Share

34. Dia Kabur

last update Last Updated: 2025-03-09 13:00:41

Riana menuju mall yang tidak jauh dari tempat ia menjual Ashley. Wajahnya tampak berbinar senang setelah mendapatkan keuntungan berkali lipat.

Tangannya menggenggam ponsel penuh kegirangan setelah melihat transaksi dari Mami yang baru saja masuk ke dalam rekeningnya.

"Ternyata kamu membawa keberuntungan bagiku, Ash. Kamu sumber uang untukku!" tawanya girang, "Nggak rugi aku capek-capek mencarimu, hahaha ...!"

Riana seperti orang gila yang berjalan sambil tertawa sendirian masuk ke dalam mall.

Setibanya di sana, ia memasuki toko-toko mewah, memborong barang-barang mahal tanpa ragu.

"Ini semua milikku sekarang, Ash," gumamnya sambil memilih gaun-gaun mewah dan tas-tas brand terkenal. "Kamu ternyata penghasil emas yang sangat menguntungkan, hahaha ....!"

Riana melanjutkan perbelanjaannya, berbelanja tanpa rasa bersalah, membelanjakan uang yang seharusnya bukan miliknya.

Semua ini adalah hasil dari kekejamannya, dan ia men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (28)
goodnovel comment avatar
kurotul uyun i
ahh sukur lah kamu bisa kabur
goodnovel comment avatar
Noviani Siregar
semoga aja ketemu Hans...
goodnovel comment avatar
Gadis Bar bar
ayo aish lari yg kenceng. duh tlg donk thor biarkan ash kabur jgn ketangkep ya... deg degan inj
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   35. Pelarian

    Malam itu, di dalam diskotik yang riuh dengan musik dan lampu berkelip, suasana berubah tegang. Mami, yang sebelumnya tampak tenang, kini marah besar. Dua anak buahnya yang seharusnya mengawasi Ashley, tampak panik dan cemas. Kesalahan mereka tak bisa diterima begitu saja. Dengan langkah ragu, Mami menghampiri mereka, wajahnya penuh amarahMendengar pernyataan dua anak buahnya, Mami menjadi sangat murka. Kedua matanya memerah seketika, rahangnya terlihat mengeras."Mengapa dia bisa lolos?!" teriak Mami dengan suara menggelegar menatap kedua pria itu. "Cuma menjaga satu wanita saja tidak becus!""Maafkan, kami, Bos! Dia sangat cerdik," jawab satu anak buahnya tampak takut."Bodoh! Bisa-bisanya kalian terkecoh karenanya!" Pria berkepala pelontos wajahnya pucat, mencoba berbicara. "Kami sudah mencarinya di setiap sudut, Bos! Tapi—""Sudah cukup!" Mami memotongnya, "Tidak ada alasan! Cepat temukan dia, apapun yang terjadi!

    Last Updated : 2025-03-09
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   36. Penebusan

    Setelah hampir beberapa jam, Hans dan Liam cukup lama menghabiskan waktu untuk mencari ibu susu Haneul. "Pak, mau kemana lagi kita cari Bu Ash?" tanya Liam yang masih fokus dengan kemudi sambil sesekali melihat sekitar tepi jalanan. "Tidak mungkin kan, Bu Ashley bersembunyi di dalam?" imbuhnya. "Benar, mana mungkin dia masuk ke sana," sambung Hans saat tatapannya tertuju pada gedung diskotik. Beberapa waktu kemudian, mereka tiba di sebuah area yang tampak seperti tempat yang tidak biasa. Sebuah bangunan yang terlihat ramai, seolah tempat hiburan. Di depan gedung itu, terlihat seorang wanita berdandan menor beserta dua anak buahnya, tampaknya sedang berusaha menarik paksa seseorang ke dalam gedung tersebut. "Nggak, aku gak mau kembali ke sini!" teriak Ashley sambil terus berontak, "Tolong, lepaskan aku!" Meskipun Ashley memohon dengan derai air mata, mucikari itu juga tidak sedikitpun memperlihatkan rasa iba. Namun, ia justru membentak lebih keras. "Cepat bawa dia masuk! T

    Last Updated : 2025-03-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   37. Tanpa Batas

    Di dalam mobil, Hans menghela napas lega. Begitu sosok Ashley kini berada di sampingnya masih dalam keadaan hidup dan selamat.Meskipun sedikit terlambat, rasanya tak ada yang lebih menyenangkan baginya selain mengetahui bahwa Ashley tidak apa-apa. "Aku merasa bersyukur bisa menemukanmu lebih cepat. Andai aku terlambat sedetik saja. Ah ... Aku tidak bisa membayangkan betapa menyesalnya diriku nanti," kata Hans sambil menyandarkan kepalanya.Ashley terdiam, perlahan matanya berkaca-kaca. "Terima kasih Pak, bapak sudah menolong saya. Kenapa justru orang yang baru saya kenal lebih baik dibanding mereka yang sudah lama ..."Hans masih mendengarkan Ashley meski matanya terpejam. Ia tidak ingin melihat kesedihan wanita yang sedang mencurahkan isi hatinya. Baru kali ini Hans mendengarkan keluh kesah wanita itu secara langsung."Mengapa mereka tega melakukan pada saya ...?" Rasanya hati Ashley begitu tercabik-cabik oleh fakta, "Tolong turun

    Last Updated : 2025-03-10
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   38. Permintaan Hans

    Keduanya membeku sepersekian detik. Menit berikutnya Ashley memutus pandangan lebih dulu, wanita itu memalingkan wajah canggung. Ashley menghindari pandangan Hans karena ia malu, berharap pipinya yang terdapat rona kemerah-merahan tidak terlihat. Ia juga khawatir, sang majikan bisa mendengar degub jantung yang ingin melompat. "Pak Hans, bisa gak kalau masuk jangan ngagetin," protes Ashley bangkit menghindari pandangan. Bukannya marah, Hans justru mengulum senyum, "Memangnya kamu keget ya? Maaf." Lagi, pria itu menertawakan tingkah Ashley yang kebingungan sendiri, tampak menggemaskan. Kemudian, ia menarik tangan sang wanita lembut, "Ash, aku omong sesuatu sama kamu." Ashley berdiri di depan Hans, tubuhnya sedikit gemetar. Pandangan sang lelaki yang tajam menembus ke dalam bola matanya, seolah-olah mencari sesuatu yang lebih dalam dari sekadar penampilan luar. Ucapan Hans terdengar serius, hingg

    Last Updated : 2025-03-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   39. Ayo, Kita Menikah

    Pagi ini, udara terasa lebih cerah dari biasanya. Di kamar atas, Ashley sudah tampak segar setelah memandikan baby Neul dengan penuh perhatian. Bayi kecil itu terlihat ceria, meski tersenyum dengan mata yang setengah menyipit. Ashley tersenyum puas, merasa bangga bisa merawatnya dengan baik. "Hmmm ... Sayangnya ibu sudah harus, tampan, sekarang kita turun ke bawah ya sayang. Kita datengin papa, yuk!" ajak Ashley yang dibalas tawa sang bayi dengan senyum gemas. Setelah memastikan baby Neul nyaman dalam gendongannya, Ashley turun ke bawah menuju ruang makan dengan hati-hati. Hans yang melihatnya turun pun menatap intens sang wanita hingga sampai di lantai dasar. "Neul sudah bangun, ya?" tanya Hans saat Ashley semakin mendekat. Sesampainya di sana, Ashley melihat Hans sudah duduk di meja makan dengan secangkir kopi di tangan. Senyum ringan muncul di wajah sang pria saat melihatnya. "Hm, tentu saja, Pa," balas Ashley menirukan suara bayi, "Nyul pasti sudah ganteng." Hans

    Last Updated : 2025-03-11
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   40. Ibu Kandung Haneul

    Hans memberi perhatian kecil pada sang wanita, dengan mengoles roti serta memotong hingga bagian termudah untuk Ashley langsung menyantapnya.Hati Ashley berkecamuk seketika. Antara rasa senang, malu, sekaligus canggung dan takut. Ia berusaha sekuat tenaga membuatnya tampak wajar.Acara di ruang makan itu begitu sangat tenang, tidak ada pembicaraan serius di antara keduanya hingga membuat Hans menatap ibu susu sang anak."Kamu ada rencana apa hari ini, Ash?" tanya Hans di sela-sela makan, yang memang hari ini sengaja tidak ke kantor.Ashley mendongak, "Pak Hans gak ke kantor hari ini?" Mendengar pertanyaan Ashley, Hans justru terkekeh, memiringkan kepala sedikit, "Percakapan macam apa ini? Pertanyaan dibalas pertanyaan?"Wanita itu menunduk malu, melihat senyum sang pria yang selalu menatapnya. "Saya hari ini mau belanja kebutuhan Haneul, Pak. Saya lihat stok pampers, dan yang lain hampir habis.""Hm, jadi kamu mau

    Last Updated : 2025-03-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   41. Kebersamaan Bertiga

    Perjalanan keduanya pun kini tiba di basement mall terbesar di kota itu. Hans membantu menurunkan kereta dorong Baby Neul."Ayo Sayang, sudah siap." Hans mendekatkan kereta dorong itu untuk sang bayi.Di dalam mall, suasana memang begitu sangat ramai. Keduanya berjalan masuk ke dalam dan mulai menyusuri tiap lantai. Beberapa deretan toko menjajakan barang dagangan dalam ruangan yang tampak mewah dan gemerlap."Kita lihat-lihat dulu, Ash?" tanya Hans menoleh sekilas wanita yang jalan di sampingnya. Sementara dirinya mendorong kereta sang bayi dengan hati-hati.Ashley menggeleng lemah, "Pak Hans mau beli apa?""Nggak ada?" jawab Hans kemudian menaikkan dagu, "mungkin kamu mau beli baju?""Enggak, aku gak perlu, Pak.""Ya mungkin saja," pria itu menggendikkan bahu.Langkah kaki Hans seolah terasa berat dan lambat. Ia sengaja melakukan itu hanya ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang wanita. Namu

    Last Updated : 2025-03-12
  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   42. Benar Itu Dia

    Jawaban Ashley membuat Hans mengerutkan kening. Pria itu seolah menyadari ada yang tidak beres pada ibu susu Haneul. "Kamu mau omong apa sih? Sudah, ayo masuk!" ajak Hans lengannya berada di balik punggung Ashley, menggiringnya lembut. Namun, Ashley masih berusaha mencari sosok Doni yang ia lihat sekilas tadi. Ia benar-benar ingin meyakinkan bila yang ia lihat adalah bukan Doni. Kedua matanya bergerak mencari sekelilingnya, namun ia tidak juga melihatnya lagi. "Ah, mungkin tadi hanya bayang-bayang saja." Ashley meyakinkan diri sendiri, kemudian membuang napas lega, "Mungkin aku memang capek." Begitu mereka duduk, pelayan dengan ramah menyambut dan memberikan menu. "Selamat datang. Silahkan mau pesan apa?" Beberapa saat Ashley dan Hans melihat daftar menu restoran tersebut, hingga keduanya menentukan pilihan. "Kita pesan ini dua, dan minumnya dua, Mbak," kata Hans setelah meyakinkan menu yang disukai Ashley. "Baik, mohon ditunggu sebentar," kata pelayan sambil menulis pesanan.

    Last Updated : 2025-03-12

Latest chapter

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   97. Siapa Kamu, Ko?

    Di dalam rumah tangga Hans dan Ashley semakin harmonis meski dalam kehidupan pasangan suami istri itu kedatangan tamu yang sangat tidak diharapkan. Namun, kejadian kemarin tidak membuat Ashley menaruh curiga terhadap mantan istri dari sang suaminya tersebut.Pagi ini di dalam keluarga Hans, Ashley tengah menyibukkan diri sejak tadi di dapur hingga membuat pancake. Sementara Hans sedang bermain bersama sang putra yang kini sudah aktif bermain. Usia Baby Neul setara dengan perkembangan fisik anak sebayanya, namun untuk perkembangan otak anak laki-laki tampan itu sangat cepat tanggap.“Neul, mau apa buka kulkas?” tanya Ashley saat melihat kedatangan sang anak yang membuka lemari pendingin.Rasa ingin tahu sang anak semakin kuat saat ia berhasil membuka kotak p

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   96. Tanpa Sengaja

    Sementara Sisil yang tidak mendapatkan keinginannya saat di rumah Hans, wanita itu langsung keluar rumah dan melajukan mobilnya menuju diskotik. Kedatangannya kali ini benar-benar mengejutkan semua orang setelah kepergiannya secara sepihak sekian lalu lamanya.Kedatangannya kembali ke dalam kehidupan Hans, tentu saja tidak jauh dari niatnya ingin menyatu dengan mantan suami dan anaknya. “Sialan banget sih kamu Hans, baru juga aku tinggal beberapa bulan, kamu sudah punya wanita lain,” gerutunya sambil terus menginjak pedal gas.Setiba di Diskotik Eleven, dengan langkah penuh percaya diri, Sisil masuk ke dalam dengan rambut yang tergerai indah. Seolah ada rasa rindu terhadap tempat yang dulunya sering dikunjungi, wanita itu memilih salah satu bangku di sudut ruang tersebut.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   95. Kepercayaan Ashley

    Kedatangan Sisil di rumah Hans tentu saja membuat hati kecil Ashley penuh pertanyaan. Siapa wanita yang sempat memeluk suaminya itu? Namun, jangankan bertanya, ingin bernapas saja dadanya masih terasa sesak. Ashley sekuat tenaga menahan semua rasa itu demi sang suami.Tiba di lantai atas, Hans langsung membuka pintu kamar agar sang istri bisa masuk lebih dulu. Ia tidak ingin Ashley semakin kepikiran tentang Sisil, meskipun kenyataannya Ashley memang harus tau siapa Sisil sebenarnya.Keduanya melangkah lebih dalam masuk ke dalam kamar, kemudian Hans menutup pintu kamar rapat. Ada rasa campur aduk di dalam hati pria itu, apakah ini waktu yang tepat mengatakan semuanya pada sang istri?“Uhm … Ash?” panggil Hans tiba-tiba menghentikan langkah kaki sang wanita.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   94. Tamu Tak Diinginkan

    Ashley mengerutkan kening. Ia perlahan turun dari gendongan Hans, berdiri di samping suaminya yang masih mematung, menatap ke arah sosok asing yang berdiri di ruang tamu. "Siapa perempuan itu? Kenapa Ko Hans terlihat begitu tegang?" batin AshleyPerempuan itu tampak anggun, dengan senyum lebar yang seolah tidak menyadari keterkejutan yang mengisi udara di sekitar mereka. Rambutnya tergerai rapi, bibirnya dilukis merah muda, dan matanya bersinar—seolah kedatangannya adalah kabar baik.Belum sempat Ashley bertanya, perempuan itu tiba-tiba melangkah cepat dan langsung memeluk Hans begitu saja, tanpa ragu.Ashley tersentak. Ia berdiri terpaku, matanya membelalak. Dadanya sesak seketika, jantungnya berdegup keras. Sedetik tadi, malam terasa hangat. Kini, ia seperti dilempar ke dalam kolam es.Sementara Hans juga tampak terkejut. Tubuhnya menegang beberapa detik, sebelum akhirnya ia mendorong perempuan itu perlahan, menjauh dari dirinya.

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   93. Siapa?

    Setelah makan sore yang hangat dan sederhana, Hans dan Ashley akhirnya memutuskan untuk pulang. Hari mulai gelap, dan suasana di antara mereka dipenuhi dengan kehangatan yang masih membekas dari obrolan-obrolan kecil selama makan tadi. Di dalam mobil, Ashley memegang kotak kecil berisi kalung itu erat-erat di pangkuannya. Jemarinya sesekali menyentuh liontin bintang di dalamnya, seolah memastikan hadiah itu nyata dan bukan sekadar khayalan."Aku masih nggak percaya kamu melakukan ini," katanya pelan, masih menatap kotak itu. “Kupikir kita cuma mau makan aja.”Hans melirik sekilas sambil tersenyum. "Kamu suka?" Ashley mengangguk, senyumnya melebar. "Iya, aku sangat suka."Beberapa saat mereka diam. Musik lembut mengisi keheningan, menemani pemandangan lampu-lampu jalan yang melintas perlahan di balik kaca jendela.Tidak lama kemudian, Hans menepikan mobil ke bahu jalan yang cukup sepi, lalu mematikan mesin.As

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   92. Senyuman

    Sore harinya, dokter akhirnya masuk dengan senyum hangat di wajahnya. Setelah memeriksa hasil tes dan kondisi fisik Ashley, ia memberikan keputusan yang dinanti-nanti."Semua hasilnya baik. Tidak ada indikasi komplikasi. Jadi, Bu Ashley sudah boleh pulang sore ini, ya. Tapi tetap harus banyak istirahat di rumah."Ashley nyaris melompat dari tempat tidur kalau saja Hans tidak langsung menahan bahunya. Senyum lebarnya tidak luntur sedikit pun sejak dokter mengucapkan kata “boleh pulang.”“Terima kasih banyak, Dok!” ucap Ashley semangat.Hans mengangguk sopan. Setelah proses administrasi dan pengambilan obat selesai, mereka pun meninggalkan rumah sakit.Sepanjang perjalanan di dalam mobil, Ashley nyaris tak berhenti tersenyum. Ia duduk dengan tubuh condong ke depan, memeluk tas kecilnya, sementara pandangannya sesekali melongok keluar jendela.Hans yang menyetir di sebelahnya melirik beberapa kali, lalu tersenyum tipi

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   91. Penuh Cinta

    Pagi menjelang dengan langit yang perlahan berubah cerah, cahayanya menyusup masuk lewat tirai kamar rumah sakit. Ashley duduk di tepi ranjang, mengenakan sweater tipis dan celana panjang yang dibawakan Hans semalam. Rambutnya tergerai seadanya, luka di kepalanya sudah dibalut rapi. Meski nyut-nyutan masih terasa, wajahnya terlihat jauh lebih segar daripada malam sebelumnya.Hans mondar-mandir di kamar, membereskan tas kecil yang berisi barang-barang Ashley. Sesekali ia melirik istrinya, memastikan semuanya baik-baik saja.Ashley menggeser selimutnya pelan dan menurunkan kaki ke lantai. Dengan hati-hati, ia berdiri, lalu berjalan perlahan ke arah kamar mandi.Hans yang sedang membereskan tas langsung menghentikan gerakannya. “Mau ke mana?” tanyanya cepat.“Mau ke kamar mandi,” jawab Ashley tanpa menoleh.“Biar aku antar,” ucap Hans, sudah melangkah mendekat.Ashley menoleh sebentar. “Nggak usah, Ko. Aku bisa sendiri.”Ha

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   90. Perhatian

    Lampu kamar menyala temaram. Dari balik tirai jendela besar, langit malam tampak gelap tanpa bintang. Ruangan sunyi, hanya suara hembusan pelan AC yang terdengar.Hans kembali duduk di kursi, sementara Ashley masih bersandar lemah di ranjang. Mereka terus mengobrol, seolah tidak ingin malam cepat berlalu.“Tadi kamu bilang darahku banyak sekali?” tanya Ashley sambil memutar tubuhnya sedikit ke arah Hans.Hans mengangguk. “Iya, aku bener-bener panik. Rasanya mau teriak minta tolong ke seluruh dunia.”Ashley tertawa kecil, tapi langsung meringis karena kepalanya masih nyut-nyutan. “Jangan lebay, Ko.”“Aku serius,” ucap Hans cepat. “Saat kamu nggak sadarkan diri, aku sangat khawatir. Aku nggak tahu apa yang harus kulakukan jika kamu sampai ....”Ashley menyentuh tangan Hans, menggenggamnya erat. “Aku masih di sini.”Hans mengangguk, menatap mata istrinya lama.Beberapa menit mereka terdiam. Lalu Ashley menguap

  • IBU SUSU BAYIKU, CANDUKU!   89. Kehangatan

    Suara pintu yang berderit pelan memecah keheningan kamar rumah sakit. Hans melangkah masuk, perlahan menutup pintu di belakangnya. Di ranjang, Ashley terbaring dengan wajah pucat. Matanya tertutup, nafasnya pelan tapi teratur. Perban membalut dahinya, dan selang infus menancap di tangannya.Perlahan, Hans mendekat dan duduk di kursi di samping ranjang. Ia menggenggam tangan Ashley, menatap wajah pucat itu dalam diam sejenak, lalu menunduk, mengecup jemari istrinya.“Ash …,” bisiknya pelan. “Bangun, ya. Aku di sini.”Beberapa detik berlalu. Lalu, pelan-pelan, mata Ashley terbuka. Pandangannya masih kabur, bola matanya bergerak ke kanan dan kiri sebelum akhirnya menangkap sosok Hans yang duduk di sisinya.“… Ko?” suara Ashley serak, nyaris tidak terdengar.Hans mengangkat kepala, bibirnya membentuk senyum lega. “Ya, aku di sini, Sayang.”Ashley memutar pandangannya, mencoba mengenali tempat itu. “Aku … di mana?”

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status