Share

TIGA

Perusahaan tempat Vera bekerja adalah distributor pet shop terbesar di Indonesia, berawal dari kegabutan Bryan dengan hobi melihat perilaku anjing dan kucing tapi tidak berani menyentuh mereka, akhirnya punya ide menyediakan perlengkapan dan peralatan yang dibutuhkan pet.

Bryan sendiri tidak menyangka, bisnis turun temurun keluarga di bidang hotel menjadi timpang dengan bisnis distributor pet shop. Karena tidak mau melepas bisnis utama, dia akhirnya menarik putra sulung untuk membantu di hotel sementara dia fokus di bisnis gabutnya.

Bryan sendiri sudah bekerja sama dengan berbagai pihak termasuk kepolisian K9. jadi siapapun yang berani macam-macam dengan dirinya, Bryan dengan mudah bisa meminta bantuan K9 atau kalau para polisi sibuk, dia bisa meminta bantuan komunitas termasuk melacak orang.

Efan yang duduk di belakang sambil menyuapi anjingnya dengan sosis, melirik ke Bryan yang duduk di bagian sopir, menatap serius ke arah kaca kafe. "Tujuan kita bawa Bayu kesini buat apa?"

Sudah hampir satu jam, mereka hanya duduk di dalam mobil sambil mengintai jendela kafe transparan yang bisa melihat wajah Thomas dan punggung selingkuhannya.

Bayu menggonggong pelan, protes karena sosisnya menjauh. Efan cepat-cepat menyodorkan sosis kembali.

"Melacak perselingkuhan," jawab asal Bryan.

"Hah? siapa yang selingkuh?" tanya Efan tidak mengerti.

"Anakku."

"Thomas? dia masih belum berubah?"

Bryan tidak menjawab. Anak sulungnya memang tampan mengikuti dia tapi sayang kelakuan lebih condong ke ibunya yang tukang selingkuh, meskipun begitu dia menyayangi mereka.

"Dia sudah bertunangan dan malah kencan dengan wanita lain di kafe ini."

"Bukannya waktu itu kamu tidak hadir di pesta pertunangan mereka?"

Bryan mencubit perutnya yang buncit, meskipun wajah putih, hidung mancung dan tubuh tinggi, tidak menjamin disukai para wanita karena perut buncitnya yang seperti wanita hamil.

Bryan menatap iri Efan yang gagah, tegap sekaligus tampan.

"Ibunya tidak ingin mendapat masalah dengan kehadiran aku, jadi aku hanya bisa merayakan lewat mengajak semua anak buah makan disana."

Efan mendengus keras. "Kamu ini pria, jangan maulah digituin sama mantan istri dan anak kamu."

"Aku sangat menyayangi mereka, mantan istri adalah cinta pertamaku dan Thomas adalah buah cinta kami."

Efan tidak berani berkomentar lebih jauh lagi, tidak mau ikut campur masalah orang lain. Dia menepuk kepala Bayu yang sudah kekenyangan dan matanya mulai merem-melek.

Bayu adalah anjing kesayangannya jenis German Sheperd, gagah tapi manja puol kalau sudah di rumah.

"Dia sudah keluar!"

Efan siap siaga di belakang sementara Bayu yang sudah membaca gerakan alphanya mulai siap juga, menatap lurus kaca mobil meski tidak tahu apa yang dilihatnya. Yang penting ikuti saja.

Bryan merasa aman dengan mobil Pajero milik Efan, kaca mobil hitam pekat sehingga orang luar tidak bisa melihat bagian dalam mobil.

Bryan terkejut melihat Thomas keluar dengan siapa, merangkul pundak wanita itu dengan mesra sementara si wanita terlihat tidak nyaman.

"Vera?"

"Kamu kenal selingkuhan Thomas?"

Bryan mengerjap bingung. Jadi, selingkuhan Thomas itu Vera?

"Bry?"

"Dia salah satu staff yang bekerja di tempatku."

Efan mengangguk mengerti.

Bryan memotret semua perilaku mereka dengan kamera fotografer yang biasa dipakai untuk memotret kegiatan alam.

Efan bengong melihat kelakuan temannya ini lalu menggeleng miris. "Orang kaya memang beda."

Bryan mulai mengumpulkan bukti-bukti. "Lihat saja Thomas, akan aku laporkan ke ibu kamu."

Bayu menatap tidak mengerti Bryan lalu menatap papinya dengan sorotan 'pi, kita kesini sebenarnya mau ngapain sih?'

Efan nyengir. "Melihat kelakuan pengusaha kaya sarap."

Bryan menatap tajam Vera. Kamu berani memperkosa aku dan sekarang malah mendekati putraku? dasar wanita murahan. Jangan-jangan kamu melakukan ini demi harta?

"Kamu ingat Rosalin, istri Reza?" tanya Bryan.

Efan mengangkat salah satu alis. "Ya."

"Bagaimana jika aku terjebak hubungan seperti itu?"

"Maksudnya?" tanya Efan tidak mengerti.

"Bagaimana jika aku diperkosa seorang wanita?" tanya Bryan dengan nada tenang.

Efan dan Bayu saling menatap lalu tertawa geli. "Ya ampun, mana mungkin. Kalau benar, sekarang pasti kamu sudah mencak-mencak menyuruhku cari wanita itu."

Bryan diam dan menatap lurus.

Tawa Efan mereda lalu tiba-tiba muncul sesuatu yang mengerikan di benaknya. "Jangan bilang wanita yang bersama Thomas pelakunya."

Bryan sekali lagi diam.

Efan bersandar di kursi sementara Bayu menatap bingung papinya. "Bry."

"Hanya kamu yang tahu." Tekan Bryan.

"Bagaimana caranya?" tanya Efan tidak mengerti dan terbata-bata. "Maksudku..."

"Aku juga gak tahu karena waktu itu lemas dan rada mabok, yang aku ingat tiba-tiba dirangkul, dirayu terus dibawa ke kamar. Namanya laki-laki kalau dikasih pasti mau kan. Eh, gak tahunya aku diikat terus di video dan dibuka semuanya lalu kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya."

"Dan kamu benar-benar gak ingat?" Efan takjub dengan ingatan Bryan yang katanya nggak ingat tapi bisa ingat sebagian perjalanannya.

"Ya, begitulah." Bryan kembali memotret.

"Terus apa keuntungan kamu mengikuti Thomas?"

"Aku ingin bicara dengan Clara, ibu Thomas mengenai kelakuannya."

"Intinya kamu hanya ingin menemui Clara kan? dia sudah menikah dan hidup nyaman dengan pria lain, harusnya kamu bisa ikhlas."

Bryan mengangguk. "Ya, aku hanya ingin anak-anak tidak merasa menjadi broken home."

"Aku paham mengenai masa lalu kamu tapi jangan sampai ada orang yang bisa memanfaatkan masa lalu kamu."

Bryan mengangguk lagi.

Efan memutar mata dan bergumam. "Mungkin jika kamu memiliki kekasih, jadi bisa melupakan mantan istri."

Bryan memutar kepala ke belakang. "Apa?"

"Coba saja kamu cari kekasih supaya bisa melupakan Clara."

Bryan kembali menatap Vera yang sudah berjalan menuju sepeda motornya. "Kekasih ya-"

"Atau mungkin cari perempuan usia muda terus kamu jadi sugar daddy nya, siapa tahu kamu jadi awet muda lagi."

Bryan mengerutkan kening dengan jijik. "Apakah itu tipemu?"

Efan cemberut. "Tidak mungkinlah, aku tidak suka tipe-tipe yang hanya bisa menangis, merengek atau manja. Kalau buat mainan, oke. Tapi kalau buat serius mending nggak, terima kasih. Aku polisi, susah dapat pekerjaan ini. Kalau punya istri gak punya otak, bisa-bisa aku kehilangan pekerjaan."

"Nah, aku juga sama. Peliharaan pun juga pasti banyak maunya, mending pelihara sekelas Bayu yang penurut dan gak banyak maunya." Bryan mengetuk setir dengan tidak sabar. "Si Vera sudah pergi tapi kenapa Thomas masih di parkiran?"

Perhatian Efan teralihkan. "Janji bertemu dengan seseorang?"

Bryan menghubungi Clara. "Coba aku telepon Clara dulu."

Efan merampas handphone Bryan. "Yang benar saja, Bry. Kamu mau dicurigai karena menguntit anak sulung kamu?"

"Aku cuma ingin bertanya."

"Kamu ini ya, kalau sudah menyangkut Clara, gak bisa berpikir lagi. Lihat tuh Thomas sudah masuk ke dalam mobilnya, kita ikuti?"

Bryan melirik malas lalu menyalakan mobil. "Tidak, aku akan kembali ke kantor."

"Katanya-"

"Sudah jam kerja." Bryan mengetuk arloji di jarinya.

Efan benar-benar tidak bisa memahami jalan pikiran Bryan.  Serius? gini doang? gak ada hasilnya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status