Share

2. PERTENGKARAN

last update Last Updated: 2022-01-18 22:50:09

“Tolong, lepaskan tangan saya, Pak Baskoro!” seru Zahra dengan wajah kesal. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang direnanakan oleh pria yang sudah dianggap sebagai ayahnya ini.

Baskoro melepas tangan Zahra.

“Zahra, Bapak tadi cuma ....”

“Tolong jelaskan kepasa saya, kenapa Bapak mengatakan hal itu? Bukankah itu di luar perjanjian kita? Maaf, saya tidak mau menikah dengan Bapak! Saya sudah menganggap Bapak seperti ayah saya sendiri!” ucap Zahra begitu tegas. Wanita cerdas ini jelas saja kesal karena sudah keluar dari perjanjian awal.

“Zahra! Aku mohon mengertilah. Semua tidak seperti yang kamu bayangkan. Bapak hanya ....”

“Maaf, Pak. Saya batalkan perjanjian ini. Saya tidak mau menghancurkan rumah tangga Anda. Pak Baskoro orang yang baik dan sudah banyak membantu saya dan keluarga. Tapi bukan berarti Bapak bisa membuat saya melukai istri Bapak. Sekali lagi saya mohon maaf. Saya berjanji suatu saat nanti, pasti bisa membalas kebaikan Bapak, dengan cara yang lain. Permisi!” Zahra melangkahkan kaki perlahan. Namun baru beberapa jengkal, kembali Baskoro berusaha menghentikan Zahra dengan mencekal lengannya.

“Zahra, aku mohon. Turuti semua permainan ini. Aku tidak benar-benar serius dengan ucapanku. Semua akan terlaksana sesuai dengan kesepakatan kita. Hanya ada sedikit trik saja supaya rencana kita tercapai. Apa selama ini aku pernah melakukan hal yang tak pantas kepadamu? Tidak’kan! kau anak dari temanku. Aku sangat menghormati ayahmu. Jadi tidak mungkin aku akan menyakiti hati suci putrinya.”

Baskoro menatap wajah Zahra dengan penuh harap. Dia hanya ingin membuat putranya yang somobong itu menjadi sadar. Sifatnya yang keras kepala bisa berubah. Itu saja yang terpenting.

Zahra bergeming. Dia juga balas menatap pria paruh baya yang sudah membantu biaya kuliahnya hingga bisa menjadi seorang dokter. Zahra mencoba mencari keseriusan dalam bola mata pria yang sangat dihormati olehnya. Namun semua menjadi kacau ketika istri Baskoro datang dan mencoba memisahkan tangan Baskoro yang masih memegang tangan Zahra. Terjadilah sebuah kesalah pahaman hingga wanita itu menampar Zahra.

“Astaghfirulloh hal’adzim, Widya! Apa yang kau lakukan?!” teriak Baskoro.

“Dasar gadis murahan! Beraninya kau menggangu suamiku!” Widya nyaris kembali menyerang Zahra kalau saja tidak dihalangi oleh Elang.

“Cukup, Mah!” seru Elang sembari memegangi tubuh mamahnya.

“Lepaskan Mamah, Elang! Biarkan Mamah memberikan pelajaran pada gadis bodoh itu!”

“Tidak, Mah! Jangan merendahkan diri Mamah di depan Papah dan juga selingkuhannya!”

“Jaga ucapanmu, Elang! Zahra bukan selingkuhan papah! Dia wanita yang terhormat!”

“Lalu apa sebenarnya tujuan Papah membawa gadis miskin itu ke sini? seharusnya Papah mengerti, gadis miskin seperti dia hanya akan menjadi pengemis dalam keluarga kita! Dia akan berusaha mengeruk harta kita dengan cara licik!”

“Kau salah Elang! Tak semua orang miskin seperti itu! Jangan pernah merendahkan orang lain! Di mata Tuhan, semua manusia itu sama!” Baskoro mencoba menggugah pikiran putranya. Namun lagi-lagi, sangat sulit merubahnya.

“Cukup, Pah! Jangan mencoba menceramahi aku! Papah sendiri sudah gagal sebagai kepala rumah tangga! Jadi, bawa wanita miskin itu pergi dari hadapanku!”

Zahra tak kuat mendengar penghinaan dirinya. Bagaimana mungkin dia menikah dengan pria sombong seperti dia. Setiap kata yang keluar dari mulutnya, sangat tidak sopan dan menyakitkan. Dia lalu menutup telinga dengan kedua tangan agar tak mendengar penghinaan yang lebih menyakitkan lagi.

Sementara, Elang yang sangat mencintai mamahnya mengambil keputusan untuk memberi Zahra sejumlah uang. Dia mengambil seluruh uang yang ada di dalam dompet tanpa menghitungnya. Lalu melempar ke arah Zahra hingga mengenai wajah gadis itu. Uang bertebaran di lantai.

“Ambil uang itu dan pergilah dari sini wanita licik! Wanita rendahan sepertimu tak layak untuk bersanding dengan pria seperti diriku! Jangan pernah kembali lagi ke sini atau kau akan tahu akibatnya!” seru Elang dengan mengacungkan telunjuknya kepada Zahra.

“Elang! Apa yang kau lakukan?! Zahra itu bukan pengemis! Dia itu wanita terhormat!”

“Tidak ada orang miskin yang terhormat! Bagiku, derajat mereka tak beda jauh dengan alas kaki yang aku pijak! Sangat rendah!”

“Elang!!!” Emosi baskoro memuncak. Pria itu geram dan mengepalkan tangannya. Untung saja Widya berhasil mencegah dengan memegang pergelangan tangan suaminya sebelum satu pukulan mendarat pada putra kesayangannya. Wanita itu terus menangis dan memohon kepada suaminya untuk tak memukul putranya.

Perilaku Elang tak seindah wajah tampannya. Zahra mencoba mengurut dada untuk menstabilkan emosinya. Dia merasa harga dirinya sudah di injak-injak. Kali ini dia tidak akan diam saja. Pria itu sudah sangat keterlaluan. Bukan saja dirinya, tapi juga sudah merendahkan orang-orang yang berkasta rendah. Sangat menjijikkan untuk menikah dengan pria seperti dia. Tak ada satupun kebaikan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah dengannya.

“Pah, aku mohon sudahi pertengkaran ini! maafkan Elang. Kau pasti mengerti’kan dengan sifat anakmu yang keras kepala. Seharusnya kau mendidiknya dengan benar, bukan memukulnya!”

“Lepaskan tanganku!” Dengan sekali sentakan, Baskoro berhasil melepaskan tangannya.”Elang! Dengarkan papah! Papah akan menjadikan Zahra menjadi wanita yang layak bersanding dengan owner Elang Perkasa group!”

“Maksud papah?”

“Kau jangan lupa, kalau perusahaan itu masih milik Papah! Papah bisa saja menyingkirkanmu jika mau! Kau dengar itu, anak sombong!”

“Jadi papah akan tetap menikahi gadis itu?!” tanya Widya dengan berurai airmata. Dia takkan mampu jika harus dihianati untuk yang kedua kalinya. Widya sangat mencintai suaminya meskipun pernah menyakiti hatinya.

“Benar! Aku akan menikahinya dan tak ada yang mampu menghentikanku, termasuk dirimu, Widya!”

‘Tidak! jangan lakukan itu! Aku tidak mau kau menduakanku lagi! Tidak mau!” Widya terus memukuli dada suaminya. Rasa sakit akibat perselingkuhan suaminya di masa lalu juga masih terasa. Rasanya tak mampu jika pria itu akan kembali menghianatinya.

“Jangan mempermalukan diri Mamah sendiri!” Elang menarik lengan wanita yang sudah melahirkannya dan menjauhkan dari ayah kandung yang seperti musuh baginya.

“Lang, mamah tidak mau kehilangan Papah! Mamah juga tidak ingin kau kehilangan hakmu dan digantikan oleh anak selingkuhan papahmu!”

 “Jangan pernah berkata kalau Yunus anak selingkuhanku! Dia lahir dari pernikahan yang sah!”

“Jangan membentak Mamah! Kau tak punya hak untuk membentaknya! Aku bisa berdiri di atas kakiku sendiri! Tak masalah jika harus angkat kaki dari semua kemewahan yang ada di sini!” Elang tetap saja menyombongkan diri. Dia tak terima dengan ancaman ayahnya.

“Elang, sudah, Nak! Jangan melawan papahmu! Biar Mamah yang akan bicara dengan papahmu!” Widya mencoba menenangkan putranya. Dia mengusap dada sang putra tercinta yang terlihat masih dalam balutan emosi.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Syarifa
ok,aku akan melanjutkan nya lgi
goodnovel comment avatar
ahamd amidin
okw lah kalau begi tu dan seterunya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   238. MENIKAHLAH DENGAN SUAMIKU!

    “Lia?! Apa kabar?”“Alhamdulillah baik, Mbak!”Keduanya berpelukan dengan erat. Terpancar sinar kebahagiaan dari wajah wanita berhijab itu.“Silakan duduk.” Zahra menarik bangku untuk tamu specialnya.“Terimakasih, Mbak.”“Iya. Sama-sama.”Kemudian Zahra mengambil tempat duduk di seberang. Kini keduanya saling berhadapan.“Oh, ya. Kamu mau pesan apa?” Zahra memberikan buku menu kepada Lia.“Avocado juice sama manggo and banana smoothies.” Jawab Lia sembari mendorong perlahan buku menu tanpa membacanya.“Oke. Untuk makan siangnya kamu mau pesan apa?”“Itu saja sudah cukup, Mbak. Bagiku itu sudah menjadi menu untuk makan siangku.”“Apa kau tidak makan nasi?’ Zahra bertanya penuh selidik sembari menatap tubuh Lia dari ujung kepala hingga ujung kaki. Body yang sangat sempurna dan ideal. Wajahnya juga terlihat bersih dan cerah.“Aku lagi mengurangi karbo, Mbak. Sudah lama tidak makan nasi. Semenjak Mas Budi ketahuan ada benjolan di kepala dan juga riwayat diabetes dan hipertensi dari almar

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   237. HUBUNGAN ANTARA ELANG DAN LIA

    Elang terperanjat. Pria itu tak mengira jika akan mendapat pertanyaan yang begitu menohok. Sesaat hanya bisa terdiam. Mengenang masa itu hanya akan membuat luka lama yang sudah terkubur, kembali terbuka.“Kenapa diam?!” pertanyaan sang istri membuyarkan lamunan.“Tidak ada apa-apa di antara kami. Yang aku tahu dia itu adiknya Budi. Betul’kan?” Elang berkilah. Dia berusaha untuk menghindar dari pertanyaan.“Itu benar. Yang aku tanyakan hubungan di antara kalian!” Zahra mempertegas pertanyannya.Elang menarik napas dalam. Dadanya terasa sesak seolah tak ada oksigen yang masuk ke dalam organ pernafasannya.“Sudahlah. Aku mau mandi dulu!” Elang menepuk pipi sang istri dengan lembut dan senyum yang sedikit dipaksakan.“Elang! Jangan menghindar! Jujurlah dan jawab pertanyaanku!” Zahra mencekal pergelangan tangan suaminya dengan sedikit meninggikan ucapan.“Aku sudah menjawabnya! Apa lagi yang harus dijawab!” Elang mengibaskan tangannya dengan kasar hingga terlepas dari genggaman tangan sang

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   236. BERTEMU SESEORANG

    Gadis berparas ayu nan anggun itu menghentikan langkah saat mendengar seseorang yang memanggil namanya. Kini tatapan matanya tertuju ke arah suara yang memanggilnya. Sejenak mengamati wajah Zahra yang kini semakin pucat dan tirus. “Mbak Zahra?!”“Iya. Kau masih mengenaliku, Lia?” tanya Zahra dengan wajah berbinar.“Tentu saja. Apa kabar, Mbak?”“Kabar baik. Kamu sendiri bagaimana?”“Alhamdulillah, aku baik-baik saja. Mmm ... sepertinya Mbak terlihat lebih langsing. Dan membuatku hampir saja tak mengenali Mbak.” Gadis cantik itu ternyata bukan hanya cantik pada parasnya saja. Melainkan juga mempunyai sopan santun dan etika yang baik. Walau dari melihat fisiknya saja dia tahu jika wanita di hadapannya sedang tidak baik-baik saja. Namun ucapannya tidak menyinggung perasaan.“Bilang saja kurus kering, karena tubuhku ini sedang digerogoti oleh penyakit yang berbahaya,” jawab Zahra dengan tersenyum kecut. Ada rasa nyeri yang berarang di dada.Zahra tahu jika Lia tak ingin menyakiti perasaan

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   235. TERPAKSA SETUJU

    “Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu, Elang! Aku yang sekarang bukan lagi istri yang bisa kau banggakan. Aku kini penyakitan dan tidak cantik lagi. Bahkan nanti setelah kemoterapy, rambutku akan mengalami kerontokan. Aku takkan cantik lagi. Dan aku yakin kau akan jijik denganku dan pasti meninggalkanku. Setidaknya jika kau menikah sekarang, aku takkan lebih sakit hati jika masa itu datang. Aku tak mau kau meninggalkanku di saat aku terpuruk.” Zahra menangis terisak. Dia tak sanggup lagi membayangkan jika lelaki yang dicinta akan pergi meninggalkannya.Elang mendekap sang istri dan mengecup puncak kepalanya.“Sayang, aku berjanji kepadamu kalau aku takkan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun. Hanya maut yang dapat memisahkan kita. Aku mohon percayalah padaku, Sayang.”Zahra semakin terisak. Dalam pelukan lelakinya dia menumpahkan segala kesedihan dan rasa takut. “Aku takut kalau aku akan meninggal, Lang!”“Istighfar. Semua makhluk bernyawa pasti akan pergi meninggal

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   234. SYARAT YANG DI AJUKAN

    Zahra dan suami selesai menunaikan ibadah sholat tahajud. Keduanya memanjatkan do’a kepada sang pencipta.Elang berdo’a untuk kesembuhan sang istri tercinta. Hanya itu harapan terbesar satu-satunya untuk saat ini. Tak ada keinginan lain selain kesembuhan sang bidadari.Zahra pun sama khusyuknya dalam berdo’a. Do’a yang dipanjatkan tak hanya untuk dirinya sendiri. Tak lupa pula dia memohon kepada sang pencipta untuk kebahagiaan suaminya. Terutama dengan syarat yang akan diajukan olehnya untuk sang suami.Zahra sudah memikirkan matang tentang rencananya. Setelah melalui pemikiran panjang, keputusan terberat harus di ambil demi sang suami. Semoga saja ini yang terbaik untuk semuanya.“Sayang. Apa kau sudah selesai berdo’a?” pertanyaan Elang membuat Zahra terkejut.“Sudah,” jawab Zahra dengan gugup sembari mengecup punggung tangan suaminya.“Apa kau akan membicarakan syarat yang kau ajukan sekarang atau nanti?’ Elang menembak langsung dengan pertanyaan. Dia memang tak bisa berbasa-basi da

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   233. KANKER OVARIUM

    Elang berdo’a dengan begitu khusyuk. Dia sangat berharap jika Tuhan mengabulkan do’a untuk kesembuhan istrinya. Di setiap rintihan do’a tiada henti menyebut nama istri tercinta.Dalam jarak yang tak terlalu jauh, sayup terdengar suara seorang pria yang cukup familiar di telinga Elang. Do’a yang dipanjatkan begitu tulus dan menggugah jiwa.Elang menajamkan telinga untuk mendengar do’a yang membuatnya larut dalam kesedihan. Do’a seorang ayah yang berharap untuk kesembuhan putrinya.“Ya. Alloh. Hamba mohon berikanlah kesembuhan untuk putri hamba. Dia adalah separuh dari nyawa yang ada dalam raga ini. Hamba tak sanggup melihat putri hamba menderita. Jika Engkau berkenan, Hamba bersedia menukar nyawa hamba demi kesembuhannya. Hamba ikhlas Ya Alloh. Hamba ikhlas.” Suara pria itu bergetar dalam isak tangis. Dia pun bersujud dan menumpahkan kesedihan di atas sajadah yang membentang.Elang terkejut mendengar do’a dari insan yang penuh harap. Dia menyadari jika suara itu milik ayah mertuanya. K

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   232. OPERASI

    Zahra sudah menjalani serangkaian tes sebelum operasi. Dia berusaha untuk tegar dan tak terlihat sedih di mata suaminya. Namun pandangan kosong tak mampu menyembunyikan rasa sedih yang tergambar jelas pada mata sayunya.Gadis cantik itu bersandar pada dinding pembatas balkon yang berada di depan kamarnya. Udara pagi yang begitu bersih mampu menyegarkan pikiran.Biasanya di pagi hari, dia selalu berolahraga bersama suami. Namun semenjak mengetahui ada kista dalam tubuhnya, membuat semangatnya untuk beraktifitas menurun. Bahkan semangat hidupnya ikut menurun hingga sangat mempengaruhi kualitas sexualitasnya.Untuk sementara, Zahra mengambil cuti dari pekerjaan. Dia akan fokus untuk pengobatan penyakitnya.“Sayang, kamu sedang apa?” Elang memeluk pinggang mungil sang istri dari arah belakang. Pria itu tetap romantis walaupun tubuh istrinya tak seindah dulu.“Elang. Aku hanya ingin menghirup udara pagi dan berjemur di sini. Kamu tidak olah raga?” Zahra membalikkan badan. Kini keduanya sal

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   231. KISTA OVARIUM

    Zahra mendatangi dr. Arumi untuk memeriksakan diri. Tentunya ditemani oleh suami yang sangat setia.“Bagaimana, Dok? Apa saya hamil?” tanya Zahra saat baru saja selesai diperiksa oleh dr. Arumi.“Tidak. Anda tidak hamil.”“Lalu, kenapa Saya tidak menstruasi?”“Sudah berapa lama Anda tidak menstruasi?” tanya dr. Arumi.“Tiga bulan, Dok.” Jawab Zahra dengan singkat.Dr. Arumi menarik napas panjang sepertinya ada sesuatu yang menyesakkan dada.“Seharusnya Anda bisa datang ke sini lebih awal. Minimal setelah tahu bahwa Anda terlambat datang bulan di bulan pertama.”“Memangnya kenapa, Dok?” Zahra bertanya dengan cemas. Walau dia sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan dokter pribadinya.“Begini, dr. Zahra. Saya harus menyampaikan hal ini walau kurang mengenakkan.”“Bagaimana, dok? Tolong katakan dengan jelas!” Zahra terlihat mulai gelisah. Dia menatap ke arah suaminya.Elang hanya bisa tersenyum dan menggenggam erat jemari sang istri. Pria itu berusaha menguatkan istrinya. Walau sesun

  • ISTRI CERDAS PURA-PURA BODOH   230. TAK MENSTRUASI TAPI TIDAK HAMIL

    “Bagaimana dengan kondisi rahim saya, Dok? Apa kecelakaan yang menimpa saya beberapa waktu lalu berpengaruh terhadap rahim saya?” dan apa Saya bisa hamil lagi dengan segera?” tanya Zahra kepada dr. Arumi setelah selesai menjalani pemeriksaan.“Sabar, Sayang. Nanya’nya satu-satu.” Elang berkata lirih kepada sang istri.“Iya. Maaf.”“Silakan duduk.’” Dr. Arumi mempersilakan Zahra dan suaminya duduk.“Begini, dr. Zahra. secara keseluruhan kondisi rahim Anda cukup baik. Namun karena Anda baru saja melahirkan secara operasi, ada baiknya Anda menunda hingga tiga atau empat tahun ke depan. Saya rasa sebagai dokter, Anda tahu resikonya.”“Iya. Sebenarnya saya tahu, Dok. Hanya saja, saya ingin sekali segera punya anak lagi.”“Saran saya, lebih baik dokter menikmati masa-masa indah dulu bersama suami. Dan jangan terlalu memikirkan hal ini, hingga bisa membuat anda tertekan. Saya tahu kehilangan seorang anak tidaklah mudah. Namun Anda harus bisa segera bangkit dan membuang semua beban yang ada d

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status