Home / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / 5. Aku Mengenal Namamu

Share

5. Aku Mengenal Namamu

Author: aisakurachan
last update Huling Na-update: 2023-01-09 20:32:30

DUA TAHUN KEMUDIAN

“Zoe, bangun! Ada tamu VVIP! Kau yang pergi!”

Zoe berdiri dari sofa yang menjadi tempatnya tidur, memandang orang yang baru saja membangunkannya dengan wajah jengkel, tapi kemudian Zoe tersenyum. Ia mengenali orang itu.

Tiana, wanita berusia empat puluhan yang juga pemilik strip club tempatnya bekerja saat ini.

Zoe mengambil tali yang biasa dipakai untuk menggantungkan name tag, tapi bukan name tag yang tergantung di ujungnya. Ada tumpukan kartu dengan aneka tulisan yang bisa dipilih. Tapi Tiana rupanya tidak sabar.

“Ya.. ya… aku tahu kau akan berterima kasih. Tapi nanti saja. Dia bukan orang yang penyabar, dan ingin bersenang-senang malam ini.”

Tiana mengambil kartu ucapan itu dari tangan Zoe, melemparkannya ke atas meja. Zoe memandangnya dengan kecewa, karena ia baru menemukan cara yang lebih cepat selain menulis untuk berkomunikasi.

“Maaf, tapi tidak malam ini. Aku akan melihatnya besok, oke? Aku harus mempersiapkanmu. Pakai ini.”

Tiana tidak biasanya kasar, tapi tamunya adalah langganan penting. Dengan terburu-buru, Tiana mengulurkan bikini model berwarna biru dengan bulu berwarna putih di tepinya. 

Sementara Zoe memakai bikini itu, Tiana memoles wajah Zoe, memperbaiki make up yang berantakan karena tertidur tadi. Ia juga menyisir rambut pirang gelap Zoe agar lebih mengembang ikal, membingkai wajahnya.

“Nah, cukup. Aku rasa dia akan puas.” Tiana tampak tegang, tapi tersenyum. Zoe ikut tersenyum untuk berterima kasih. Tidak semua penari mendapat keistimewaan untuk diurus Tiana.

“Pakai ini, lalu aku akan mengantarmu padanya.”

Zoe sudah selesai memakai boot setinggi lutut berwarna putih, lalu juga potongan terakhir pakaian kerjanya adalah jubah putih yang juga berbulu. Mode jubah yang membuatnya tampak seperti tokoh kartun anak-anak—hanya tentu aslinya tidak memakai bikini.

"Ayo!” Tiana membuka pintu ruang ganti, dan telinga Zoe dihantam oleh hentakan musik dan sorakan. Setelah hampir enam bulan bekerja di tempat itu, Zoe sudah terbiasa.

Zoe tidak lagi heran saat diantara remang lampu club itu, tampak lima atau enam orang meliukkan tubuhnya di atas panggung yang serupa meja diantara pengunjung club. Bagian atas tubuh penari itu tidak tertutup oleh kain apapun. Telihat tumpukan uang terselip di tepian celana dalam minim yang hanya berupa tali itu. Celana bikini yang dipakai Zoe terlihat sopan jika sandingkan dengan mereka.

Pengunjung menikmati gerakan tubuh yang memang mengundang itu. Uang yang ada di celana dalam itu adalah tips sekaligus sumber pemasukan. Zoe sudah melakukannya tadi, kurang lebih dua jam sesi, karena itu ia lelah dan tertidur.

Tapi jika Tiana meminta melayani tamu yang membooking ruang VVIP, maka Zoe tidak akan menolak. Tips mereka besar. Tiana memang sering memintanya melayani tamu VVIP karena Zoe tidak banyak bicara—lebih tepatnya tidak bisa bicara memang. Kemampuan bicara Zoe tidak bisa kembali setelah koma itu.

Tapi itu menjadi keunggulan Zoe. Tamu VVIP menyukai stripper yang tidak banyak bicara. Mereka datang untuk menikmati tubuh telanjang, dan hanya itu. 

“Ingat, dia tamu langganan di sini, jangan membuat masalah.” Tiana memperingatkan sebelum membuka pintu ruang VVIP.

Zoe mengangguk. Ia juga tidak berminat mencari masalah. Zoe hanya ingin uang. 

“Mmm… Ini tidak selalu, tapi ia biasanya menginginkan full service. Apa kau mau? Tips yang diberikannya juga lumayan. Megan pernah mendapat lima ribu dolar darinya.”

Mata Zoe melebar mendengar lima ribu dolar itu, tapi ia belum pernah melayani sampai full service. Telanjang bulat sering, tapi tidak sampai tidur bersama.

“Ayo, cepat jawab.” Tiana mendesak. Ia sudah memegang handle pintu.

Zoe menggeleng. Ia tergiur dengan jumlah uang itu, tapi ia belum siap untuk menjual diri. Mungkin nanti.

“Ck, oke. Aku akan mengatakan hal ini padanya, tapi kalau dia menolakmu dan meminta ganti kau tidak boleh memprotes.” 

“Mmm…” Zoe menyayangkan hal itu, dan ingin Tiana menunggunya berpikir, tapi sudah terlanjur membuka pintu. Protes Zoe tidak lagi berguna.

Aroma cerutu yang menyapa Zoe. Ruangan itu penuh dengan asap pekat yang membuat suasana semakin redup. Lampu berwarna biru kekuningan yang hanya memberi sinar temaram, bahkan tidak mencapai sudut ruangan.

“Maafkan aku … Apa kau sudah lama menunggu?” Tiana menghampiri pria yang duduk sambil menumpangkan kedua kaki.

“Tidak masalah asal yang kau bawa untukku adalah barang yang asli.”

"Jangan khawatir. Semua yang ada di tubuhnya asli. Tidak ada implan atau suntik lemak." Tiana tersenyum. Ia tahu apa kesukaan tamunya itu.

Zoe menyingkirkan asap dari depan wajahnya, ingin melihat wajah pria yang memiliki suara serak itu. Suaranya terdengar seperti berasal dari dasar lautan gelap.

Yang langsung menarik perhatian Zoe tentu saja helaian rambut perak yang ada di dekat telinga kirinya. Uban, tapi wajahnya masih cukup licin. Dan tidak rata menyeluruh, bagian lain rambutnya yang lebat masih hitam.

Ia tidak sangat tua, tapi sangat tampan. Tubuhnya tegap, ototnya tampak menonjol meski lengannya masih terbungkus kemeja.

Zoe tidak bisa melihat warna matanya di ruang remang itu, tapi melihat sebaris alis yang menyudut, hidung mancung, kulit kecoklatan, cambang dan bibir yang tebal seksi, merah kehitaman.

“Lumayan.” Suara berat itu terdengar lagi. Menilai.

Bukan hanya Zoe yang tengah menilai, pria itu juga sejak tadi menatapnya, dan memberi nilai lumayan. Zoe sedikit tersinggung mendengar itu. Ia tidak pernah dinilai lumayan sebelum ini.

Tapi Zoe tidak akan menunjukkan emosinya. Ia hanya harus bekerja.

“Mr. Wolf, aku pastikan dia sangat prima. Tapi dia tidak melayani full…”

Tiana terdiam, karena Zoe menarik tangannya. Zoe memberi isyarat anggukan kepala.

“Maksudku… Dia juga bisa melayani apapun keinginanmu.” Tiana mengoreksi kalimatnya sambil melirik ke arah Zoe. Memastikan kalau Zoe baru saja bersedia melayani seandainya tamu itu meminta tidur bersama.

Zoe mengangguk sekali lagi, sambil menyembunyikan tangannya yang gemetar. Keputusan itu datang dengan nekat dan tiba-tiba setelah Zoe mendengar nama pria itu. 

Zoe mungkin tidak mengenali wajahnya, tapi ia mengenal nama itu. Wolf, nama produser yang sangat terkenal, dan menaungi Iris White.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ernhy Ahza II
Apakh rencana yg sedang ingin kmu kerjakan Zoe? apakh pikiran kita sama ? aku berpikir kmu akan memanfaatkan hal ini untuk blas dendam pada iris melalui laki" itu
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 3 ~ Dunia Kita

    “LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 2 ~ Usai dan Selesai

    “Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 1 ~ Tidak Ada Maaf

    Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber

  • ISTRI BISU SANG CEO   224. Bersamamu

    “Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias

  • ISTRI BISU SANG CEO   223. Kesalahanmu yang Tersimpan

    “Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter

  • ISTRI BISU SANG CEO   222. Masa Lalumu yang Berbeda

    Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status