Share

81. BERDAMAI

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2025-11-01 22:07:50

Mobil Kayvandra berhenti di depan sebuah rumah kecil di pinggiran kota. Halamannya dipenuhi bunga lavender, dan di teras depan tampak seorang perempuan sedang menyiram tanaman. Usianya mungkin mendekati Zivanna, tapi sorot matanya lembut, menenangkan; seperti seseorang yang sudah lama belajar berdamai dengan kehilangan.

“Aku ingin kamu bertemu dengan seseorang,” kata Kay, sebelum Zivanna sempat bertanya.

Zivanna menatapnya curiga. “Siapa dia?”

Kay menarik napas perlahan. “Namanya Aila. Orang yang paling berjasa ketika Ares—” Kay tidak melanjutkan kalimatnya.

Waktu seperti berhenti sesaat. Nama itu menggantung di udara, memukul perasaan Zivanna dengan keras tapi sunyi.

“Ares… kenapa dengan, Ares?” tanyanya akhirnya, suaranya bergetar pelan. “Apakah ini rumah mereka?”

Kay hanya mengangguk.

“Dia yang menemani Ares, dia yang merawatnya, mendampinginya saat sakitnya kambuh. Aku pikir… sudah waktunya kamu tahu, Zee.”

Zivanna diam. Ada bagian dalam dirinya yang ingin menolak datang, tapi lan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Anugrah
menutup kisah lama membuka kisah baru. .....
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    139. MEMBUKA LUKA LAMA

    Udara di dalam kamar seketika terasa menipis. Ethan, yang biasanya selalu memiliki kontrol diri, terpaku di ambang pintu. Pemandangan di depannya—lekuk punggung Bella yang seputih pualam di bawah temaram lampu kamar—meruntuhkan tembok ketenangan yang ia bangun susah payah sejak semalam.​Ethan berdeham pelan, mencoba mengusir kekakuan yang menjalar di tenggorokannya. Ia melangkah mendekat, sepatunya meredam suara di atas karpet bulu yang tebal. Setiap langkahnya terasa seperti beban bagi jantung Bella yang kini berpacu tidak keruan.​“Aku... aku tidak bermaksud lancang. Pintu tidak dikunci, jadi aku langsung masuk, nggak tau kalau kamu sedang…” gumam Ethan rendah saat ia sudah berdiri tepat di belakang Bella.​Jemari Ethan yang dingin menyentuh kulit punggung Bella, mengirimkan sensasi elektrik yang membuat gadis itu sedikit bergidik. Dengan sangat hati-hati, Ethan meraih kepala ritsleting logam di bagian bawah punggung Bella. Ia menariknya ke atas dengan gerakan perlahan, sangat perl

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    138. MELAKUKAN APAPUN UNTUK KAMU

    Langkah kaki Ethan terasa berat saat mereka memasuki lobi mansion Dirgantara yang sunyi. Meskipun Bella tadi sempat berakting manja di depan Sovia, suasana hangat itu menguap begitu pintu mobil tertutup. Kini, di bawah lampu kristal yang menggantung megah, ketegangan kembali merayap.Ethan mengantar Bella hingga ke depan pintu kamarnya. Ia tidak langsung pergi, melainkan berdiri mematung di ambang pintu, memastikan Bella benar-benar masuk ke zona aman.​“Istirahatlah. Aku akan ada di ruang kerja jika kau butuh sesuatu,” ucap Ethan datar, namun matanya masih menyiratkan kegelisahan yang sama seperti di mobil tadi.​Bella memegang gagang pintu, tapi ia urung membukanya. Ia berbalik, menatap Ethan lekat-lekat. “Mas... soal foto gudang terbakar itu. Apakah itu ada hubungannya dengan kematian ayahku?”​Pertanyaan itu membuat tubuh Ethan menegang. Ia mengepalkan tangan di samping tubuhnya, menyembunyikan getaran halus di jemarinya. “Jangan mikir kejauhan begitu, Bella. Fokus saja pada makan

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    137. AKU TELAH MEMILIHMU

    ​Ethan tetap berdiri tegak, rahangnya mengeras. Meskipun tangannya mencengkeram pinggang Bella dengan tekanan yang hampir menyakitkan, suaranya saat berbicara ke mikrofon tetap tenang dan penuh wibawa.​"Mari kita nikmati sisa malam ini dengan optimisme baru untuk Moonville," tutup Ethan, disambut riuh tepuk tangan.​Begitu ia menurunkan mikrofon, Ethan segera menarik Bella turun dari podium. Langkahnya lebar dan terburu-buru, menyeret Bella melewati kerumunan tamu yang mencoba menyapa. “Aku butuh penjelasan,” todong Bella tanpa harus menunggu.“Nanti. Tapi kau pantas mendapatkan yang terbaik,” jawab Ethan dengan suara rendah.“Semua ini sudah keluar dari isi perjanjian kerjasama kita, Ethan.”“Mas—panggil aku dengan sebutan itu, jika di hadapan semua orang.”“W-What the fck? Lepas! Tanganmu menyakitiku..." Bella meringis, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman pria itu.​Ethan tersadar dan melepaskan pegangannya, namun matanya selalu mencuri pandang pada amplop itu. "Sorry…" desis

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    136. KEJUTAN DARI ETHAN

    ​"Berani juga. Pantas saja Elena meradang di luar sana," Sovia membuka tas kecilnya dan mengeluarkan sebatang lipstik. "Dengar, Bella. Butik Butterfly milik keluarga kami yang sekarang aku kelola tidak hanya menjual baju, kami menjual citra. Dan sejauh ini, kau memberikan citra yang menarik bagi Ethan. Tapi ingat satu hal..."​Sovia menatap Bella melalui pantulan cermin, sorot matanya berubah serius.​"Di keluarga Dirgantara, rahasia adalah mata uang. Jika kau punya rahasia yang bisa menjatuhkan Ethan, sebaiknya kau simpan itu rapat-rapat. Karena jika aku bisa melihat kegugupan di balik gaunmu, orang lain juga bisa."​Ia kemudian menyodorkan sebuah kartu nama berwarna perak ke arah Bella. "Datanglah ke butikku besok pagi. Gaun yang kau pakai sekarang sudah 'ternoda' karena tatapan kebencian Elena. Kau butuh sesuatu yang baru untuk acara makan malam keluarga besok."​Bella menerima kartu itu dengan ragu. "Makan malam keluarga?"​"Oh, Ethan belum memberitahumu?" Sovia tertawa kecil samb

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    135. CALON ISTRI

    ​Langkah kaki Bella terasa ringan meskipun jantungnya bertalu-talu di balik gaun emerald green-nya. Ia bisa merasakan tatapan tajam Elena yang seolah ingin melubangi punggungnya, namun ia menolak untuk menoleh. Di sampingnya, Ethan berjalan dengan dagu terangkat, memancarkan aura dominasi yang selama ini menjadi ciri khasnya.​"Sangat berani," bisik Ethan tanpa menggerakkan bibir terlalu banyak saat mereka mulai memasuki area ballroom yang luas. "Aku tidak menyangka kau bisa menjawabnya secepat itu."​"Aku hanya melakukan pekerjaanku, Ethan. Bukankah kau tidak mau rugi karena sudah membayarku?" jawab Bella datar, meski jemarinya yang melingkar di lengan Ethan sedikit gemetar.​Aula Tuscan Twilight dipenuhi oleh aroma cerutu mahal, parfum kelas atas, dan denting gelas kristal. Di sudut ruangan, sekelompok pria paruh baya berpakaian formal tampak sedang berdiskusi serius. Mereka adalah para investor yang disebutkan Ethan—orang-orang yang memegang kunci masa depan proyek ambisiusnya di M

  • ISTRI 48 JAM TUAN CEO    134. SELERA YANG MAHAL

    Zivanna hanya mengangguk singkat tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya. Atmosfer di meja makan itu terasa begitu berat, seolah setiap denting sendok yang beradu dengan piring porselen adalah detak bom waktu. ​Ethan menepuk punggung tangan Bella sekilas—sebuah kode agar gadis itu segera duduk dan mulai makan. "Panggil dia Mama, Bella. Itu bagian dari peranmu sekarang," bisik Ethan nyaris tak terdengar. ​Bella duduk dengan kaku. Di depannya tersaji sarapan ala bangsawan yang terlihat sangat lezat, namun seleranya seolah menguap. Ia melirik Zivanna, wanita yang tampak sempurna tanpa cela itu. Ada otoritas yang mutlak dalam setiap gerakannya. ​"Jadi," Zivanna akhirnya meletakkan serbetnya setelah beberapa suapan. "Tuscan Twilight. Kau yakin membawanya ke sana, Ethan? Kau tahu siapa yang akan ada di sana selain investor?" ​Ethan menyuapkan makanan ke mulutnya dengan tenang. "Aku tahu. Dan itulah alasan utamanya aku membawa Bella. Aku ingin semua orang tahu bahwa posisiku tidak lag

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status