Home / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 42. Cari Tahu Semua Tentang Liora

Share

42. Cari Tahu Semua Tentang Liora

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-07-08 14:27:00

Liora menyentuh pipinya yang terasa panas. Tamparan itu membekas, bukan hanya pada kulit, tapi jauh lebih dalam.

Juliana menghentakkan tangannya dari genggaman Adrian yang mencoba menahannya. Wajah wanita paruh baya itu memerah karena marah, matanya menyala seperti ingin menelan Liora bulat-bulat.

“Apa-apaan ini, Adrian?! Kau tidur seranjang dengan perempuan itu?!” bentaknya penuh caci.

Adrian menggeram pelan. Tubuhnya belum pulih benar, tapi amarah yang mulai mendidih membuatnya memaksa diri bangkit dari tempat tidur. Ia berdiri di hadapan ibunya, walau bahunya sedikit berguncang karena demam yang belum sepenuhnya reda.

“Dia tidak sengaja seranjang denganku!” ujar Adrian tegas.

Juliana mencibir. “Kau kira Mama sebodoh itu?! Dia pasti memperdayamu, Adrian! Mama sudah bisa baca itu sejak awal. Kau pasti akan memberi hati ke dia!”

Adrian mengepalkan tangan, menahan sakit yang menjalar dari tubuhnya, juga emosi yang makin meledak.

“Dia tidak memperdaya siapa pun, Ma! Dia hanya tertidur d
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   49. Untuk Mengembalikan Suaramu

    “TIDAK LUCA!” Camila membentaknya. “Untuk apa?” tanyanya panik.Luca terdiam.“Kalau memang tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu kenapa aku tidak boleh bertemu dengan Tanteku? Bukankah dia istri Om Adrian?” tanyanya.Juliana menghela napas. Mencoba sabar dan memberi peringatan pada cucunya tersebut.“Luca… dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kecelakaan itu. Kamu salah paham. Om Adrian terpaksa menikahi dia karena hal lain. Dan… kamu tidak perlu menemuinya karena dia itu perempuan yang licik. Om mu juga sebentar lagi akan menceraikannya. Lagi pula, kamu baru pulang. Jangan membuat masalah lagi. Nanti Om mu bisa benar-benar marah,” jelasnya, mencoba tetap tenang.Luca terdiam.“Sudah… Sekarang ayo kamu makan siang dulu. Bi… tolong antarkan tas Luca ke kamarnya!” teriak Juliana mengalihkan.Setelah makan, Luca duduk di tepi ranjang kamarnya. Matanya menatap kosong ke arah lantai yang mengilap, namun pikirannya jauh melayang—berisik oleh penyesalan dan kebingungan yang men

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   47. Pelaku Sebenarnya

    Adrian mengepalkan tangan. Dan dalam sekejap…BUK! Pukulannya menghantam meja kerja hingga benda-benda di atasnya bergetar. Gavin tersentak, tapi tetap diam, menunggu amarah itu surut.“Lakukan saja, Gavin!” bentaknya, suara rendah tapi menggigit. “Aku tidak akan menyesal!”Gavin menahan napas, menatap atasannya dengan hati-hati. “Baik, Tuan,” ujarnya. “Tapi… untuk keperluan pengajuan ke pengadilan, pasti butuh alasan sah. Apa yang harus dicantumkan?”Adrian terdiam.Hening menggantung lama di antara mereka. Padahal biasanya, Adrian selalu cepat dan tegas dalam membuat keputusan. Tapi kali ini, Gavin melihat jelas, rahang pria itu mengeras seperti menahan sesuatu yang tidak bisa diucapkan dengan ringan.Semakin lama Adrian diam, semakin Gavin yakin bahwa semakin keras tuannya bersikap, semakin lemahlah tekadnya sebenarnya.Akhirnya, dengan suara rendah yang nyaris seperti g

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   46. Emosi di Pagi Hari

    Pagi itu datang dengan cahaya matahari yang hangat menembus jendela kamar. Namun, kehangatan itu tidak menyentuh suasana hati Adrian yang sedang sibuk memasang topeng ketidakpedulian.Ia melirik sekilas ke arah sofa.Liora masih di sana. Sudah bangun, tapi hanya duduk diam. Wajahnya menatap datar seperti melamun. Tidak memandang ke mana pun.Adrian berjalan ke arah pintu dengan langkah mantap. Wajahnya datar. Seolah semalam tidak pernah berdiri terpaku di depan wanita itu. Seolah bukan dia yang menutupi tubuhnya dengan selimut tebal. Seolah tidak pernah muncul rasa bersalah dalam hatinya.Sebelum akhirnya keluar, ia sengaja berhenti dan melontarkan kalimat yang terdengar keras tapi tanpa emosi.“Jangan malas makan! Jangan buat perceraian kita nanti menjadi sorotan dengan tubuhmu yang semakin kurus.”Liora tidak menatapnya. Ia hanya mengangguk pelan, bahkan nyaris tak terlihat. Reaksinya begitu tenang karena sudah terlalu terbiasa.Adrian terdiam. Wajahnya sempat memancarkan rasa itu.

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   45. Terdiam Membaca Laporan (Kisah Liora)

    Kening Adrian mengerut semakin dalam.‘Baku tembak antar geng? Ibunya korban salah waktu dan tempat? Kenapa itu tidak pernah menjadi berita besar?’ batin Adrian penasaran.Ia melanjutkan bacaan.Sejak hari itu, Liora mengalami trauma mendalam. Kehilangan suara karena syok berat melihat semua terjadi dengan cepat di depan mata. Diberhentikan bekerja. Menarik diri dari dunia. Ayahnya berusaha menolong semampunya, tapi ia hanya seorang kurir makanan. Sederhana, jujur, tapi pekerja keras. Dia tak pernah meninggalkan putrinya. Bahkan ketika Liora hanya duduk diam di sudut kamar berbulan-bulan.Adrian menggeser pandangan ke jendela. Matanya terasa panas. Ia menghela napas sedalam mungkin.Dan kemudian ia membaca bagian yang paling menghantamnya.Suatu hari, ayahnya mengantarkan makanan ke sebuah panti. Di sanalah Liora ikut mengantar. Tak sengaja dia bertemu dengan anak-anak. Salah satu anak panti menyentuh tangannya. Liora tersenyum... untuk pertama kalinya setelah berbulang-bulan. Sejak h

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   44. Truth or Dare

    Baru saja Adrian ingin memeriksa email, tiba-tiba salah seorang anak panti perempuan datang menghampirinya.“Om! Kenapa di sini saja? Ayo bermain bersama kami dengan Kak Liora.”Adrian tersenyum. Dia langsung menurut dan mengikuti anak itu. Menunda untuk memeriksa laporan tentang Liora.Sore itu, suasana panti penuh tawa.Adrian yang awalnya hanya duduk mengamati, akhirnya ikut bermain kartu mainan bersama anak-anak. Liora tersenyum melihatnya. Bukan karena Adrian terlihat ramah, tapi karena anak-anak sangat bahagia."Main tangkap bola! Ayo, Om Adrian!" teriak salah satu anak laki-laki.Dan saat itu Ryan pun datang. Pemuda itu membawa kotak makanan ringan dan beberapa botol jus."Anak-anak… Kakak bawa jajanan," ucap Ryan sambil tersenyum hangat. Liora tersenyum padanya, begitu pula anak-anak yang langsung menyambut dengan antusias.Mereka semua duduk melingkar di ruang tengah. Adrian, yang tadi menjadi pusat perhatian, kini mulai tersingkir ke samping."Lagi bermain ya? Kakak ada ide,

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   43. Perhatian dan Laporan

    Sejak pagi itu, Liora mulai menjaga jarak. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara perasaan.‘Aku yang salah karena telah memberi perasaan. Perasaan yang sempat merasa harus berterima kasih karena dia sudah membawaku ke panti bertemu orang-orang yang kusayangi. Perasaan tersentuh, seakan melihat sisinya yang lain, karena bisa membahagiakan anak-anak panti. Nyatanya semua perasaan itu tidak perlu. Karena bagaimanapun dialah yang membuat aku menderita seperti ini.’Dua hari kemudian Adrian sembuh total, tapi Liora justru jatuh sakit. Tubuhnya melemah, nafsu makannya hilang, dan wajahnya tampak pucat sepanjang hari. Mungkin karena kelelahan… atau bisa jadi karena tekanan batin yang sudah terlalu lama dia tahan. Semuanya mungkin.Adrian sadar dan merasa wajar. Setiap kali ia mencoba mendekat, menawarkan obat, menyodorkan sup, atau bahkan sekadar memindahkan bantal di belakang kepala Liora, wanita itu hanya menerima dalam diam. Tanpa tatapan. Tanpa tulisan di kertas. Tanpa ekspresi. Dia

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status