Share

Bab 45 Jorok

last update Last Updated: 2025-04-05 11:58:01

Nabila membuka matanya, mengedarkan pandangannya ke arah jam dinding.

“Ya ampun, aku tidur cukup lama,” gumam Nabila.

Nabila menoleh ke arah Sandi yang tengah terjaga. Sandi tersenyum menatap Nabila yang baru saja bangun.

“Eh … anak tampan sudah bangun, Sayang. Kamu ini pintar sekali, kamu bangun tapi nggak nangis. Ibu Nabila jadi makin sayang sama kamu,” ujar Nabila sambil menatap gemas ke arah Sandi.

Nabila membawa Sandi keluar dari kamar. Kemudian berjalan menuju halaman rumah, untuk menghirup udara luar.

“Nabila, Sandi sudah bangun? Oh iya, kamu belum makan, kan? Sebaiknya kamu makan dulu. Yang lain sudah selesai, tinggal kamu saja yang belum,” sapa bu Sani.

“Baik, Bu, kalau begitu saya titip Sandi sebentar,” sahut Nabila.

Bu Sani mengambil alih menjaga Sandi. Sementara Nabila pergi ke dapur untuk makan siang.

Seperti biasa, Nabila menyantap makanan itu begitu lahap. Seperti ibu-ibu menyusui yang lain, Nabila sering merasa lapar.

“Enak makannya?” tanya seseorang yang berdiri di be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 122 Lambaian Tangan

    Di kediaman Gala, Ello telah menyetujui untuk mengantar Faisal dan juga Erina untuk kembali ke rumah mereka.Sesuai keinginan Erina, ia ingin tinggal berdua di rumahnya bersama Faisal. Menghabiskan masa tua mereka dengan tentram.“Mami, kalau butuh apa-apa jangan sungkan hubungi aku, ya. Aku dan Mas Gala pasti akan merindukan Mami dan Papi. Kami juga pasti akan sering-sering main ke rumah kalian,” ujar Nabila, ia tengah membantu Erina memakai baju.“Iya, Nabila. Mami akan sangat senang jika kalian sering-sering main ke rumah kami. Rumah kami akan selalu terbuka untuk kalian, anak-anak Mami,” sahut Erina, ia mengusap lengan Nabila.Setelah selesai memakaikan baju Erina. Nabila pergi ke dapur, untuk membawa bekal untuk Erina di jalan, yang telah ia siapkan sedari tadi.Nabila melangkah masuk ke dapur. Namun, langkahnya terhenti saat ia melihat Ello yang juga sedang berada di dapur, dengan posisi membelakanginya.Nabila ragu-ragu untuk melanjutkan langkahnya. Hingga ia terdiam mematung d

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 121 Menagih

    “Ish! Mama apaan, sih? Memangnya ada yang salah dengan cara aku jalan? Perasaan aku jalan biasa saja,” sahut Nadin.Mona mendekati Nadin, lantas berdiri di hadapan anaknya itu. Tatapannya seakan mengintimidasi.“Tapi … yang Mama lihat, jalan kamu memang beda. Kayak yang habis-”“Ck, Ma … apa Mama nuduh aku yang macam-macam? Mama nggak percaya sama aku?” potong Nadin, mulai emosi dengan ucapan Mona yang mengarah pada tuduhan negatif.Mona menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia mengangkat sebelah tangannya ke udara, membantah pertanyaan Nadin.“Tidak, mungkin Mama yang salah lihat. Ya sudah kamu masuk saja ke dalam. Mama mau lanjut nyiram tanaman bunga kesayangan Mama dulu,” jawab Mona.Nadin pun kembali membalikkan badan. Melenggang pergi masuk ke dalam rumah. Namun, mata Mona tidak bisa lepas dari gerak-gerik langkah kaki Nadin yang begitu berbeda itu.“Kok perasaan aku jadi nggak enak. Kenapa, ya?” Mona mengusap dadanya pelan.Mona pun kembali menyiram tanaman bunga, seperti yang tadi

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 120 Bercak Darah

    Nadin terbangun di dalam kamar yang asing. Penampilannya begitu kacau serta tubuh yang terasa sakit.“Sakit banget, ada apa ini? Kenapa aku ada di sini?” gumam Nadin, ia mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruangan.Nadin merasa aneh, kenapa ia bisa berada di tempat yang asing baginya. Padahal semalam ia sedang berada di club malam bersama Lina dan Kia.Seketika Nadin teringat akan pria yang pernah bersamanya di club malam.“Apa Edo yang membawaku ke sini?” gumam Nadin, kepalanya masih sedikit merasa pusing.Nadin menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya. Lalu beranjak dari tempat tidur, hendak menuju kamar mandi. Namun, saat ia hendak melangkah, tubuh bagian intimnya terasa nyeri. Entah apa yang terjadi, Nadin tidak ingat apa pun.Nadin hendak melanjutkan langkahnya ke kamar mandi. Akan tetapi, ponsel miliknya tiba-tiba berdering. Nadin melirik tas miliknya yang berada di atas tempat tidur. Namun, alangkah terkejutnya Nadin, saat melihat bercak merah menodai sprei putih yang terp

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 119 Club Malam

    “Aaargh! Kenapa, sih, harus secepat itu ketahuan? Bahkan aku belum sempat membeli barang-barang yang aku mau. Tante Erina sialan!”Nadin melempar benda apa saja yang ia lihat di ruang keluarga.“Nadin, apa yang kamu lakukan? Sudah-sudah, jangan rusak semua barang-barang ini!” cegah Mona, ia baru keluar dari kamar dan mendengar suara gaduh pecahan gelas di luar.Nadin melipat kedua tangannya di depan dada. Merasa kesal dengan keadaan yang tidak sesuai dengan harapan.“Bagaimana aku nggak marah, Ma. Aku belum mendapatkan apa yang aku mau dari tante Erina. Tapi, secepat itu harus ketahuan sama mas Gala. Lalu, setelah ini pemasukan kita dari mana, Ma? Kalau hanya mengandalkan uang gaji dari Papa, ya nggak akan cukup, lah!” sahut Nadin.Mona menghela napas kasar, ia pun kecewa atas keadaan ini. Namun, harus bagaimana lagi? Ia pun bingung dengan cara apa lagi untuk bisa mendapatkan uang dari Erina.“Tapi setidaknya Gala tahu rahasia Erina. Mama yakin, sekarang Gala dan Ello pasti marah besa

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 118 Ibu Pengganti

    Semua orang terkejut saat pintu kamar terbanting cukup kuat. Mereka menoleh ke arah pintu tersebut.Di sana, tampak Ello berdiri menatap Erina dan juga Faisal dengan tatapan tajam.“Ello, ternyata kamu! Kenapa kamu membanting pintu? Kasihan Mami kamu, kamu sudah mengagetkannya,” ujar Oma Nira.Ello pun masuk ke dalam ruangan itu. Lantas mendekati Faisal yang berdiri tak jauh dari Erina.“Katakan, apakah yang aku dengar itu benar? Mami bukan ibu kandung aku sama Gala? Aku sudah dengar suara rekaman itu barusan. Apakah benar begitu?” tanya Ello.Faisal tertunduk, hal itu sudah ia duga sebelumnya, jika suatu saat, Ello atau pun Gala akan marah karena merasa dibohongi selama ini.“Iya, Ello. Erina memang bukan ibu kandung kamu dan Gala. Dia sebenarnya Tante kalian. Dia kembaran ibu kalian yang bernama Elia,” jawab Faisal, ia tertunduk.Tampak gurat kekecewaan yang terpancar pada wajah Ello dan juga Gala.“Kenapa Papi tidak jujur dari dulu? Kenapa kalian, Papi dan Oma tidak mengatakan yang

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 117 Mengaku Salah

    “Apa?!” Gala begitu terkejut mendengar pengakuan Erina.“Kenapa Mami memberikan uang sebanyak itu kepada Nadin? Keenakan sekali Nadin sama keluarganya, jika Mami memberikan uang sebanyak itu,” lanjut Gala.Gala tidak habis pikir dengan pikiran Erina. Bisa-bisanya Erina memberikan uang sebanyak itu cuma-cuma untuk Nadin.“Mami minta maaf, Gala. Mami sangat menyesal, kini mereka malah berbalik memeras Mami. Mereka terus-menerus meminta uang kepada Mami,” ucap Erina.Gala mengacak rambutnya kasar. Lantas ia duduk di atas sofa rumah sakit itu.“Kenapa kamu memberikan uang itu kepada Nadin? Untuk modal usaha Nadin, itu biar menjadi tanggung jawab Akbar dan Mona, mereka orang tuanya. Sama sekali itu bukan urusan kamu. Lagi pula, hubungan kita sama keluarga Nadin hanya sebatas Sandi, tidak lebih,” timpal Faisal.Erina memejamkan matanya sejenak. Sudah ia duga, Gala pasti akan sangat marah jika mengetahui hal itu.“Mami mengaku salah, Mami sangat egois. Awalnya niat Mami memberikan uang-uang

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 116 Banjir Air Mata

    “Jangan, Nabila. Jangan membuat tanganmu kotor untuk membersihkan kotoran saya,” tolak Erina, ia merasa tidak enak.Nabila menggelengkan kepalanya pelan seraya tersenyum.“Tidak akan kotor, Bu. Kan ada air, nanti bisa dicuci. Sekarang kalau Bu Erina mau buang air tidak apa-apa di sini saja. Em … sebentar, biar saya pasang dulu popok,” ujar Nabila, lalu memasang popok kepada Erina.“Hati kamu sebenarnya terbuat dari apa, Nabila? Saya orang yang paling jahat sama kamu. Tapi balasan kamu, sungguh membuat saya malu,” imbuh Erina.“Saya hanya manusia biasa, Bu. Sama seperti yang lain,” sahut Nabila, saat ia mulai membersihkan tubuh Erina setelah Erina buang air besar.Erina menghela napas kasar. Ia terus memperhatikan wajah Nabila, yang sama sekali tidak memperlihatkan raut wajah jijik saat membersihkan kotorannya.Dari arah pintu, terlihat pintu itu terbuka dari luar. Menampakkan wajah-wajah khawatir dari Faisal, Gala dan juga oma Nira.“Erina!” Faisal berlari menghampiri Erina.Faisal me

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 115 Ketulusan

    Kecelakaan tunggal pun tidak terelakkan. Mobil Erina rusak parah, beruntung anak kecil itu tidak sampai tertabrak. Namun, Erina tak sadarkan diri dengan luka di bagian wajah dan anggota tubuh lainnya.Seketika jalanan menjadi ramai oleh orang-orang yang menyaksikan kecelakaan tersebut. Tak jarang dari mereka merasa prihatin atas musibah yang dialami Erina. Bahkan tak jarang dari mereka mengabadikan peristiwa nahas tersebut.Kini, Erina dibawa ke rumah sakit terdekat. Dokter segera menangani Erina yang kini telah berada di ruang ICU.Cukup lama Erina tak sadarkan diri. Hingga beberapa jam kemudian, Erina pun kini tersadar. Saat ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Nabila. Wajah yang sangat ia benci itu terpampang jelas berada di depan matanya.“Bu Erina sudah sadar? Syukurlah, biar aku panggilkan dokter dulu,” ujar Nabila, kemudian ia memanggil dokter.Dokter pun datang lalu memeriksa keadaan Erina.“Keadaannya cukup membaik, hanya saja kemungkinan tubuhnya masih

  • IBU SUSU UNTUK ANAK KONGLOMERAT    Bab 114 Dikucilkan

    Erina membuka kotak berisi perhiasan miliknya itu. Matanya menatap barang-barang berkilau itu dengan tatapan lekat. Satu persatu ia genggam perhiasan itu.Erina menggelengkan kepalanya cepat. Ia tidak ingin kalah dari wanita-wanita licik itu. Sekali saja mereka diberikan apa yang mereka mau, maka mereka akan seenaknya meminta terus menerus demi hasrat yang tak pernah terpuaskan.“Tidak, aku tidak boleh menjual perhiasanku ini. Memangnya mereka itu siapa? Enak sekali minta-minta,” gumam Erina, ia menutup kembali kotak perhiasan itu lalu menyimpannya kembali ke dalam lemari.Erina kemudian menghubungi Ello. Cukup lama ia menunggu teleponnya diangkat, akhirnya Ello pun mengangkatnya.“Halo, Mam!” sapa Ello dari balik telepon.“Halo, Ello. Apa kamu lagi sibuk? Mami cuma mau memberitahu kamu, tolong blokir nomor Nadin dan siapa pun yang berhubungan dengannya,” ujar Erina.“Memangnya kenapa, Mam? Ada masalah?” tanya Ello.“Tidak usah banyak tanya, Ello. Tolong blokir nomor Nadin. Pliss!” mo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status