BAB 66“Kau dengar sendiri’kan? aku selalu konsisten dengan ucapanku. Hingga detik ini aku juga tak pernah berhenti mencintaimu, Mas Budi. Tak ada pria lain yang mampu menggantikan dirimu. Sekalipun itu pria yang telah menjadi suamiku!” Ucap gadis itu dengan tenang.Kini dia tampak mulai bisa mengendalikan diri. Ada sedikit rasa lega ketika sang suami membelanya. Zahra sama sekali tak mengira kalau pria angkuh itu akan berada di pihaknya.Elang memejamkan mata. Terasa ada yang berdenyut nyeri dari dalam dada. Ucapan sang istri begitu mengiris hatinya. Rasanya sakit bagai tertusuk ribuan pisau yang tajam.Ingin rasanya berlari menjauh. Namun kakinya seperti terbelenggu dan tak mampu beranjak dari posisinya. Walau pahit, Elang masih ingin mendengar dan melihat apa yang akan dilakukan oleh istri dan juga mantan kekasihnya. Mungkinkah keduanya akan memutuskan untuk kembali merajut cinta kasih.‘Tidak! ini tak mungkin terjadi!” desis Elang lirih. Tatapannya kembali fokus kepada istrinya.B
BAB 67“Apa kau tidak pernah bertanya kepada suamimu, mungkin saja dia mencintaimu ataukah kehadiranmu bisa mengubah keadaan. Mencintaimu tidaklah sulit. Setiap orang yang berada di dekatmu, pasti akan jatuh cinta kepadamu. Kau bukan hanya cantik dan cerdas, tapi juga sangat baik.” Tutur Budi dengan halus.“Aku tak perlu bertanya kepadanya, karena aku sudah tahu jawabannya. Elang sudah bahagia dengan wanita yang sangat dicintainya. Dia tak mungkin mencintaiku. Terima kasih atas pujianmu Mas Budi. Ucapanmu akan selalu aku ingat sepanjang waktu.”Elang mengelus dada dan bermonolog dalam hati. “Kau salah istriku. Aku sangat mencintaimu dan tak ingin kehilanganmu. Bahkan aku rela menjadi orang bodoh yang menonton dramamu bersama pria lain. Itu karena aku begitu mencintaimu, istriku.”Elang benar-benar kesal dibuatnya.“Bolehkah aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya?” tanya dr. Budi dengan mata berkaca-kaca.“Iya,” jawab Zahra dengan tersenyum.Keduanya berpelukan begitu erat, seolah t
BAB 68Hati Zahra semakin hancur. Dia berniat untuk mengejar Budi. Namun niatnya dihalangi oleh Elang yang mencekal pergelangan tangannya.“Lepaskan aku, Elang!”“Jangan mempermalukan dirimu sendiri! Dia itu sudah menjadi suami orang!”“Apa pedulimu? Jangan mencampuri urusanku!”“Jelas aku peduli dan berhak menampuri karena kau istriku! Sadarlah! Buka matamu lebar-lebar. Dia itu sudah menjadi suami orang lain! Sekeras apapun kau mengejarnya, dia pasti lebih memili istri sahnya! Ngerti enggak sih kamu!”“Tidak semuanya begitu, Elang! Buktinya kau dulu juga lebih memilih kekasihmu dari pada aku istrimu!”“Astaga! Itu lain cerita, Zahra!” Elang menekan kepalanya. Dia terlihat putus asa menghadapi istrinya.“Mas Budi tidak sepertimu. Dia pasti lebih memilih aku!” Zahra tetap teguh dengan pendiriannya. Sangat sulit sekali membuka pikirannya. Hingga Elang terasa lelah.“Sekarang, ikutlah pulang bersamaku!” Elang menarik tangan istrinya menuju area parkir kendaraan.“Aku tidak mau!” Zahra te
BAB 69“Halo, Mas Budi. Apa kau .... “ wajahnya yang semula berseri, seketika berubah menjadi mendung. Keadaan tak seperti yang diharapkan. Ternyata Budi tidak ingin menyampaikan sesuatu, melainkan memperlihatkan dirinya yang sedang bernyanyi lagu favoritnya di dampingi oleh sang istri.Dada Zahra bergemuruh saat melihat mantan kekasihnya tengah melingkarkan lengan kekarnya pada pinggang ramping sang istri. Ternyata ponsel milik Budi tak berada di tangannya, melainkan di tangan Veronica. Entah apa tujuan wanita tersebut. Yang jelas Zahra tak berusaha mematikannya. Gadis itu terus memperhatikan dengan seksama.“Dari siapa?” tanya Elang saat melihat sang istri begitu serius dengan ponselnya.Zahra tak menjawab pertanyaan suaminya. Dia hanya melirik sekilas sembari menarik napas panjang, lalu berkonsentrasi kembali pada layar ponsel.“Dari siapa?” kembali Elang mengulang pertanyaannya.“Bukan urusan kamu!” jawab Zahra dengan ketus. Tatapan matanya sangat tajam. Bahkan tak berkedip sedet
BAB 7O“Kalau kau bahagia, aku akan kembalikan ponsel ini padamu. Tapi sekali lagi, berpikir dengan jernih. Dia sudah mengambil keputusan untuk menikah dengan wanita lain. Kau ingat saat kau memutuskan untuk menikah denganku, apa dia menggangumu setelah pernikahan kita?” tanya Elang penuh selidik.Zahra hanya terdiam dan menggelengkan kepala perlahan.“Tidak’kan? setidaknya hargai akan hal itu, kalau kau tidak bisa menghargai dirimu sendiri!” Elang mulai terpancing emosi dan berkata dengan nada tinggi. Sebenarnya dia tidak tega untuk berkata sedikit kasar kepada istrinya. Namun Elang tidak tahu harus dengan cara apalagi untuk mengingatkan istrinya.Zahra hanya mematung dan menundukkan kepala lebih dalam. Rasa egois yang muncul tak ingin membenarkan ucapan suaminya. Namun jauh dalam hati yang terdalam, dia membenarkan apa yang dikatakan oleh suaminya. Budi tak pernah sedikitpun mengganggu saat dia sudah memutuskan untuk menikah dengan Elang.“Kau benar. Mas Budi tidak pernah mengganguk
BAB 71.“Zahra, Tunggu!” Elang mengejar istrinya yang berjalan cepat menuju pintu masuk. Dia bahkan sampai lupa tidak mencabut kunci dan menutup pintu mobil. Dengan terpaksa ber balik arah menuju mobil dan membiarkan sang istri masuk dengan tergesa.Sementara, Zahra masuk ke dalam rumah dengan tergesa. Raut wajahnya masih terihat murung dan pucat.“Zahra, kau sudah pulang?” Terdengar sapaan dari ayah mertua.Langkah gadis cantik itu terhenti dan menatap tajam ke arah sang mertua. Sorot mata yang sangat sulit diartikan. Baskoro sendiri tak mampu mengartikan tatapan sang menantu. Hanya mendung pada wajah sang menantu idaman yang menggambarkan hatinya yang tengah terluka.“Jadi Pak Baskoro yang sudah mengatur ini semua? Bapak sengaja memaksa Saya untuk datang ke sana dan menyaksikan semua kejadian dengan mata kepala sendiri? Begitu?!” tanya Zahra dengan beruntun. Ada getaran dalam setiap kata yang diucapkan.“Nak, apa maksudmu? Aku tidak mengerti!” jawab Baskoro dengan tatapan penuh seli
BAB 72“Kau terlalu terobsesi dengan mantan kekasihmu itu! Aku memang tidak bisa melakukan apa yang kau inginkan. Tapi setidaknya, aku bisa menggantikan harapan yang kau sandarkan pada bahu mantan kekasihmu!”“Bicara itu yang jelas, jangan berbelit-belit!” Zahra melipat tangan di dada dengan sorot mata yang begitu tajam menatap sang suami.“Oke!” Elang menarik napas dalam. Dia sangat ragu untuk berucap. Apa lagi ada papahnya yang berdiri dan menunggu dirinya mengucapkan sesuatu yang bisa menenangkan hati sang istri. Elang mampu menangkap akan hal itu dari tatapan mata papahnya.“Katakan apa yang ada dalam hatimu. Dan jangan membuat papah kecewa!” ada getaran pada suara Baskoro. Pria paruh baya itu menggantungkan harapan kepada putranya. Dia tak sanggup menanggung dosa jika Elang tak bisa memenuhi harapannya untuk bisa menjadikan Zahra istri yang sesungguhnya.“Apa sebenarnya yang sudah kalian rencanakan?” Zahra menatap Elang dan papahnya secara bergantian. Tatapannya penuh selidik. Di
BAB 73“Elang, ada apa sih. Tolong jelaskan kepada Mamah, Sayang!” teriak Widya kepada putranya yang tengah menaiki anak tangga satu persatu.“Tanya saja sama Papah!” jawab Elang sembari melonggarkan dasi dan melepas jas yang dipakainya. Dia tak menoleh ke arah mamahnya. Pria itu langsung berjalan menuju kamar sang istri. Dia ingin menghibur bidadarinya yang tengah terluka.Sementara, Widya menuntut penjelasan kepada suaminya.“Pah, ada apa sebenarnya?” Widya masih berusaha mencari tahu. Dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi.“Elang sudah tahu kalau Zahra itu seorang dokter!”“Hah? Bagaimana bisa? tahu dari mana dia?” widya menutup mulutnya yang terbuka lebar. Wanita bertubuh tambun itu sangat terkejut.“Papah juga gak tahu. Dan dia sangat kesal karena kita membohonginya!”“Kok Kita? Papah dong. Mamah’kan hanya mengikuti omongan papah aja! Terus gimana? Apa Elang marah? Lalu apa yang harus kita lakukan?” Widya terlihat gelisah dan tegang.“Huuh giliran seperti ini aja cuci tan