Share

Bab 7

Penulis: Fizchanayla
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-29 14:24:59

ISTRI GLOWING SUAMI KELING 7

Deg

Hati Bu Dewi mencelos mendengar penuturan putra keduanya itu. Tiba-tiba matanya berembun, susah payah ia menelan salivanya, kerongkongannya terasa tercekat seketika. Ada rasa marah dan kecewa, tapi apa yang diucapkan Jaka memang ada benarnya. Tapi sejujurnya ia tak ingin pernikahan anak-anaknya mengalami kegagalan.

"Jadi, kamu nggak ikhlas merawat ibu selama ini?" tanya Bu Dewi dengan suara serak. Mati-matian ia menahan tangis.

Jaka memandang wajah ibunya sendu. Sadar sudah mengucapkan kata-kata yang mungkin menyinggung perasaan ibunya, tapi melihat sikap ibunya yang kadang kelewatan, rasa sabar yang ia pupuk mulai terkikis. Melihat istrinya sering dimaki di depan banyak orang juga membuat hati Jaka terusik. Satu sisi ibu kandungnya disisi lain istrinya.

"Jaka dan Risma ikhlas merawat Ibu. Kurang sabar apa Risma selama ini jadi menantu Ibu. Tak pernah mengadukan hal yang aneh-aneh. Dimaki pun cuma diam, menyahut pun masih dalam batas wajar saat sudah benar-benar kesal. Jaka hanya minta, tolong bersikaplah lebih baik. Kalau Risma sampai benar-benar sakit hati dan tidak mau membantu merawat Ibu, siapa yang rugi? Ibu sendiri. Jaka dan Mas Joni tidak akan setelaten dan sesabar Risma." Jaka mencoba menjelaskan apa yang jadi ganjalan hatinya selama ini. Jika sikap ibunya tidak kunjung berubah, bukan tak mungkin nasib pernikahannya juga akan sama seperti kakaknya.

Bu Dewi hanya bisa diam menunduk. Air matanya tak mampu ia bendung. Selama ini dia hanya ingin diperhatikan dan dipahami tanpa mau tau perasaan orang lain.

Jaka menghela napas pelan, jujur hatinya sakit melihat ibunya menangis karna kata-katanya. Jaka tidak ingin keluarga dan rumah tangganya hancur. Sebelum terlambat dia harus lebih tegas. Semua memang tidak mudah, pasti akan ada air mata yang terjatuh. Tapi setidaknya dia punya harapan yang lebih indah dikemudian hari.

"Jaka berangkat kerja dulu, Bu! Ini ada sayur mateng dari Risma, jangan lupa dimakan. Nanti Risma kesini kalau sudah nyuci baju. Ingat, jangan marah-marah terus, kendalikan diri Ibu sebelum semua hancur dan terlambat. Soal Mas Joni, nanti biar Jaka yang bicara!" pamit Jaka sambil mewanti-wanti ibunya. Dia meraih tangan ibunya, mencium punggung tangannya dengan takzim.

"Nanti siang aku ke sini lagi pas istirahat makan. Biar aku cek airnya. Ibu istirahat saja, nggak usah ngapa-ngapain," imbuhnya lagi.

Bu Dewi tak menyahut, pun tak mengangkat wajahnya saat Jaka pamit. Di ambang pintu Jaka menoleh lagi, menghela napas kasar, gamang meninggalkan ibunya sendiri tapi dia juga harus kerja. Ibunya sangat keras kepala, sangat sulit diberi pengertian. Tapi jika tak diingatkan, dia juga yang akan menyesal kedepannya.

***

Jam setengah sembilan Risma baru selesai bebenah rumah karna sekalian jemurin baju. Sebelum pergi selalu memastikan rumah dalam keadaan bersih dan rapi. Jadi selama pergi tidak kepikiran pekerjaan rumah, pulang pun tinggal santai.

"Pegangan ya, Sayang!" titah Risma pada putrinya yang ia bonceng di belakang.

"Iya, Ma!" seru Alika girang karna akan diajak ke rumah neneknya.

Sepeda warna pink itu melaju perlahan di jalanan kampung tempat Risma tinggal. Bocengan belakang sengaja dibuat lebih safety untuk Alika. Dibuat bangku kecil dengan pegangan kanan kiri, juga diberi sabuk pengaman sederhana. Kanan kiri rodanya ditutup dengan kardus agar kaki kecil Alika tidak terjepit roda sepeda.

Rumah ibu mertua Risma memang tidak jauh jaraknya. Namun Risma lebih memilih menggunakan sepeda agar lebih cepat, putrinya pun sangat senang jika diboceng sepeda. Sepanjang jalan tawanya tidak pernah berhenti. Sesederhana itu kebahagiaan Alika.

Sesampainya di depan rumah mertuanya, Risma sedikit heran karna pintu depan terbuka. Risma pikir ada tamu atau mungkin teman Mas Joni karna motor kakak iparnya itu juga terparkir di teras rumah. Tapi tidak ada sendal atau sepatu di depan teras jika memang ada tamu.

Setelah menstandarkan sepedanya, Risma gegas menurunkan Alika dari boncengan belakang.

"Sudah sampai! Ayo, turun!" Risma membuka sabuk pengaman lalu menggendong putrinya perlahan takut kakinya tersangkut sepeda. Lalu menurunkan kembali dan menggandeng tangannya. Keduanya masuk ke dalam rumah.

Di ambang pintu Risma mematung. Heran melihat ibu mertuanya tidur di sofa, dengan keadaan pintu depan terbuka. Tatapannya lalu beralih pada plastik di meja yang belum dibuka. Sudah pasti itu plastik berisi sayur mateng darinya, karna ia sangat hafal plastiknya.

Di kepalanya mulai bersliweran pikiran-pikiran negatif. Risma menggeleng-gelengkan kepala, berharap prasangkanya enyah. Ia lalu menuntun Alika masuk ke dalam, mendudukkan bocah itu pada sofa single di seberang sofa yang ditempati ibu mertuanya.

"Alika, duduk yang anteng, ya! Mama mau bangunin nenek dulu," bisik Risma lalu mengecup pucuk kepala putrinya.

Risma mendekat, lalu berlutut di samping sofa. Punggung tangannya lalu perlahan ia tempelkan pada dahi ibu mertuanya. Tidak panas, batin Risma dengan kening berkerut. Ia lalu mengamati wajah ibu mertuanya itu. Matanya sembab, juga terdapat bekas air mata dipipi.

"Bu!" panggil Risma pelan sambil mengusap pelan lengan tangannya.

Bu Dewi membuka matanya perlahan, matanya sedikit berat, mungkin efek menangis terlalu lama. Ia mengerjap-ngerjapkan mata, menatap Risma lalu tersenyum kecil.

"Ibu kok tidur di sini?" tanya Risma tak mampu menahan rasa penasarannya.

"Iya, ketiduran tadi," jawab Bu Dewi dengan suara sedikit serak sambil perlahan duduk dibantu Risma.

"Ibu belum makan?"

Bu Dewi hanya menggeleng pelan. Risma lalu mengambil kantong plastik di meja, ia langkahkan kakinya ke dapur. Menaruh sayur mateng di piring. Nasi yang tadi ia bungkus dengan kertas nasi ia tuang dalam piring dan menambahkannya dengan urap, dan tempe goreng. Pepes tahu ia pisah di piring lain.

Setelah siap Risma membawanya ke depan. Melewati ruang tengah ia melihat tumpukan baju kotor yang teronggok di bak besar. Risma hanya menggelengkan kepalanya pelan lalu meneruskan langkahnya.

"Ibu mau makan sendiri apa disuapi?" tanya Risma saat sudah sampai ruang tamu. Rupanya Alika sudah pindah tempat duduk di sisi sang nenek. Mereka sedang asik mengobrol saat ia datang.

"Biar ibu sendiri. Ibu masih kuat bukannya jompo!" Walau nada bicaranya tidak ketus tapi tetap saja sedikit pedas.

Risma tak menanggapi, ia menaruh piring yang dibawanya di meja, lalu duduk di sofa yang tadi diduduki Alika.

"Bu, boleh nyalain tv nggak? Biar Alika nggak bosen," tanya Risma, walau di rumah mertuanya ia selalu bertanya dulu, takut yang punya rumah tidak berkenan.

"Ya!" jawab Bu Dewi singkat sambil mengunyah makanannya.

Risma mengambil remot tv dan menyalakannya, mencari siaran kartun agar Alika betah. Lalu menaruh remot pada tempat semula. Ia ke dapur kembali untuk mengambil sapu, karna melihat rumah masih berantakan.

Bu Dewi memperhatikan menantunya sambil makan. Teringat perkataan Jaka tadi pagi. Dalam hati mengakui jika Resti memang sangat sabar dan telaten mengurusinya yang selama ini lebih banyak rewel. Tanpa disuruh juga membantu pekerjaan rumah jika melihat rumah mertuanya kotor. Entah akan seperti apa jika ia sakit dan tidak ada menantu yang membantunya. Joni yang serumah pun seolah tidak peduli dan abai dengan ibunya, karna rasa marah dan sakit hati yang masih merajai hati hingga kini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 30

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 29

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 28

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 27

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 26

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak seka

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 25

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 25"Risma, ambil nasi, ikan bakarnya sudah mateng!" titah Pakde Burhan sembari berjalan masuk rumah dengan kedua tangan memegang piring berisi ikan bakar. Alika mengekor di belakangnya."Oalah, Pak ... tadi kan udah sarapan," sergah Bude Narti."Nggak apa, Bude. Kan habis perjalanan jauh, pasti laper lagi," ujar Risma menatap Bude Narti dengan seulas senyum lalu beranjak dari duduknya.Pakde Burhan duduk di tempatnya semula setelah meletakkan piring berisi ikan bakar buatannya. Aromanya memang menggugah selera."Itu, gimana ceritanya, ikan bisa gosong sebelah?" Bude Narti menunjuk ikan yang paling pinggir di piring."Itu bukan gosong, tapi kematengan," bela Pakde Burhan."Nek, aku mau makan lagi, ya, disuapin!" pinta Alika yang duduk dipangkuan Bu Dewi."Iya. Tadi emang belum makan?" tanya Bu Dewi sembari mengecup pucuk kepala cucunya."Udah, tapi laper lagi," jawab Alika, tangannya mengusap-usap perut sambil nyengir menatap neneknya.Bude Narti memperhatika

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status