[Pekerjakan wanita itu sekarang juga, berikan pekerjaan yang berat untuknya!!!] Wanita itu diam sejenak dan beberapa saat kemudian menjawab [Baik, Pak].Tanpa basa-basi pria itu menutup panggilannya. Terlihat oleh mata Aisyah wanita dihadapannya ini menghembuskan nafas kasarnya. "Anda tidak apa-apa?" tanya Aisyah--memperhatikan wajahnya berubah lesu.Seketika ia membenarkan struktur wajahnya kembali, mengangkat dua sudut bibirnya, mengembang karena dipaksakan.Wanita yang bernama Sekretaris Safira ini membuka map milik Aisyah. Dibukanya pelan-pelan dan dibaca satu persatu surat lamaran kerja tersebut mulai dari data diri, riwayat pekerjaan, pendidikan terakhir dan beberapa berkas penunjang lain."Kau masih muda. Usiamu baru dua puluh dua tahun, juga masih single, kamu sangat cantik, sayang jika hanya bekerja sebagai office girl." Terlihat Safira adalah orang baik dimata Aisyah, tidak ingin pekerjaan berat akan diterimanya.Aisyah lekas tersenyum dan menjelaskan, "Pekerjaan apapun a
"Apa kau tidak ingin bertemu dengan saksi mata yang mengetahui pembunuhan terhadap Dewa?!" Ucapan Jenny membuat bola mata Adam membulat sempurna menatap Jenny."Pertemukan aku dengannya nanti malam!!" "Oke akan aku atur... Aku kesini ingin membicarakan proyek besar yang akan kita garap Minggu mendatang,-" Ucapan Jenny terpotong. "Aku tidak ingin membahasnya sekarang!" Dengan mengacungkan satu jari telunjuknya, menghentikan ucapan Jenny.Adam mengangkat gagang telpon, menghubungi Sekretaris Safira, memerintahkan akan ada pertemuan mendadak diruang meeting."Ya, sebentar lagi aku sendirian, dong di tinggal?" Jenny mengerucutkan bibirnya karena kesal."Siapa bilang aku akan meninggalkanmu sendirian?Kau akan ikut denganku karena pertemuan ini menjelaskan pada para pegawaiku tentang hubungan kita!!!""APA??!" Jenny tidak percaya--lekas ia meninggalkan kursinya, berdiri, lalu berjalan menghampiri Adam. Tanpa ragu Jenny memeluknya erat."Terimakasih, Sayang ..."Tok tok!!Terdengar suara
Adam berjalan terburu-buru, mencari Aisyah tanpa siapapun yang tahu. Bersikap santai dengan mengedar pandang mencari wanita berhijabnya."Kemana dia pergi!!?" Langkah panjangnya berakhir di koridor menuju kamar kecil untuk para pegawai.Terlihat wanita berdiri disudut dinding, menyembunyikan wajahnya. Sesekali terdengar ditelinga Adam isak lirih. Menyeka berulang kali air mata yang membanjir pipi dengan sebuah tissue.Perih, itulah yang dirasakan Adam. Ada apa sebenarnya dengan pria itu? Kenapa ada perasaan sesak saat wanita itu menangis? Aisyah tidak mengetahui Adam berdiri disana.'Apa yang harus kulakukan? Aku sendiri tidak mengerti dengan perasaan ini!! Sial!!!' Di sisi tempat, berjauhan dengan Adam, Jenny memperhatikan Adam. Wajahnya yang biasa terlihat berwibawa, kini bertolak belakang dengan sifat aslinya, hanya karena melihat Aisyah bersedih.Jenny menggertakkan gigi karena kesal, Aisyah tidak dapat dibiarkan. Wanita itu akan kembali merusak rencananya.'Ingat wanita pembunu
Di kediaman Adam...Pria itu bagai orang gila saja. Melihat penunjuk waktu telah menunjukkan pukul enam sore."Shitt!! Dimana wanita nista hina itu?! Bisa tidak sih sebentar saja, tidak mengusik pikiranku!!"Kakinya berjalan dari pintu utama menuju ruang keluarga hampir lima kali. Mengecek ponsel beberapa kali menunggu Aisyah memberi kabar."Dia punya ponsel 'kan?! Kenapa tidak menghubungiku jika pulang telat atau mau keluyuran dulu?! Dasar wanita hina!! Hijab hanya membalut tubuhnya tapi tidak hatinya!! Dasar wanita pembunuh!?" Mulutnya sama saja dengan dua kakinya, bekerja tidak sesuai pikiran dan hati.Dua mata mengekor kembali melihat menunjuk waktu di pergelangan tangan nya.Bagaimana waktu cepat berlalu kalau sesekali dia melihat jam di tangannya, dalam waktu sekejap saja. Ada perasaan tidak tenang dalam pikiran Adam. Iya merasakan hal buruk terjadi padanya. Bisa saja iya digoda para preman seperti pada waktu itu? Atau mungkin dia tidak mampu membayar taksi atau angkot karena
"Tolong Anda tunggu di depan ya, Pak!! Kami akan memeriksa keadaannya. Anda bisa melakukan pendaftaran terlebih dahulu," ucap satu perawat wanita berseragam putih.*****Setelah dari ruang administrasi Adam kembali ke depan ruangan UGD. Pria itu mendaratkan bobotnya di kursi panjang terbuat dari alumunium khusus untuk pengunjung.Tidak pernah sebelumnya, Adam merasa khawatir berlebihan pada seorang wanita. 'Shitt!! Wanita nista dan hina!! Aku benci padamu!! Kau porak-porandakan kehidupanku, lihatlah sekarang sudah kacau balau hanya gara-gara dirimu!!' umpat Adam, mengacak wajahnya kesal.Masih tidak habis fikir pada pelakunya, apa motif di balik semuanya? Apa ada salah satu diantara mereka yang membenci Aisyah? Hingga perbuatan itu pun pada akhirnya di lakukan? Tapi untuk apa? Padahal dia juga baru bekerja hari ini di perusahaannya.Pertanyaan tidak penting menurutnya berhamburan dalam pikiran Adam. "Sadar Adam!! Dia wanita pembunuh adikmu, kenapa kau harus menjadi pahlawan kesian
Terpaksa ia melawan egonya sendiri untuk melihat Aisyah dari dinding kaca dari tirai yang lupa ditutupnya.Pada saat yang sama, keduanya saling bertatapan, benar-benar kali ini harga diri Adam jatuh."Sial!!" Cepat ia memalingkan pandangan dan pergi.*****Dalam mobil, ia frustasi, antara ingin menjaga Aisyah atau membiarkan saja sendiri?Ego berkata lebih baik ditinggalkan, daripada di jaga, pasti wanita itu nantinya besar kepala.Mobil Adam melesat jauh, meraih handset di atas dasboard meletakkannya di telinga.Dari sisi kanan mesin pemutar music, ia melihat sekilas daftar kontak dari gawai yang di sambungkan langsung dengan mobilnya.Setelah nama yang dicarinya berhasil ditemukan, segera ia melakukan sambungan.[Halo Pak Samsul!!] sapa Adam segera.[Ya, Pak Adam. Bagaimana keadaan Aisyah?!] tanya Samsul dari seberang telepon.['Andai kau tahu jika Aisyah istriku, maka kamu tidak akan berani menyebutnya dengan hanya nama]'[Tidak terjadi hal buruk padanya]. Jawaban Adam membuat Sams
"Aku masih sibuk mengurusi perihal lain, jadi aq minta untuk membahasnya segera," kata Adam, sembari menegakkan punggungnya."Baik, kamu pasti sudah kenal aku sebelumnya, karena aku dan Dewangga adalah teman akrab.""Ya, semua penjelasan itu telah diceritakan oleh Jenny. Aku tidak pernah tahu kehidupan Dewa sebelumnya, karena aku tinggal bersama paman di Jerman. Lanjutkan!!" suruhnya, berganti menyandarkan punggungnya didinding kursi.Entah tubuhnya saat ini terasa sangat pegal semua. Diwan terlihat membungkukkan punggung, dua tangannya menyatu dalam satu genggaman, mulutnya mulai terbuka untuk bercerita.Di tangan Adam telah siap menekan tombol pada keyboard layar, fitur rekam. Saat Diwan memulainya maka Adam menekannya segera."Dulu Dewa sangat mencintai Aisyah, karena baginya wanita itu telah merubah kepribadiannya. Pertemuan tidak terduga saat sepulang kerja, beberapa preman menghadangnya, Dewa berhasil membantunya dengan menghajar mereka tanpa ampun." Diwan berhenti sejenak dan
Ucapan Adam yang lirih terdengar ditelinga Jenny, seketika ia terkejut, jantungnya bekerja lebih keras, tekanan darahnya mulai naik.'Apa yang kudengar tadi?? Apa yang Adam maksud wanita hina adalah Aisyah?'Jenny mengatur ritme napasnya, dua tangannya menyatu dan membuat permainan jari untuk menghilangkan kepanikan.Sesekali terlihat banyak pergerakan dari tubuh Jenny membuat Diwan yang sedari tadi memperhatikannya tidak dapat menyimpulkan apa sebenarnya yang dipikirkan wanita yang terbiasa berbalut pakaian sexi itu.Tubuh Diwan yang tinggi mampu melihat dua paha Jenny bergerak bergantian, terlihat sekali ada yang disembunyikannya -- melupakan untuk ikut campur urusannya, dan lebih memilih diam."Tahan wanita itu!! Jangan sampai dia meloloskan diri! Aku segera kesana!! Akan ku buat dia menangis darah karena perbuatannya!!" Terdengar jelas suara kemurkaan Adam pada seseorang yang sedang melakukan panggilan telepon dengannya. Hingga Jenny dan Diwan menoleh kearahnya secara bersamaan.