Beranda / Romansa / ISTRI 48 JAM TUAN CEO / 38. RASA SAYANG ITU MASIH SAMA

Share

38. RASA SAYANG ITU MASIH SAMA

Penulis: Purple Rain
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-09 21:05:20

Ares meremas foto di tangannya, kertasnya nyaris robek. Suara napasnya berat, setiap hela terdengar seperti deru binatang buas yang terjebak di kandang.

“Dermaga 17… tengah malam,” ia berbisik, lebih kepada dirinya sendiri.

Maureen melangkah mendekat, wajahnya pucat. “Ares, kau tidak bisa gegabah. Kalau kau datang sendiri, itu tidak mungkin. Mereka hanya memanfaatkan kelemahanmu.”

“Diam, Ryn.” Ares menoleh cepat, sorot matanya liar. “Aku tidak butuh khotbahmu. Anak itu… Sovia, dia satu-satunya alasan aku untuk mendapatkan perhatian Zivanna kembali. Kalau terjadi sesuatu padanya, aku juga yang akan akan hancur. Aku tidak bisa membiarkan semua mimpi dan rencanaku berantakan.”

Maureen mengepalkan tangannya, ia ingin berteriak, tapi suaranya tercekat. Perempuan itu melihat sesuatu di mata Ares—campuran antara cinta, rasa bersalah, dan kegilaan.

“Kalau begitu, aku akan ikut denganmu,” ucap Maureen akhirnya.

Ares tertawa sinis, namun tawanya lebih mirip erangan putus asa. “Kau? Ryn, k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    139. MEMBUKA LUKA LAMA

    Udara di dalam kamar seketika terasa menipis. Ethan, yang biasanya selalu memiliki kontrol diri, terpaku di ambang pintu. Pemandangan di depannya—lekuk punggung Bella yang seputih pualam di bawah temaram lampu kamar—meruntuhkan tembok ketenangan yang ia bangun susah payah sejak semalam.​Ethan berdeham pelan, mencoba mengusir kekakuan yang menjalar di tenggorokannya. Ia melangkah mendekat, sepatunya meredam suara di atas karpet bulu yang tebal. Setiap langkahnya terasa seperti beban bagi jantung Bella yang kini berpacu tidak keruan.​“Aku... aku tidak bermaksud lancang. Pintu tidak dikunci, jadi aku langsung masuk, nggak tau kalau kamu sedang…” gumam Ethan rendah saat ia sudah berdiri tepat di belakang Bella.​Jemari Ethan yang dingin menyentuh kulit punggung Bella, mengirimkan sensasi elektrik yang membuat gadis itu sedikit bergidik. Dengan sangat hati-hati, Ethan meraih kepala ritsleting logam di bagian bawah punggung Bella. Ia menariknya ke atas dengan gerakan perlahan, sangat perl

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    138. MELAKUKAN APAPUN UNTUK KAMU

    Langkah kaki Ethan terasa berat saat mereka memasuki lobi mansion Dirgantara yang sunyi. Meskipun Bella tadi sempat berakting manja di depan Sovia, suasana hangat itu menguap begitu pintu mobil tertutup. Kini, di bawah lampu kristal yang menggantung megah, ketegangan kembali merayap.Ethan mengantar Bella hingga ke depan pintu kamarnya. Ia tidak langsung pergi, melainkan berdiri mematung di ambang pintu, memastikan Bella benar-benar masuk ke zona aman.​“Istirahatlah. Aku akan ada di ruang kerja jika kau butuh sesuatu,” ucap Ethan datar, namun matanya masih menyiratkan kegelisahan yang sama seperti di mobil tadi.​Bella memegang gagang pintu, tapi ia urung membukanya. Ia berbalik, menatap Ethan lekat-lekat. “Mas... soal foto gudang terbakar itu. Apakah itu ada hubungannya dengan kematian ayahku?”​Pertanyaan itu membuat tubuh Ethan menegang. Ia mengepalkan tangan di samping tubuhnya, menyembunyikan getaran halus di jemarinya. “Jangan mikir kejauhan begitu, Bella. Fokus saja pada makan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    137. AKU TELAH MEMILIHMU

    ​Ethan tetap berdiri tegak, rahangnya mengeras. Meskipun tangannya mencengkeram pinggang Bella dengan tekanan yang hampir menyakitkan, suaranya saat berbicara ke mikrofon tetap tenang dan penuh wibawa.​"Mari kita nikmati sisa malam ini dengan optimisme baru untuk Moonville," tutup Ethan, disambut riuh tepuk tangan.​Begitu ia menurunkan mikrofon, Ethan segera menarik Bella turun dari podium. Langkahnya lebar dan terburu-buru, menyeret Bella melewati kerumunan tamu yang mencoba menyapa. “Aku butuh penjelasan,” todong Bella tanpa harus menunggu.“Nanti. Tapi kau pantas mendapatkan yang terbaik,” jawab Ethan dengan suara rendah.“Semua ini sudah keluar dari isi perjanjian kerjasama kita, Ethan.”“Mas—panggil aku dengan sebutan itu, jika di hadapan semua orang.”“W-What the fck? Lepas! Tanganmu menyakitiku..." Bella meringis, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.​Ethan tersadar dan melepaskan pegangannya, namun matanya selalu mencuri pandang pada amplop itu. "Sorry…" desis

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    136. KEJUTAN DARI ETHAN

    ​"Berani juga. Pantas saja Elena meradang di luar sana," Sovia membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebatang lipstik. "Dengar, Bella. Butik Butterfly milik keluarga kami yang sekarang aku kelola tidak hanya menjual baju, kami menjual citra. Dan sejauh ini, kau memberikan citra yang menarik bagi Ethan. Tapi ingat satu hal..."​Sovia menatap Bella melalui pantulan cermin, sorot matanya berubah serius.​"Di keluarga Dirgantara, rahasia adalah mata uang. Jika kau punya rahasia yang bisa menjatuhkan Ethan, sebaiknya kau simpan itu rapat-rapat. Karena jika aku bisa melihat kegugupan di balik gaunmu, orang lain juga bisa."​Ia kemudian menyodorkan sebuah kartu nama berwarna perak ke arah Bella. "Datanglah ke butikku besok pagi. Gaun yang kau pakai sekarang sudah 'ternoda' karena tatapan kebencian Elena. Kau butuh sesuatu yang baru untuk acara makan malam keluarga besok."​Bella menerima kartu itu dengan ragu. "Makan malam keluarga?"​"Oh, Ethan belum memberitahumu?" Sovia tertawa kecil samb

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    135. CALON ISTRI

    ​Langkah kaki Bella terasa ringan meskipun jantungnya bertalu-talu di balik gaun emerald green-nya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Elena yang seolah ingin melubangi punggungnya, namun ia menolak untuk menoleh. Di sampingnya, Ethan berjalan dengan dagu terangkat, memancarkan aura dominasi yang selama ini menjadi ciri khasnya.​"Sangat berani," bisik Ethan tanpa menggerakkan bibir terlalu banyak saat mereka mulai memasuki area ballroom yang luas. "Aku tidak menyangka kau bisa menjawabnya secepat itu."​"Aku hanya melakukan pekerjaanku, Ethan. Bukankah kau tidak mau rugi karena sudah membayarku?" jawab Bella datar, meski jemarinya yang melingkar di lengan Ethan sedikit gemetar.​Aula Tuscan Twilight dipenuhi oleh aroma cerutu mahal, parfum kelas atas, dan denting gelas kristal. Di sudut ruangan, sekelompok pria paruh baya berpakaian formal tampak sedang berdiskusi serius. Mereka adalah para investor yang disebutkan Ethan—orang-orang yang memegang kunci masa depan proyek ambisiusnya di M

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    134. SELERA YANG MAHAL

    Zivanna hanya mengangguk singkat tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya. Atmosfer di meja makan itu terasa begitu berat, seolah setiap denting sendok yang beradu dengan piring porselen adalah detak bom waktu. ​Ethan menepuk punggung tangan Bella sekilas—sebuah kode agar gadis itu segera duduk dan mulai makan. "Panggil dia Mama, Bella. Itu bagian dari peranmu sekarang," bisik Ethan nyaris tak terdengar. ​Bella duduk dengan kaku. Di depannya tersaji sarapan ala bangsawan yang terlihat sangat lezat, namun seleranya seolah menguap. Ia melirik Zivanna, wanita yang tampak sempurna tanpa cela itu. Ada otoritas yang mutlak dalam setiap gerakannya. ​"Jadi," Zivanna akhirnya meletakkan serbetnya setelah beberapa suapan. "Tuscan Twilight. Kau yakin membawanya ke sana, Ethan? Kau tahu siapa yang akan ada di sana selain investor?" ​Ethan menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tenang. "Aku tahu. Dan itulah alasan utamanya aku membawa Bella. Aku ingin semua orang tahu bahwa posisiku tidak lag

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status