"Kalian akan menyesal karena sudah ikut campur urusanku!"Ju Bhu Cheng mengancam dengan nada suara dingin. Ia lalu bergerak cepat menghantam kelima orang utama sekte Bintang Api itu. Kelima orang itu pun langsung terpental terpencar lima arah. Mereka mencoba bangkit kembali diserang oleh jelmaan siluman serigala itu.Kelima orang itu pun akhirnya rebah tak sadarkan diri. Ju Bhu Cheng kemudian mengumpulkan mereka jadi satu tempat dengan dua orang lainnya. Ia lalu berjalan ke arah Chia Yun yang sedang rebah di altar.Sebenarnya bukan ketujuh orang dari sekte Bintang api itu yang belum sadarkan diri. Yuan Chao masih dalam keadaan sadar. Namun karena luka dalam yang ia alami terlampau berat, membuat ia tak mampu bergerak. Hanya matanya yang mampu ia buka lapat-lapat. Kebetulan sekali arah pandangannya ke altar sehingga apa yang dilakukan oleh Ju Bhu Cheng dapat dilihatnya dengan jelas.“Hahaha maaf kan aku anak muda tidak jadi mengangkatmu sebagai murid. Aku akan menjadikanmu sebagai tumb
“Yan Chen, dimana biasanya kau bertemu dengan sahabatmu yang bernama Chia Yun itu?” tanya Yuan Chao.Tinggal satu hari lagi perjanjian akan datangnya Liong Yun ke Markas sekte Bintang Api. Keadaan yang semakin menegangkan bagi para penghuni sekte itu. Sebuah keadaan yang membingungkan bagi ketua sekte bintang api mengambil sikap.Kejadian melawan siluman tempo lalu di dalam hutan membuat orang-orang sekte bintang api menyimpulkan yang menyelamatkan mereka adalah Pendekar Bayangan Maut (ada sedikit revisi mengenai gelar yang disematkan pada Liong Yun). Dengan kata lain mereka sebenarnya sudah mati apabila sang pemuda misterius tidak muncul menyelamatkan mereka.Kebenaran tentang orang yang menyelamatkan mereka adalah pendekar bayangan maut diamini oleh Yuan Chao yang mengaku sempat melihat pemuda itu. Namun ia tidak menceritakan hal sebenarnya bahwa pendekar bayangan maut atau Liang Yun tidak lain adalah Chia Yun yang hendak mereka selamatkan."Aku biasanya bertemu dengannya di rum
Malam harinya setelah hari yang dijanjikan akan sebuah pembalasan dendam. Suasana bukit Tian Yun berubah sangat menegangkan. Mereka semua berkumpul di lapangan tepat di depan Aula Utama Sekte Bintang Api. Meski semua anggota sudah berkumpul tidak ada satupun dari mereka yang terlihat bersiap untuk melakukan pertarungan.Memang setelah tujuh anggota Sekte Bintang Api diselamatkan oleh Liong Yun, Ketua Sekte Bintang Api sudah memasrahkan semuanya kepada langit. Ia tidak lagi berniat untuk melakukan perlawanan. Karena dalam pikirannya andai saat itu pemuda bergelar Pendekar Bayangan Maut tidak memberikan pertolongan tentu kedua muridnya sudah tewas. Lalu apa bedanya dengan sekarang, bisa dikatakan hanya memperpanjang sedikit umur mereka."Tidak kusangka kau akan menyambutku sedemikian rupa padahal kedatanganku kali ini untuk menjemput nyawa dua orang muridmu itu. Apabila kau masih ingin membela mereka maka kau boleh mencobanya!" ucap Liong Yun yang tiba-tiba saja muncul di tempat itu tan
Menjelang tengah malam keadaan Paviliun Gerbang Naga Utara menjadi sangat sepi. Semua murid dan anggota diwajibkan masuk ke rumah mereka masing-masing dan tidak berkeliaran. Kecuali mereka yang mendapat tugas untuk berjaga, barulah bebas berkeliaran di suasana malam itu.Sebuah bayangan merah berkelebat sangat cepat bagaikan perjalanan bias cahaya. Siapapun yang melihatnya akan mengira bias sinar fatamorgana. Mereka akan terkejut seandainya mengetahui bahwa bias cahaya itu adalah pergerakan seorang pemuda yang belakangan namanya santer menjadi bahan pembicaraan di dunia persilatan. Pendekar Bayangan Maut. Pergerakan Liong Yun menyusuri Paviliun Gerbang Naga Utara satupun orang-orang disertai itu tidak ada yang menyadari. Padahal rata-rata dari mereka memiliki kemampuan di atas rata-rata orang-orang dunia persilatan. Namun tetap saja pergerakan si bayangan maut tidak dapat mereka rasakan.Liong Yun berdiri tepat di depan pintu kamar Ketua Sekte Paviliun Gerbang Naga Utara. Ia dapat m
Setelah sepeminuman teh lamanya bayangan kecoklatan meninggalkan tempat itu membawa Liong Yun, barulah kekuatan yang membuat orang-orang Sakti Paviliun gerbang naga Utara Tak bisa bergerak itu menghilang. Mereka pun akhirnya bisa bergerak kembali. “Syukurlah pemuda itu keburu hilang kesadaran. Sedikit saja ia masih memiliki waktu, tentu tidak ada lagi yang bisa hidup di Paviliun ini,” ucap Zhang Juyen lega.Meski begitu Ia pun merasa sedih karena sudah kehilangan orang nomor dua di sekte yang ia miliki. Salah satu orang kepercayaan sekaligus pembantu utama yang ia miliki untuk memberikan pelajaran kepada murid-murid di sektenya.“Entah apa hubungan pemuda itu dengan Liong Chen? Apakah pemuda itu yang bergelar Pendekar Bayangan Maut? Lalu mengapa aku juga diincarnya. Padahal Liong Chen adalah menantuku sendiri. Kalau memang ia ada hubungannya dengannya seharusnya ia tidak menyerangku,” gumam Zhang Juyen.Para murid kemudian mulai membereskan sisa-sisa pertarungan. Mereka juga mengu
“Anak muda keluarlah! Ada hal yang aku ingin tanyakan padamu!” teriak lelaki separuh baya yang dipanggil oleh murid-murid sekte Paviliun Gerbang Naga Utara itu dengan sebutan guru.Liong Yun tahu yang dimaksud orang tua separuh baya itu adalah dirinya. Ia pun mengangguk dan keluar dengan perlahan dari rumah makan diikuti oleh Yuan Chao yang juga sudah berganti pakaian berwarna abu-abu. Murid utama Sekte Bintang Dewa itu khawatir Liong Yun akan menghabisi orang-orang itu."Anak muda, namaku Ji Bun Salah satu guru pembantu di sekte gerbang naga Utara. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah pemuda yang tadi malam datang ke perguruan kami atau bukan.”“Sebenarnya aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan. Tapi Silahkan!” Jibun setengah tidak memperhatikan ucapan Liong Yun. Ia langsung mengamati wajah pemuda itu bahkan seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah. Memang ada kesamaan dengan pemuda yang tadi malam datang ke tempat mereka. Namun jelas sekali perbedaan wajah pemuda itu. “An
“Ayah, Kakek, aku sudah mencari di segala penjuru rumah kita tidak ada sedikitpun petunjuk tentang Pedang Naga Langit Itu. Aku menjadi sangat ragu apakah pedang itu benar-benar ada.”Seorang gadis berusia sekitar 16 tahun muncul di ruang tamu dan setengah merengek menyampaikan hasil pencariannya. Ia adalah Ma Ye Ling, putri tunggal Ma Jin Wu yang berbicara dengan pemimpin keluarga Ma, Ma Jin Long. Tidak hanya nampak butiran-butiran air yang menandakan Ia baru saja melakukan aktivitas yang membuat keringatnya keluar.“Ye Ling, mengapa kau tidak tau aturan main masuk saja kamar kakekmu tanpa mengetuk terlebih dahulu," tegur Ma Jin Wu melihat anaknya tiba-tiba saja nyelonong masuk.Ma Ye Ling menghentakkan kakinya tidak suka dibentak oleh sang ayah. Ia kemudian mendekati kakeknya dan bergelayutan di bahu orang tua itu. Ia mengadukan perbuatan sang hayah dianggapnya telah menindasnya kepada sang kakek. Ma Jin Long hanya tersenyum melihat kelakuan cucunya. "Sudah-sudah, mana mungkin ad
Ma Ye Ling mengerutkan kening mendengar jawaban Yuan Chao. Keadaan kedua orang yang berada di depannya tidak mirip sebagai majikan dan pembantunya. Mereka lebih mirip seperti Ayah dan anaknya atau paman dan keponakannya. Namun Ia pun tidak mungkin memaksa orang lain mengaku untuk hal sepele seperti itu.“Sepertinya kalian bukan orang sini, apakah kalian diundang pemimpin kota untuk menghibur?”Kepolosan Ye Ling hampir membuat Yuan Chao tersedak. Ia merasa geli gadis itu menyangka ia dan Liong Yun merupakan artis panggilan yang biasa menghibur orang-orang. Tentu hal itu sebenarnya sudah dipastikan tidak mirip sama sekali. Karena kebanyakan dari para penghibur itu merupakan para pemain kecapi dan penyanyinya kebanyakan adalah seorang perempuan.“Hee.. Bukan Nona! Kami hanya pelancong yang kebetulan singgah di kota ini. Apakah nona ini penduduk kota ini?” tanya Yuan Chao balik.Ye Ling hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Yuan Chao. Lalu ia dengan seenak hatinya duduk di samping le