Home / Romansa / ISTRI BISU Tuan Terhormat / 43. Perhatian dan Laporan

Share

43. Perhatian dan Laporan

Author: desafrida
last update Last Updated: 2025-07-09 14:25:29

Sejak pagi itu, Liora mulai menjaga jarak. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara perasaan.

‘Aku yang salah karena telah memberi perasaan. Perasaan yang sempat merasa harus berterima kasih karena dia sudah membawaku ke panti bertemu orang-orang yang kusayangi. Perasaan tersentuh, seakan melihat sisinya yang lain, karena bisa membahagiakan anak-anak panti. Nyatanya semua perasaan itu tidak perlu. Karena bagaimanapun dialah yang membuat aku menderita seperti ini.’

Dua hari kemudian Adrian sembuh total, tapi Liora justru jatuh sakit. Tubuhnya melemah, nafsu makannya hilang, dan wajahnya tampak pucat sepanjang hari. Mungkin karena kelelahan… atau bisa jadi karena tekanan batin yang sudah terlalu lama dia tahan. Semuanya mungkin.

Adrian sadar dan merasa wajar. Setiap kali ia mencoba mendekat, menawarkan obat, menyodorkan sup, atau bahkan sekadar memindahkan bantal di belakang kepala Liora, wanita itu hanya menerima dalam diam. Tanpa tatapan. Tanpa tulisan di kertas. Tanpa ekspresi. Dia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   44. Truth or Dare

    Baru saja Adrian ingin memeriksa email, tiba-tiba salah seorang anak panti perempuan datang menghampirinya.“Om! Kenapa di sini saja? Ayo bermain bersama kami dengan Kak Liora.”Adrian tersenyum. Dia langsung menurut dan mengikuti anak itu. Menunda untuk memeriksa laporan tentang Liora.Sore itu, suasana panti penuh tawa.Adrian yang awalnya hanya duduk mengamati, akhirnya ikut bermain kartu mainan bersama anak-anak. Liora tersenyum melihatnya. Bukan karena Adrian terlihat ramah, tapi karena anak-anak sangat bahagia."Main tangkap bola! Ayo, Om Adrian!" teriak salah satu anak laki-laki.Dan saat itu Ryan pun datang. Pemuda itu membawa kotak makanan ringan dan beberapa botol jus."Anak-anak… Kakak bawa jajanan," ucap Ryan sambil tersenyum hangat. Liora tersenyum padanya, begitu pula anak-anak yang langsung menyambut dengan antusias.Mereka semua duduk melingkar di ruang tengah. Adrian, yang tadi menjadi pusat perhatian, kini mulai tersingkir ke samping."Lagi bermain ya? Kakak ada ide,

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   43. Perhatian dan Laporan

    Sejak pagi itu, Liora mulai menjaga jarak. Bukan hanya secara fisik, tapi juga secara perasaan.‘Aku yang salah karena telah memberi perasaan. Perasaan yang sempat merasa harus berterima kasih karena dia sudah membawaku ke panti bertemu orang-orang yang kusayangi. Perasaan tersentuh, seakan melihat sisinya yang lain, karena bisa membahagiakan anak-anak panti. Nyatanya semua perasaan itu tidak perlu. Karena bagaimanapun dialah yang membuat aku menderita seperti ini.’Dua hari kemudian Adrian sembuh total, tapi Liora justru jatuh sakit. Tubuhnya melemah, nafsu makannya hilang, dan wajahnya tampak pucat sepanjang hari. Mungkin karena kelelahan… atau bisa jadi karena tekanan batin yang sudah terlalu lama dia tahan. Semuanya mungkin.Adrian sadar dan merasa wajar. Setiap kali ia mencoba mendekat, menawarkan obat, menyodorkan sup, atau bahkan sekadar memindahkan bantal di belakang kepala Liora, wanita itu hanya menerima dalam diam. Tanpa tatapan. Tanpa tulisan di kertas. Tanpa ekspresi. Dia

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   42. Cari Tahu Semua Tentang Liora

    Liora menyentuh pipinya yang terasa panas. Tamparan itu membekas, bukan hanya pada kulit, tapi jauh lebih dalam.Juliana menghentakkan tangannya dari genggaman Adrian yang mencoba menahannya. Wajah wanita paruh baya itu memerah karena marah, matanya menyala seperti ingin menelan Liora bulat-bulat.“Apa-apaan ini, Adrian?! Kau tidur seranjang dengan perempuan itu?!” bentaknya penuh caci.Adrian menggeram pelan. Tubuhnya belum pulih benar, tapi amarah yang mulai mendidih membuatnya memaksa diri bangkit dari tempat tidur. Ia berdiri di hadapan ibunya, walau bahunya sedikit berguncang karena demam yang belum sepenuhnya reda.“Dia tidak sengaja seranjang denganku!” ujar Adrian tegas.Juliana mencibir. “Kau kira Mama sebodoh itu?! Dia pasti memperdayamu, Adrian! Mama sudah bisa baca itu sejak awal. Kau pasti akan memberi hati ke dia!”Adrian mengepalkan tangan, menahan sakit yang menjalar dari tubuhnya, juga emosi yang makin meledak.“Dia tidak memperdaya siapa pun, Ma! Dia hanya tertidur d

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   41. Kehangatan dan Teriakan

    Liora langsung menarik tangannya dari genggaman Adrian.Adrian menatap tangan kosongnya. Sesaat ia ragu, tapi rasa tidak terima langsung muncul di wajahnya. Wajah yang masih pucat merengut karena amarah yang ditekan."Ini perintah!" desisnya dingin. "Kalau kau sakit karena tidur di sofa yang masih basah, itu akan membuat rencana perceraian ini menjadi semakin rumit. Media bisa memelintir apa saja. Aku tak ingin diberitakan sebagai suami kejam!"Liora masih tak bersuara. Tapi sorot matanya menyiratkan luka, dan tubuhnya menegang dalam diam.Ia menatap sisi ranjang itu sejenak. Ranjang yang ‘malam itu’ menjadi saksi bisu hilangnya apa yang selama ini dia jaga. Napas Liora bergetar. Matanya berkaca, tapi tak ada satu pun air mata yang jatuh.Melihat Liora tak juga bergerak, Adrian

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   40. Tidurlah di Sini

    “Ma- maaf, Tuan. Aku tidak bermaksud,” ucap Gavin.Adrian yang sedang sakit itu masih bisa menatap Gavin tajam. Ia terlihat begitu marah. Sementara Liora hanya terdiam dan meremas tangannya sendiri. Takut disalahkan dan dikatakan menggoda.“Saya yang salah, Nyonya. Saya minta maaf,” ucap Gavin pula sedikit menunduk pada Liora.Liora masih diam.“Berikan mangkuk itu padanya, biarkan dia yang menyuapiku!” ucap Adrian geram.Gavin mengangguk. Dia segera melangkah menjauh. Ingin duduk di sofa. Namun, belum sempat Gavin mendaratkan pantatnya, tiba-tiba Adrian kembali berusara.“Jangan duduk di situ!”Gavin langsung berdiri tegak. Dia melihat sofa yang terlihat tidak ada masalah. “Ada apa, Tuan?” tanyanya heran.“Itu tempat tidurnya!” ujar Adrian, melirik Liora.‘Apa? Tuan benar-benar naif.’ Gavin langsung berpindah posisi duduk. Di bangku keci

  • ISTRI BISU Tuan Terhormat   39. Mengganti Pakaian Adrian

    Langkah Liora tergesa setelah mengambil sesuatu dari lemari. Tangannya terlatih, seperti mengikuti naluri yang telah lama tertanam dalam dirinya. Sejak ia lulus dari akademi keperawatan, merawat orang sakit adalah sesuatu yang biasa ia lakukan. Dan hari ini, naluri itu kembali muncul... bahkan untuk pria seperti Adrian.Ia meletakkan perlengkapan di sisi ranjang. Lalu menatap Adrian yang masih terbaring, napasnya terdengar berat. Ia terlihat menggigil.Tanpa banyak ragu, Liora menyentuh baju Adrian.Ia menatapnya bingung. “...Apa yang kau lakukan?” gumamnya serak.Liora tak menjawab. Ia tetap melanjutkan ingin mengganti baju Adrian, pria itu langsung menangkap pergelangan tangannya.“Aku bisa ganti sendiri,” ucapnya pelan, tapi tegas.Liora hanya menatapnya. Sebentar. Lalu... mata itu memelotot. Tajam, dingin, dan mengintimidasi seperti seorang ibu yang kesal karena anaknya menolak disuapi obat.Adrian terdiam. Liora menarik tangannya dari genggaman Adrian, lalu kembali mencoba melepa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status