ISTRI 100 KILOGRAM
Part 7
Pov Ayu
Malam ini datang juga saat yang aku tunggu-tunggu, perasaan senang bercampur aduk dengan rasa penasaran. Aku akan segera bertemu dengan Dokter Danis– Dokter Spesialis Gizi. Sebenarnya aku ingin diet sendiri tanpa harus berkonsultasi dengan dokter. Tapi sudah beberapa minggu tidak ada hasil sama sekali, berat badanku tidak turun bahkan satu ons pun. Padahal aku sudah menguranginya jatah makan malam, juga mengurangi yang namanya ngemil. Tapi tetap saja tidak ada perubahan yang berarti.
Tidak aku pedulikan lagi teriakan Mas Adam yang dari tadi memanggil namaku, dia mungkin marah karena aku mengambil mobil kesayangannya yang dihadiahkan oleh Papa. Mungkin selama ini aku mengalah karena ingin mempertahankan rumah tangga kami yang baru seumur jagung, tapi sekarang aku tidak mau pura-pura bodoh dan terus diam saja ketika fasilitas dipakai oleh Claudia.
Untung saja aku mempunyai sahabat sebaik Talita, dia yang memperkenalkan aku dengan Dokter Danis. Sebenarnya aku sering curhat dengannya, karena aku sudah tidak tahan dengan hinaan yang sering dilontarkan oleh Mas Adam. Talita menyuruhku untuk menurunkan berat badan dengan berkonsultasi dengan dokter. Akhirnya malam ini aku memutuskan akan bertemu dengan Dokter Danis, semoga ini menjadi awal yang baik untukku. Ya Allah, Bismillah.
Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang, saat ini perasaan nervous sedang melanda. Aku merasa minder dengan bentuk badanku, selama ini aku merasa nyaman-nyaman saja dengan berat badanku. Hingga saat hinaan yang dilontarkan oleh Mas Adam dan Claudia membuatku berpikir jika aku memang harus berubah. Mungkin bisa saja aku mengatakan pada Mas Adam jika akulah Lady Rose nya, tapi itu sama saja tidak mengubah kenyataan jika Mas Adam tetap mencintai Claudia. Mas Adam sudah terlanjur jijik dengan berat tubuhku yang hampir semuanya berlemak.
Akhirnya aku sampai di restoran milik Talita, dia juga akan menemaniku menemui Dokter Danis. Dengan gugup aku menapaki jalan parkiran menuju ke dalam restoran. Padahal biasanya aku selalu kesini untuk menghabiskan banyak makanan, tapi kali ini aku kesini untuk menurunkan berat badan. Lucu sekali.
"Hai, Ayu sayang. Kamu telat tau," sambut Talita di depan pintu restoran. Ternyata dia sudah menungguku.
"Iya, sorry. Tadi Mas Adam buat rusuh!" jawabku sambil terkekeh mengingat wajah Mas Adam yang merasa keberatan karena harus memakai mobilnya yang lama.
"Hhmm… kalau dia buat masalah lagi. Kamu templang aja jidatnya itu," ujar Claudia sambil tertawa.
"Udah ah, masuk yuk. Aku nervous banget nih," ajakku sambil memegang tangannya Talita.
"Ya ampun, tangan kamu dingin banget. Ha-ha…."
"Diam, aku gugup tau," ucapku sambil meremas tangannya.
"Yaudah yuk. Mereka udah nunggu setengah jam, untung ada Anta yang nemenin," ujar Talita saat kami sudah masuk ke dalam Restoran.
Saat sudah sampai kedalam, aku melihat Anta–calon suaminya Talita sedang mengobrol santai dengan seorang laki-laki tampan. Dia sangat tampan untuk menjadi Dokter dietku, dalam bayanganku tadi saat di perjalanan. Dokter yang akan membantuku menurunkan berat badan sudah berumur.
"Hai, semua. Kenalin, ini Ayu. Ayu, ini dokter Danis. Dia ini Dokter Ahli Gizi yang aku ceritakan kemarin," ucap Talita memperkenalkan kami satu sama lain.
Aku hanya tersenyum kearah mereka, Dokter Danis pun ikut tersenyum melihat kearah kami. Sepertinya aku akan cepat kurus, karena untuk makan di depan dia saja aku sudah tidak sanggup. Akupun duduk di sebelahnya Talita, dia menjelaskan jika Dokter Danis adalah sahabat baiknya Anta. Karena mereka sama-sama kuliah di jurusan kedokteran dulu. Tapi bedanya Anta memilih spesialis jantung, sedangkan Dokter Danis memilih menjadi dokter ahli gizi.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Talita padaku.
"Aku udah makan tadi dirumah," jawabku pelan. Karena sebenarnya aku tidak makan lagi jika sudah malam hari.
"Ayu, jadi kamu akan menurunkan berat badan?" tanya Dokter Danis padaku.
"Iya, Dok," jawabku kikuk.
"Panggil aja, Danis. Tadi itu nomor saya, yang menelpon kamu. Jangan lupa kami save ya," ucapnya lagi yang hanya kubalas dengan anggukan.
"Dia ini sengaja pulang kesini karena ada bisnis katanya, sekalian aja aku nyuruh kamu buat konsultasi sama dia," ucap Talita.
"Emangnya bisnis apa?" tanyaku memberanikan diri membuka suara.
"Aku buka klinik kecantikan, jadi nanti kamu bisa sekalian cantiknya. Menurunkan berat badan juga merawat tubuh," jawabnya menjelaskan.
"Oh," aku hanya bisa ber oh sambil angguk-angguk. Aku berharap agar bisa segera menghilangkan semua lemak yang ada di tubuh.
"Wah, keren. Aku juga mau kesana sekali-kali," kekeh Talita mencairkan suasana.
Setelah mengobrol banyak, aku segera pamit ijin pulang. Dokter Danis juga sudah menjelaskan tentang prosedur yang harus aku jalankan ketika sedang menjalani program diet. Pilihannya ada dua, jika aku ingin cepat kurus. Aku harus tinggal di tempat yang sudah di sediakan oleh pihak klinik agar mereka bisa mengontrol asumsi makanan yang aku makan. Jadi mereka yang akan mengatur kehidupanku selama dua bulan. Mulai dari bangun tidur sampai akan tidur kembali. Pilihan yang kedua, aku boleh tinggal dirumah dan melakukan diet juga perawatan dengan datang ke klinik tiga kali dalam seminggu.
Saat sedang dalam perjalanan, aku terus memikirkan bagaimana caranya aku memberitahu masalah ini pada Mas Adam. Dia pasti tidak akan memberiku izin jika harus pergi selama dua bulan. Pasti alasannya tidak akan ada yang melayani dia dirumah. Tapi aku harus coba, karena bagaimanapun aku harus segera menurunkan berat badanku yang semakin lama semakin membesar.
Saat sampai dirumah, tidak kudapati mobilnya Mas Adam. Mungkin saja dia belum pulang, mereka pasti sedang makan malam sekarang. Aku masuk kedalam kamar dan memutuskan untuk segera mengganti baju. Perutku terasa perih, mungkin karena aku lapar. Terakhir aku makan jam empat sore, dan sekarang sudah jam sembilan malam. Aku sudah sangat lapar, apa aku akan saja ya walaupun sedikit. Besok mungkin aku tidak akan bisa lagi makan enak, karena makanku akan di atur oleh timnya Dokter Danis.
Setelah mengganti baju, aku segera kedapur. Membuka kulkas, dan melihat apa-apa saja yang akan aku olah untuk menjadi makanan. Dengan sigap tanganku memilih beberapa makanan siap saji, akan segera aku panaskan.
"Udah pulang kamu rupanya." Terdengar suara Mas Adam saat aku sedang melahap makanan. Aku pun gugup dan panik, karena pasti sebentar lagi dia akan menghinaku karena makan di jam segini.
"U-udah, Mas," jawabku panik. Aku segera menyudahi acara makanku dan akan membereskan semuanya.
"Kamu nggak usah panik gitu, aku nggak masalah kok kalau kamu mau makan sebanyak apapun juga. Nggak ngaruh," sindirnya sambil tersenyum. Aku pun menghentikan aktivitas, dan menoleh kearahnya.
"Maksud kamu apa, Mas?" tanyaku datar.
"Aku udah punya Claudia, ya walaupun kamu istriku. Tapi aku nggak butuh," jawabnya menghinaku. Sekarang bahkan air mataku sudah merembes keluar, aku menghapusnya berkali-kali. Dasar cengeng, padahal kata-kata itu sering kudengar. Tapi entah kenapa, rasanya tetap saja sangat sakit.
"Kalau kamu merasa terbebani, aku ikhlas kamu ceraikan. Aku sadar, fisikku juga tidak indah seperti yang kamu harapkan. Aku juga sudah tidak tahan lagi terus menerus kamu hina seperti ini. Kamu pikir aku tahan ketika kamu masih pacaran sama Claudia?" teriakku marah sambil menangis. Sebenarnya bisa saja aku yang menggugat cerai, karena selain sering menghinaku. Dia juga tidak pernah memberiku nafkah lahir maupun batin.
Tapi aku tidak akan melakukan itu, selain akan membuat Mama dan Papa malu. Aku juga ingin membuktikan pada Mas Adam jika aku bisa lebih cantik dari Claudia. Akan aku buat Mas Adam meninggalkan Claudia dan beralih mencintaiku, setelah aku kurus dan cantik akan kubongkar semua kebusukan Claudia selama ini.
"Bisa saja aku ceraikan kamu sekarang, tapi aku tidak mau. Perusahaan Papaku masih butuh uang dari Papa kamu," ucapnya sambil duduk di hadapanku.
"Jahat kamu, Mas!" gumamku.
"Aku sebenarnya nggak jahat, Ayu. Aku cuma mempertahankan kekasihku, cintaku. Aku terpaksa dijodohkan sama kamu, jika kamu ada di posisiku, mungkin kamu juga akan bertindak sepertiku," ucap Mas Adam.
"Kamu tau? Aku tidak suka terlalu…."
"Terlalu banyak orang asing yang masuk ke hati kamu? Kamu nggak suka mencintai banyak wanita? Kamu nggak suka menyakiti wanita yang kamu cintai?" potongku mencela ucapannya. Mas Adam hanya termangu melihat kearahku, mungkin dia bingung darimana aku bisa tau isi hatinya. Jelas saja aku tau, karena akulah lady rose yang sebenarnya, Mas!
"Dan kamu menyakiti aku, wanita yang dengan rela melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain? Kamu menyakitiku dengan menghina fisikku?" lanjutku lagi. Mas Adam sama sekali tidak menjawab semua ocehanku. Dia hanya terdiam melihatku bertingkah aneh, aku terus berteriak sambil menangis. Mungkin ini bisa menjadi alasanku untuk pergi selama dua bulan, aku akan pura-pura pergi meninggalkan Mas Adam untuk menenangkan diri.
"Mulai besok, aku akan pergi. Kamu jangan cari aku, kalau Mama sama Papa tanya. Kamu bilang aja aku ke luar negeri buat jalan-jalan," ucapku.
Tanpa menunggu jawaban darinya aku langsung pergi membereskan sisa makanan yang tadi aku makan. Aku juga langsung ke kamar dan menguncinya dari dalam. Besok hari minggu, Mas Adam tidak kerja. Jadi biarlah dia tidur di kamar tamu, aku akan menenangkan hatiku. Aku juga harus menyiapkan pakaian kedalam koper. Selama dua bulan aku disana, aku tidak akan menghubungi Mas Adam.
"Ck."
Aku berdecih kesal, menghubungi apanya. Nomorku saja Mas Adam tidak menyimpannya, mana mungkin dia akan merasa kehilanganku. Sadar Ayu, kamu harus bangkit agar kamu bisa menjadi Ayu seperti dulu.
[Aku memilih tinggal disana selama dua bulan. Senin aku akan kesana]
Aku mengirimkan pesan pada Dokter Danis, dan aku sudah memutuskan akan segera menghempas lemak yang bersarang di seluruh tubuhku ini.
ISTRI 100 KILOGRAMPart 40Aku pulang dengan perasaan kacau, sepeti hatiku yang sedang berkecamuk. Ayah menyuruhku menikah dengan wanita pilihannya, tentu saja aku tolak mentah-mentah. Aku sudah memiliki Ayu, wanita yang paling istimewa setelah Ibu."Ayah nggak mau tahu, kamu tetap harus menikah dengan Jenni. Dia itu anak teman bisnis Ayah," perintah Ayah tadi saat aku masih berada dirumahnya."Nggak bisa, Ayah. Aku sudah tunangan, dan nggak mungkin aku menikah dengan perempuan lain lagi," tolakku cepat.Dengan wajah merah padam, Ayah bangkit dan menyalakan rokoknya. Aku tahu dia sangat marah, Ayah tidak suka penolakan."Siapa perempuan itu?" tanya Ayah datar."Namanya Ayu, dia baik dan lembut. Dia juga dari keluarga terhormat, Ayah tenang saja," terangku setenang mungkin, Ayah tidak boleh tau jika aku sedang gugup."Baik, beri Ayah waktu untuk berpikir. Karena sebelum kamu menikahi wanita itu, Ayah harus tau siapa orang tuanya terlebih dahulu," seru Ayah.Aku sedikit tenang setelah A
ISTRI 100 KILOGRAMPart 39Pov DanisSetelah meluapkan semua kekesalan yang tersimpan dalam hati, aku segera berbalik badan dan pergi meninggalkan Adam yang masih terpaku mendengar penuturanku tadi. Dia pasti tidak menyangka jika aku sudah tau semuanya, bukan hanya aku, tapi juga Ayu.Ketika itu aku senang mengobrol dengan Papanya Ayu. Dia mengatakan jika seharunya pernikahanku dengan Ayu di percepat. Tentu saja itu berita yang membahagiakan bagiku, apalagi aku sudah tidak sabar untuk memiliki Ayu seutuhnya.Pak Pratama juga berjanji akan menjaga Ayu agar tidak lagi dekat dengan Adam. Dia telah menyewa beberapa orang untuk mengawasi gerak-gerik Adam. Pak Pratama juga tau, jika yang mendonorkan mata untuk Ayu adalah Mamanya Adam. Tapi itu sama sekali tidak membuat hati Pak Pratama luluh untuk menjodohkan Adam kembali dengan Ayu.Namun saat kami berbicara, Ayu ternyata sudah mendengar semuanya. Dia sangat marah dan kecewa pada kami berdua, bahkan sampai saat ini dia mengurung diri di da
ISTRI 100 KILOGRAMPart 38Pov Adam.Sudah tujuh bulan sejak kejadian itu aku tidak pernah kembali lagi ke sana, melihat wanitaku yang kini hampir sepenuhnya menjadi milik orang lain. Kutatap nanar batu nisan yang bertuliskan nama wanita yang pernah melahirkanku. Wanita yang membesarkanku dengan kasih sayangnya. Mungkin, inilah titik terendah dalam hidupku saat ini.Tidak ada yang salah dengan keadaan ini, hanya saja waktu yang kurasa belum tepat. Kurasa, semua ini memang pantas kami terima setelah semua penghinaan dan cacian yang dulu pernah kami lontarkan padanya.Aku memilih untuk menetap disini, karena jika aku disini aku bisa lebih leluasa untuk menjenguk makam Mama. Tidak ada yang tau jika Mama sudah tiada, hanya aku dan Papa yang tau. Karena kondisi yang tidak memungkinkan serta satu dan lain hal, kami memilih memakamkan jenazah Mama di negeri orang."Bilang sama, Ayu. Mama minta maaf," lirih Mama waktu itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil menangis melihat kondisi Mama yang ti
ISTRI 100 KILOGRAMPart 37Pov Ayu."Mas Adam kabur dari rumah?" tanyaku lagi memastikan jika aku memang tidak salah dengar."Iya, Non. Mereka bertengkar hebat. Waktu Den Adam kabur dari rumah, Nyonya sama Bapak berusaha ngejar. Entah bagaimana kejadiannya, tiba-tiba Mbak dapat telepon dari rumah sakit mereka bertiga dirumah sakit karena kecelakaan.""Terus mereka kenapa sampai dibawa ke Singapura, aa?" tanyaku lagi. Inikah alasan Mas Adam tidak menemuiku ketika aku kecelakaan."Karena kondisi Nyonya parah, makanya Bapak bawa Nyonya kesana," jelasnya lagi.Aku kesini untuk mendapatkan jawaban atas semua kejadian yang menimpaku, tapi yang aku dapatkan malah teka-teki yang lebih besar.💜💜💜💜💜💜💜💜Setelah pulang dari rumahnya Mas Adam, kini aku baru menyadari jika banyak hal tentangnya yang belum aku ketahui.Dia bahkan menyembunyikan hal serumit ini padaku, apa sebenarnya Papa dan Mama tau masalah ini. Hanya saja mereka tidak mau memberitahu agar aku tidak salah kaprah.Masih tern
ISTRI 100 KILOGRAMPart 36Pov AyuAku terus berlari di antara ratusan tamu yang hadir, tujuanku adalah Mas Adam. Tidak apa jika dia meninggalkan aku, tidak apa jika dia menceraikan aku. Tapi dia harus menjelaskan kenapa dia tiba-tiba ingin berpisah seperti ini. Padahal sebelum kecelakaan, dia selalu memohon padaku agar aku tidak meninggalkan dia. Juga selalu meminta kesempatan kedua untuknya memperbaiki kesalahannya dulu."Ayu, tunggu." Itu suara Danis, aku yakin dia juga mengejarku. Tapi biarlah, aku hanya ingin mendapatkan sebuah penjelasan.Setelah lama mencari, tidak ada jejak Mas Adam. Dia menghilang lagi, menghindariku. Entah kemana dia, aku menopang kedua tanganku pada lutut. Nafasku sampai ngos-ngosan karena kelelahan mengejar Mas Adam. Aku tidak mungkin salah lihat, tadi Mas Adam turun menggunakan tongkat dan juga dibantu oleh orang lain."Kamu mau kemana?" tanya Danis saat dia sudah berada di sampingku. Dia juga terlihat sangat capek karena ikut berlari bersamaku."A-aku…."
ISTRI 100 KILOGRAMPart 35Pov Ayu.Aku memutar-mutar cincin dijari manisku, ini adalah cincin pengikat bahwa aku dan Danis sekarang bertunangan. Hatiku bertanya apakah aku sudah siap untuk kebangkitan menikah dan menjadi seorang istri.Pikiranku masih tertuju dengan pernikahanku dengan Mas Adam dulu. Aku tidak menyangka jika aku akan menikah dua kali, karena impianku dari dulu adalah menikah sekali seumur hidup.Tok Tok Tok!"Non, ada Den Danis di depan." Terdengar suara Mbok Darmi yang memanggilku dari luar. Hari ini aku akan datang ke pernikahannya Talita dan Anta. "Suruh tunggu aja, Mbok. Bilang aja aku lagi siap-siap," jawabku setengah berteriak agar Mbok Darmi dengar.Aku segera mengambil tas kecil dan memasukkan ponsel kedalamnya. Aku juga kembali mematut diri di depan cermin, memperhatikan penampilanku sekali lagi. Selama tujuh bulan aku mengalami kebutaan, berat badanku semakin turun. Terakhir aku menimbangnya di angka 55kilo.Tapi bukannya ini yang aku inginkan dari dulu? M