Tuti menemani Clara keliling gudang sambil menjelaskan sistem pekerjaan di sana.Clara mengangguk takjub ketika melihat beberapa karung makanan hewan ditumpuk rapi sampai menggunung. "Para kuli pasti bekerja keras membuat gudang serapi ini."Mandor yang berdiri di belakang mereka berdua, berkata. "Wajar harus serapi ini, biar memudahkan kami dalam bekerja. Ngomong-ngomong sudah lama ibu tidak datang ke sini semenjak bercerai dengan bapak."Clara tertawa renyah lalu memberikan bingkisan di tangannya ke mandor. "Kami sudah bercerai dan memiliki kegiatan masing-masing, kedua putraku juga sama.""Kapan-kapan main ke sini lagi bu, kami tidak gigit kok."Semua orang tertawa begitu mendengar candaan jayus sang mandor.Vera melihat dari lantai atas ruang kerjanya yang terhubung dengan gudang belakang. Interaksi mereka membuatnya iri, seolah tidak memiliki beban di dalam hidupnya.Vera menghela napas panjang lalu kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaan. Tanpa sadar, seorang anak kecil mena
Saat pet shop dibuka Ayu. Thomas menemui Ayu. "Ayu!"Ayu terkejut lalu menoleh."Kamu tahu nomor Vera yang baru?"Ayu mengerutkan kening dengan bingung dan balik bertanya. "Dia ganti nomor?""Kamu tidak tahu?" tanya Thomas dengan curiga."Aku tidak tahu, soalnya dia jarang main ke sini.""Kamu tahu alamat tempatnya bekerja?""Gak mungkin kamu mau ke sana, di sana ada anjing dan gudang pakan hewan."Thomas mengerutkan kening dengan jijik lalu mendecak kesal. "Buat apa sih dia mau kerja di sana?""Kalian kan bertemunya di toko ini."Thomas melirik kesal Ayu lalu mencoba hubungi Vera lagi. Tidak tersambung."Sudahlah, kalau memang dia tidak mau sama kamu lagi. Jangan dikejar.""Kamu tidak tahu masalahku dengannya!" bentak Thomas lalu pergi meninggalkan pet shop.Ayu melambaikan tangan dengan santai.Sementara di tempat kerja, Vera tenggelam dalam pekerjaan. Saat ini mandor sedang sibuk bongkar pasir hewan sementara Vera mengawasi sales, dua kuli dan sopir untuk muat barang yang akan diki
Setelah menemani Ayu sampai tutup toko di jam tiga sore, Vera masih enggan untuk pulang. Dia memutuskan pergi ke toko buku dan tanpa sengaja melihat Thomas dan tunangannya yang cantik sedang sibuk melihat buku di lantai dua.Vera jadi tidak berminat ke tempat itu lagi dan cepat-cepat menuruni tangga yang sialnya malah bertemu dengan si bos di tengah tangga.Bryan yang sedang digandeng mantan istrinya, terkejut.Vera melihat genggaman mesra mantan istri Bryan lalu mengalihkan tatapannya, pura-pura tidak kenal dan pergi menuruni tangga tanpa mengatakan apa pun."Mas?" Bryan yang masih belum siap, tersenyum ke mantan istrinya. "Ah, ya."Mantan istri Bryan menarik tangan mantan suami dan segera bergabung dengan putra mereka serta tunangannya.Thomas bahagia melihat kedua orang tuanya mulai rujuk meskipun sang ibu harus berbohong pada suaminya sekarang supaya bisa keluar, dia memanfaatkan momen ini supaya sebelum hari pernikahan, keluarganya bersatu.Anak mana sih yang mau melihat keluarg
Di hari minggu pagi, Vera dan Bryan duduk berhadapan di sebuah kafe mewah, masing-masing membaca surat perjanjian.Vera mengerutkan kening ketika membaca tulisan rumah. "Rumah?""Kamu tidak suka saya belikan rumah, makanya saya sewakan dulu selama dua tahun. Kamu keberatan?" tanya Bryan tanpa mengalihkan perhatiannya dari surat perjanjian pra nikah yang dibuat pengacaranya. Vera menjadi tidak nyaman. "Pak, bayarin hutang saya saja sudah cukup. Saya tidak menuntut yang lainnya.""Terus kamu masih mau tinggal sama adik dan mama kamu?""Itu-""Kamu ingin bilang tentang pernikahan ini ke mereka?"Vera menggeleng pelan. "Tidak.""Sangat berbahaya jika mereka tahu hubungan kita, ini hubungan rahasia dan tidak boleh diketahui siapa pun termasuk lingkungan saya. Jadi kita bisa tinggal di lingkungan baru untuk menutupi semuanya, rumah itu punya teman saya dan lingkungannya juga individu jadi amanlah."Vera menghela napas panjang lalu kembali melanjutkan membaca surat perjanjian, ada beberapa h
Vera pulang ke rumah dengan langkah gontai. Ibunya tertidur di depan tv yang menyala dan sudah dipasang tempat tidur lalu adik laki-lakinya sudah pulang kerja dan menutup pintu kamarnya.Vera tahu bagaimana marah sang adik karena kelakuannya, mau marah tapi malu, mau nangis tapi tidak menghasilkan apa-apa.Vera memasukan sepeda motor ke dapur, agak lebih maju dari sepeda motor si adik, tepat di depan pintu kamar mandi yang di sampingnya diletakan mesin cuci tabung.Cepat-cepat Vera mandi dan memastikan ketiga kucingnya baik-baik saja lalu merebahkan badan di samping ibunya.Ibu Vera terbangun karena gerakan kecil dan membuka mata perlahan. "Sudah pulang?"Vera mengangguk kecil. "Ya."Ibu Vera bangun dari tempat tidur dan bertanya. "Sudah makan?""Belum, Vera gak lapar."Lebih tepatnya tidak nafsu makan.Ibu Vera kembali merebahkan badan dan melihat jam di handphone. "Kenapa pulang jam sembilan malam? Apakah ada lemburan?"Vera terpaksa pulang malam karena diskusi dengan Bryan mengenai
Bryan mengetuk jari di atas meja. Vera dan Tuti dimarahi karena kesalahan dalam membuat nota, lebih tepatnya mereka miskomunikasi.Jadi mandor sudah memberikan list order customer untuk dibuatkan nota ke dalam sistem, mandor hanya memberikan data pakan dan pasir sementara aksesoris adalah tugas Tuti.Tuti sudah memberikan catatan berupa kertas ke Vera, karena Vera sering lupa jadinya terlewat membuat nota sehingga pengirim terpaksa membawa kembali barang-barang tersebut. Customer menjadi komplain ke Bryan.Vera menundukan kepalanya, merasa bersalah karena sudah teledor sementara Tuti hanya bisa diam dan melirik kasihan Vera."Vera, saya sudah rugi cukup banyak karena masalah ini. Seharusnya kamu bisa konsentrasi dalam pekerjaan."Vera hanya menundukkan kepala dan menggigit bibir bawah, selama ini dirinya hanya berkomunikasi dengan mandor atau tangan kanan Bryan, pak Bennett. Berhubung pak Bennet cuti kerja karena istrinya melahirkan, Bryan jadi turun tangan secara langsung.Baru kali