Share

5. Aku Mengenal Namamu

DUA TAHUN KEMUDIAN

“Zoe, bangun! Ada tamu VVIP! Kau yang pergi!”

Zoe berdiri dari sofa yang menjadi tempatnya tidur, memandang orang yang baru saja membangunkannya dengan wajah jengkel, tapi kemudian Zoe tersenyum. Ia mengenali orang itu.

Tiana, wanita berusia empat puluhan yang juga pemilik strip club tempatnya bekerja saat ini.

Zoe mengambil tali yang biasa dipakai untuk menggantungkan name tag, tapi bukan name tag yang tergantung di ujungnya. Ada tumpukan kartu dengan aneka tulisan yang bisa dipilih. Tapi Tiana rupanya tidak sabar.

“Ya.. ya… aku tahu kau akan berterima kasih. Tapi nanti saja. Dia bukan orang yang penyabar, dan ingin bersenang-senang malam ini.”

Tiana mengambil kartu ucapan itu dari tangan Zoe, melemparkannya ke atas meja. Zoe memandangnya dengan kecewa, karena ia baru menemukan cara yang lebih cepat selain menulis untuk berkomunikasi.

“Maaf, tapi tidak malam ini. Aku akan melihatnya besok, oke? Aku harus mempersiapkanmu. Pakai ini.”

Tiana tidak biasanya kasar, tapi tamunya adalah langganan penting. Dengan terburu-buru, Tiana mengulurkan bikini model berwarna biru dengan bulu berwarna putih di tepinya. 

Sementara Zoe memakai bikini itu, Tiana memoles wajah Zoe, memperbaiki make up yang berantakan karena tertidur tadi. Ia juga menyisir rambut pirang gelap Zoe agar lebih mengembang ikal, membingkai wajahnya.

“Nah, cukup. Aku rasa dia akan puas.” Tiana tampak tegang, tapi tersenyum. Zoe ikut tersenyum untuk berterima kasih. Tidak semua penari mendapat keistimewaan untuk diurus Tiana.

“Pakai ini, lalu aku akan mengantarmu padanya.”

Zoe sudah selesai memakai boot setinggi lutut berwarna putih, lalu juga potongan terakhir pakaian kerjanya adalah jubah putih yang juga berbulu. Mode jubah yang membuatnya tampak seperti tokoh kartun anak-anak—hanya tentu aslinya tidak memakai bikini.

"Ayo!” Tiana membuka pintu ruang ganti, dan telinga Zoe dihantam oleh hentakan musik dan sorakan. Setelah hampir enam bulan bekerja di tempat itu, Zoe sudah terbiasa.

Zoe tidak lagi heran saat diantara remang lampu club itu, tampak lima atau enam orang meliukkan tubuhnya di atas panggung yang serupa meja diantara pengunjung club. Bagian atas tubuh penari itu tidak tertutup oleh kain apapun. Telihat tumpukan uang terselip di tepian celana dalam minim yang hanya berupa tali itu. Celana bikini yang dipakai Zoe terlihat sopan jika sandingkan dengan mereka.

Pengunjung menikmati gerakan tubuh yang memang mengundang itu. Uang yang ada di celana dalam itu adalah tips sekaligus sumber pemasukan. Zoe sudah melakukannya tadi, kurang lebih dua jam sesi, karena itu ia lelah dan tertidur.

Tapi jika Tiana meminta melayani tamu yang membooking ruang VVIP, maka Zoe tidak akan menolak. Tips mereka besar. Tiana memang sering memintanya melayani tamu VVIP karena Zoe tidak banyak bicara—lebih tepatnya tidak bisa bicara memang. Kemampuan bicara Zoe tidak bisa kembali setelah koma itu.

Tapi itu menjadi keunggulan Zoe. Tamu VVIP menyukai stripper yang tidak banyak bicara. Mereka datang untuk menikmati tubuh telanjang, dan hanya itu. 

“Ingat, dia tamu langganan di sini, jangan membuat masalah.” Tiana memperingatkan sebelum membuka pintu ruang VVIP.

Zoe mengangguk. Ia juga tidak berminat mencari masalah. Zoe hanya ingin uang. 

“Mmm… Ini tidak selalu, tapi ia biasanya menginginkan full service. Apa kau mau? Tips yang diberikannya juga lumayan. Megan pernah mendapat lima ribu dolar darinya.”

Mata Zoe melebar mendengar lima ribu dolar itu, tapi ia belum pernah melayani sampai full service. Telanjang bulat sering, tapi tidak sampai tidur bersama.

“Ayo, cepat jawab.” Tiana mendesak. Ia sudah memegang handle pintu.

Zoe menggeleng. Ia tergiur dengan jumlah uang itu, tapi ia belum siap untuk menjual diri. Mungkin nanti.

“Ck, oke. Aku akan mengatakan hal ini padanya, tapi kalau dia menolakmu dan meminta ganti kau tidak boleh memprotes.” 

“Mmm…” Zoe menyayangkan hal itu, dan ingin Tiana menunggunya berpikir, tapi sudah terlanjur membuka pintu. Protes Zoe tidak lagi berguna.

Aroma cerutu yang menyapa Zoe. Ruangan itu penuh dengan asap pekat yang membuat suasana semakin redup. Lampu berwarna biru kekuningan yang hanya memberi sinar temaram, bahkan tidak mencapai sudut ruangan.

“Maafkan aku … Apa kau sudah lama menunggu?” Tiana menghampiri pria yang duduk sambil menumpangkan kedua kaki.

“Tidak masalah asal yang kau bawa untukku adalah barang yang asli.”

"Jangan khawatir. Semua yang ada di tubuhnya asli. Tidak ada implan atau suntik lemak." Tiana tersenyum. Ia tahu apa kesukaan tamunya itu.

Zoe menyingkirkan asap dari depan wajahnya, ingin melihat wajah pria yang memiliki suara serak itu. Suaranya terdengar seperti berasal dari dasar lautan gelap.

Yang langsung menarik perhatian Zoe tentu saja helaian rambut perak yang ada di dekat telinga kirinya. Uban, tapi wajahnya masih cukup licin. Dan tidak rata menyeluruh, bagian lain rambutnya yang lebat masih hitam.

Ia tidak sangat tua, tapi sangat tampan. Tubuhnya tegap, ototnya tampak menonjol meski lengannya masih terbungkus kemeja.

Zoe tidak bisa melihat warna matanya di ruang remang itu, tapi melihat sebaris alis yang menyudut, hidung mancung, kulit kecoklatan, cambang dan bibir yang tebal seksi, merah kehitaman.

“Lumayan.” Suara berat itu terdengar lagi. Menilai.

Bukan hanya Zoe yang tengah menilai, pria itu juga sejak tadi menatapnya, dan memberi nilai lumayan. Zoe sedikit tersinggung mendengar itu. Ia tidak pernah dinilai lumayan sebelum ini.

Tapi Zoe tidak akan menunjukkan emosinya. Ia hanya harus bekerja.

“Mr. Wolf, aku pastikan dia sangat prima. Tapi dia tidak melayani full…”

Tiana terdiam, karena Zoe menarik tangannya. Zoe memberi isyarat anggukan kepala.

“Maksudku… Dia juga bisa melayani apapun keinginanmu.” Tiana mengoreksi kalimatnya sambil melirik ke arah Zoe. Memastikan kalau Zoe baru saja bersedia melayani seandainya tamu itu meminta tidur bersama.

Zoe mengangguk sekali lagi, sambil menyembunyikan tangannya yang gemetar. Keputusan itu datang dengan nekat dan tiba-tiba setelah Zoe mendengar nama pria itu. 

Zoe mungkin tidak mengenali wajahnya, tapi ia mengenal nama itu. Wolf, nama produser yang sangat terkenal, dan menaungi Iris White.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ernhy Ahza II
Apakh rencana yg sedang ingin kmu kerjakan Zoe? apakh pikiran kita sama ? aku berpikir kmu akan memanfaatkan hal ini untuk blas dendam pada iris melalui laki" itu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status