50"Saya mau Tuan dipenjara!" desis Aira kesal. Alexander terhenyak. Matanya berkedip-kedip. Lelaki itu tidak menyangka Aira akan berkata seperti itu. Sebegitu marahkah wanita itu? "Kau ingin aku dipenjara untuk mempertanggung jawabkan perbuatan semalam?" tanya Alexander dengan mata memicing. "Ya!""Dan semua orang yang menggantungkan hidup padaku akan kelaparan?" Kini wajah Alexander yang terlihat sinis. Ditatapnya Aira yang kini terhenyak. Alexander mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru dapur. Ia bukan tidak tahu kalau para pelayan sejak tadi mengintip dan menguping mereka. Lalu kembali menatap Aira yang masih terpaku di tempatnya. Wajah wanita itu terlihat tegang, dan di mata Alexander, itu terlihat lucu. "Apa kau tahu berapa banyak pelayan di sini? Yang kalau aku dipenjara akan kehilangan pekerjaan mereka dalam sekejap?" tanya lelaki itu lagi dengan senyum semakin sinis. "Aku akan memecat mereka semua karena kalau aku dipenjara, tidak akan sanggup lagi membayar mereka. J
51Aira terpana. Begitu juga dua babysitter, dan dua bayi di dalam yang bangun karena terganggu. Sungguh, suara Hasna sangat menggelegar. Wanita itu marah. Wajahnya bahkan memerah dengan matanya yang menatap nyalang. Selama bekerja, baru kali ini Aira melihat pekerja senior itu semarah ini. Kepada dirinya pula. Padahal Aira merasa tidak bersalah. Hanya bertanya. Apa pertanyaannya salah? Atau apa Hasna berada dalam masalah karena pertanyaannya? Apa benar yang dikatakan Hasna, kalau semua orang berada dalam masalah karena pembangkangannya selama ini? Abi, Hasna, mungkin juga dua babysitter. Aira memejamkan matanya. Kenapa begitu berat tugas seorang ibu susu seperti dirinya? Yang bila menolak perintah boss, ternyata bukan hanya dirinya dalam masalah, tetapi juga orang lain. ***Akhirnya, dengan berat hati Aira menuruti perintah Alexander menemaninya pergi ke pesta, padahal, tidak ada poin seperti itu dalam kontrak. Tidak ada pilihan. Daripada semua orang kena masalah. Hanya saja w
52Entah sudah berapa puluh kali Aira menarik napas panjang. Rasanya asupan oksigen selalu kurang. Dadanya selalu terasa penuh dengan sesuatu sejak tadi. Padahal, saat mampir di kamar hotel, ia melepas dulu gaunnya untuk menyusui dua bayi. Ya, kedua bayi dan babysitternya menunggu di salah satu kamar hotel yang sudah dipesan Alexander. Aira meninggalkan mereka setelah keduanya tertidur. Kini, di sini ia berada. Di dalam sebuah lift yang entah akan menuju ke mana. Yang pasti, ia hanya menuruti instruksi sang boss tanpa banyak bicara atau bertanya. Terlanjur basah. Walaupun sangat kaget bahkan hampir shock, karena ternyata ia harus menghadiri acara ulang tahun perusahaan Alexander. Terlebih harus berpura-pura jadi pendampingnya. Namun, Aira tak punya pilihan lain. Ia tak ingin bermasalah dengan lelaki egois, arogan, pemaksa, dan entah apa lagi gelar yang pantas disandang lelaki itu. Berkali-kali Aira meyakinkan dirinya, kalau ini hanya berpura-pura. Seperti perintah lelaki itu, ia c
53"Dia … ibu sambungnya Alister." Alexander terkekeh. Semua mata kini tertuju ke arah Aira seorang. Berbagai macam arti dari tatapan orang-orang itu dapat Aira tangkap. Ada yang menatap takjub, kagum, salut, biasa saja, bahkan tak sedikit yang menatap iri dan nyinyir, terlebih dari kaum Hawa yang mendampingi suami mereka, atau memang pemilik bisnisnya sendiri. Aira tidak peduli. Toh, tidak mengenal mereka semua. Ia tak ingin ambil pusing. Tetap memasang senyum manis seperti perintah awal Alexander. "Jadi, ini yang berhasil membuat Daddy Alister move on dari Mommy Al? Wah, selamat, ya.""Hebat, bisa menggeser posisi model terkenal di hati Daddy Alister, ya.""Tapi mending yang ini, sih. Keibuaan. Pasti pinter ngurus baby, eh, ngurus Daddy-nya juga.""Tapi, kok, jauh ya dibanding yang dulu."Berbagai komentar dilontarkan rekan-rekan atau siapa pun yang berkerumun di sana. Sekali lagi, Aira tidak peduli. Apa pun yang mereka ucapkan tidak akan mempengaruhi apa pun. Yang dilakukan Aira
54"Kemarilah …." Dengan senyum terus mengembang di wajahnya, Alexander mengulurkan tangan. Telapak tangannya terbuka dan mengarah ke atas, pertanda meminta tangan Aira datang padanya. Sungguh, hati wanita mana tidak akan meleleh bila yang dilakukan Alexander adalah tulus dari hatinya. Namun, sayangnya Aira tahu kalau Alexander melakukan itu semua hanya untuk pencintraan. Wanita itu yakin kalau Alexander mendengar obrolannya dengan wanita penghancur rumah tangganya dengan Randi. Karena itu sang boss ingin menolong dirinya dengan membuat cerita seolah-olah benar dirinya istri dari pemilik hajat ini. Untuk menekan mental wanita bernama Wita, yang mengira Aira pun sama seperti dirinya, seorang gundik. Aira akan mengikuti saja alur ceritanya. Sudah terlanjur nyemplung juga. Sekalian membuat wanita di sampingnya kelojotan. Siapa suruh menuduhnya gundik. Dengan sama tersenyum, Aira mengulurkan juga tangannya yang langsung ditangkap Alexander, digenggam dan dibimbing agar berjalan bersam
55"Memangnya ada gundik berkelas, Tuan? Apa menjadi gundik pun ada sekolahnya?"Mata Alexander melebar mendengar pertanyaan Aira. "Untuk apa bertanya hal seperti itu? Apa kau berminat ….""Amit-amit! Saya lebih baik mati!" potong Aira cepat, membuat Alexander membuang muka seraya mendengkus. Kedua tangannya bertolak di pinggang. "Ya sudah. Sebentar lagi ada pengawal mengantar baju untukmu. Aku akan kembali ke sana untuk penutupan acara." Lelaki itu keluar setelah menghubungi dulu seseorang. Meninggalkan Aira yang menatap punggung tegapnya yang hanya terbalut kemeja tanpa jas. Tak terasa tangan Aira meraba jas Alexander yang masih membelit pinggangnya. Lalu meremas jas itu dengan kuat. Dua babysitter yang sejak kedatangan Alexander membopong Aira sudah mengintip dan menguping, berlomba-lomba berlari mendekati Aira yang masih duduk dengan jas Alexander membelit pinggangnya. Aira yang sempat kaget dengan kedatangan dua gadis itu, hanya mendengkus kasar. Ia yakin kalau keduanya tadi
56Aira merebahkan dirinya di ranjang. Hari ini begitu melelahkan. Dari tiba-tiba diberi tahu harus ikut ke pesta yang ia tidak tahu pesta apa, persiapan pesta yang ribet, lalu kejadian memalukan di sana. Terakhir drama picisan tikus kecil di luar area parkir. Semua membuat kepalanya pusing. Untung saja Alexander tegas. Lelaki itu cepat mengatasi dengan uangnya. Ya, walaupun sebenarnya Aira tidak menyukai cara Alexander itu, tetapi itu jalan terbaik. Sangat ampuh. Karena setelah itu, Wita pergi entah ke mana. Tak terbayang bila wanita itu dibawa masuk ke dalam mobil atau bahkan hingga ke rumah ini. Aira tak dapat membayangkan. Aira memejamkan mata. Pertemuan kembali dengan wanita yang berhasil memporak-porandakan rumah tangganya dengan Randi itu, tak urung seperti membuka luka lama akibat pengkhianatan lelaki itu. Rasa sakit saat Randi kedapatan berada di kamar mereka bersama wanita itu adalah hal terburuk dalam hidupnya. Bagaimana ia akhirnya nekat meninggalkan rumah dan terdampar
67Aira merasa seperti kembali ke masa lalu, saat dirinya pertama kali bertemu laki-laki yang akhirnya mengenalkannya dengan sesuatu yang bernama cinta. Laki-laki yang yang pernah membuatnya merasa menjadi wanita paling bahagia di dunia, walaupun lelaki itu juga yang akhirnya menorehkan kata luka di hatinya. Laki-laki yang sama yang mengenalkan cinta, tetapi juga membuatnya terluka di kemudian hari. Laki-laki itu … bernama Randi. Ya, Randi. Laki-laki itu kini berdiri di hadapannya dengan penampilan yang sangat berbeda. Tubuh lebih berisi, kulit bersih, rambut rapi, dan wajah lebih bercahaya. Senyum terus mengembang di wajah bersihnya. "Assalamu'alaikum, Ai. Apa kabar?" sapanya lebih dulu saat dilihatnya Aira masih saja terpaku. Bahkan mata wanita itu seolah tak berkedip menatap sang mantan suami yang baginya seperti tengah bereinkarnasi. Randi yang sekarang sangat berbeda dengan Randi saat terakhir kali bertemu. "Bagaimana kabar kalian, Ai? Bagaimana kabar Raka? Mas kangen sekali