumah. 3 hari ini Gaia memang terus-terusan berbelanja. Tujuannya supaya bertemu dengan orang-orang yang mengenalnya sebelum dia lupa ingatan, atau tak sengaja bertemu dengan salah satu sahabatnya. Selain itu dia ingin memastikan sesuatu. Tentang Kaysan! Entah kenapa Gaia merasa Kaysan selalu tahu dia di mana, walau Gaia sendiri tak pamit pada pria itu. "Oke oke." Gaia mengiyak
Sampainya di rumah, Kaysan menyeret Gaia ke dalam kamar kemudian mendorong perempuan itu secara kasar ke atas ranjang. Dia melepas tuxedo dan rumpi setelah itu beralih melepas dasi serta arloji. Gaia bangkit dari ranjang, berniat lari keluar karena takut dikasari oleh suaminya. Namun, baru beberapa langkah dari ranjang, Kaysan lebih dulu meraih pergelangan tangannya kemudian menyentaknya secara kasar. Kaysan mendorong Gaia ke ranjang, lagi-lagi membuat Gaia berhasil terhempas kasar. Gaia meringis pelan akibat sakit di kepala bagian belakang dan punggung. Walaupun ranjang ini sangat empuk, Gaia tetap merasa sakit. Kaysan mulai naik ke atas tubuh Gaia, menekan pundak perempuan itu supaya Gaia tidak memberontak. "Mas Kaysan, tolong jangan seperti ini. A-aku sangat takut!" cicit Gaia dengan suara lemah, menatap tepat pada manik gelap dan tajam suaminya–di mana mata Gaia berkaca-kaca, ingin menangis, "Mas Kaysan," cicit Gaia lagi, kali ini dengan bulir kristal yang jatuh dari pelupu
Jantung Gaia berdebar kencang, wajahnya pucat pasi dan beberapa detik dia membeku–menatap sosok pria tampan yang duduk di antara Nezha dan Naia. 'A-aku harus pingsan apa kesurupan yah?' batin Gaia sambil menoleh ke sana kemari, sebab terlalu panik pada Kaysan. Pasti pria itu menyaksikan kekonyolannya dan mendengar apa yang dia katakan. Astaga! Gaia sangat malu! Rasanya dia ingin minggat dari muka bumi ini. "Argkkkk … argkkk …." Tiba-tiba saja Gaia menjerit, seolah tubuhnya kesakitan ataupun terbakar, "aku adalah hantu penghuni rumah ini. Aku-- bisa kayang!" teriak Gaia, memilih pura-pura kesurupan. "Mommy kenapa, Daddy?" tanya Naia, menatap takut bercampur aneh pada sang mommy lalu menatap ke arah daddy-nya. Sebelum Kaysan menjawab pertanyaan putrinya, tiba-tiba saja Gaia melorot ke lantai–berbaring lesu lalu pura-pura pingsan. Kaysan menaikkan sebelah alis, menatap istrinya yang sudah berbaring di lantai. Senyuman tipis muncul di bibir, merasa geli dengan tingkah konyol is
"Humm?" Kaysan berdehem, menatap istrinya dengan sebelah alis terangkat. Gaia mengedikkan pundak, "bukan apa-apa," jawab Gaia cepat. "Humm." Kaysan kembali berdehem, memindahkan istrinya dari pangkuannya ke atas ranjang. Dia membaringkan Gaia, lalu menyelimuti perempuan itu. "Jangan pernah meminta cerai lagi, karena itu melukaiku," ucap Kaysan serak dan berat, mengusap surai istrinya dengan penuh kasih sayang. Gaia menganggukkan kepala, memilih patuh karena tak ingin diamuk oleh suaminya lagi. "Sekarang beristirahat," titah Kaysan. Kembali Gaia menganggukkan kepala. Namun, saat pria itu ingin pergi Gaia buru-buru menghentikannya. "Mas Kaysan ingin kemana?" tanya Gaia, buru-buru duduk sambil mencegat pergelangan tangan Kaysan. Kaysan menoleh ke arah istrinya, menatap pergelangan tangannya yang digenggam oleh tangan mungil Gaia. Kemudian dia kembali menatap tepat ke arah manik indah sang istri. "Ingin mengembalikan pengering rambut, Ai," jawab Kaysan lembut, suaranya serak
"Beristirahatlah." Gaia menganggukkan kepala, setelah itu membaringkan tubuh di atas ranjang. Mereka sudah sampai di rumah dan saat ini Gaia ingin beristirahat. Sebenarnya, hanya pura-pura supaya dia tak berinteraksi dengan Kaysan. Sejujurnya dia takut dimarahi oleh pria ini karena kembali kabur. Namun, sepertinya Kaysan tak marah kali ini. Buktinya setelah sampai, Kaysan menyuruhnya tidur. Setelah melihat Kaysan keluar dari kamar, Gaia mengambil posisi duduk kemudian mengambil HP. Dia segera mencari tahu kembali tentang Arga. "Enggak mungkin aku selingkuh dengannya." Gaia menatap julid sebuah foto, tak lain adalah foto Arga yang ia dapat dari sosial media seorang perempuan–salah satu pengikut Arga. Sepertinya perempuan ini suka pada Arga, terbukti ada banyak foto pria itu di postingannya. Ketika sedang asyik men-scroll handphone, tiba-tiba saja pintu kamar terbuka. Gaia buru-buru menyimpan ponsel dan berniat kembali tidur. Namun, dia lebih dulu bersitatap dengan Kays