Share

Bab 6

Author: Fizchanayla
last update Huling Na-update: 2023-07-29 09:41:59

ISTRI GLOWING SUAMI KELING 6

"Dek!"

Krompyang

Risma menjatuhkan panci yang akan ia gunakan untuk merebus sayuran. Tangan kanannya mengusap-usap dadanya yang berdebar karena kaget.

"Apaan sih, Mas?" protesnya saat berbalik dan mendapati suaminya berdiri sambil nyengir dan menggaruk tengkuknya.

"Maaf. Terus gimana sama, Ibu?" tanya Jaka lagi. Dia masih penasaran dengan keadaan ibunya.

Risma menghela nafas kasar, dia lalu memungut panci yang terjatuh. "Ishh, penyok kan!" gerutunya.

"Aku tadi anterin sampe rumah. Mau dipanggilin tukang urut nggak mau, disuruh duduk di dalam juga nggak mau, maunya duduk di teras, lututnya mungkin lecet karna rada ngilu katanya" ujar Risma sambil mengisi panci dengan air dari kran wastafel untuk merebus sayuran.

"Terus?" tanya Jaka lagi, masih berdiri sambil mengamati setiap gerakan istrinya.

"Teras terus teras terus. Ya aku tinggal blanja lanjut pulang. Ditawarin ini itu nggak mau," gerutu Risma. Ia lalu menaruh panci yang sudah terisi separuh air di atas kompor, lalu menyalakannya.

"Dari pada cuma berdiri mending bantuin nyiangin sayur, udah kesiangan ini masaknya. Udah kayak anak ayam aja dari tadi ngintilin mulu!" omel Risma. Ia lalu duduk di dingklik-bangku kayu berukuran kecil dan pendek. Menyeret tampah berisi sayuran agak lebih dekat dengannya. Jaka jongkok di sampingnya ikut menyiangi sayur pemberian Bu Ida tempo hari.

"Mama ... ," rengek Alika sambil berjalan dari arah depan, mukanya ditekuk, matanya sudah berair siap menumpahkan tangisnya lagi.

Risma menepuk keningnya, ia sampai lupa dengan putrinya yang ditinggal di depan tv. "Sini, Sayang!" panggilnya sambil melambaikan tangan.

Jaka yang semula jongkok akhirnya duduk bersila di lantai. Menepuk-nepuk pahanya, isyarat agar Alika duduk dipangkuannya. Bocah itu anteng sambil memainkan sayuran yang sudah tidak terpakai.

"Air di rumah Ibu mati, Mas! Nanti kamu tolong cek dulu sebelum berangkat kerja, sekalian bawain sayur matengnya!" pinta Risma, tangannya cekatan mengupas bawang putih juga kencur untuk bumbu urap.

"Sejak kapan mati?" tanya Jaka, tangannya sibuk menggelitiki perut putrinya sampai anak itu tertawa terbahak-bahak sambil menggelinjang karna kegelian.

"Kemarin sore katanya," sahut Risma, lalu beranjak dari duduknya untuk mencuci sayuran dan merebusnya.

"Mas, itu kamar Mas Joni berantakan banget, emang nggak pernah diberesin apa? Baju kotor numpuk, orang kalau nggak mau nyuci sendiri ya dilaundry kan gampang. Punya duit ini," tanya Risma sambil memasukkan sayuran kedalam panci yang airnya sudah mendidih.

"Ibu udah malas ngomelin Mas Joni. Ibu ngomong aja langsung ditinggal pergi. Tau tuh, susah banget move on dari mantan istrinya. Padahal udah hampir lima tahun," jawab Jaka.

Saat Risma menikah dengan Jaka, Mas Joni sudah menduda dan punya seorang putra dari mantan istrinya. Hanya itu yang Risma tau. Tentang siapa mantan istrinya juga kenapa bercerai ia tidak tau dan selama ini juga tidak tertarik untuk mencari tau, apalagi itu bukan urusannya dan suaminya juga tidak pernah bercerita. Tapi pagi ini tiba-tiba saja bilang jika kakaknya itu belum bisa move on.

"Nggak ada yang diomeli jadi tiap hari nyari gara-gara sama kita terus gitu?" Mata Risma fokus pada bumbu yang sedang diulek, bawang putih, cabai rawit, kencur ditambah garam sadikit penyedap juga gula merah, tapi ia juga menyahuti ucapan suaminya.

"Entah. Tapi bukan itu saja sih kayaknya!" sahut Jaka sedikit ragu sambil mengangkat bahu.

Risma yang sedang mengulek bumbu langsung berhenti, menoleh dengan alis saling bertaut. Menatap wajah suaminya keheranan. Ucapan sang suami seperti menyimpan banyak hal yang tidak ia ketahui tentang keluarga suaminya. Ingin menanyakan lebih banyak lagi tapi jarum jam sudah menunjukan angka enam lewat lima. Tidak akan selesai jika harua masak sambil ngobrol. Sedangkan suaminya juga harus ke rumah ibunya terlebih dahulu sebelum berangkat kerja. Risma akhirnya hanya menyimpan banyak pertanyaan dalam benak.

Bumbu urap yang sudah jadi lalu dikukus agar tidak mudah basi, menunggu matang Risma membuat pepes tahu. Setelah bumbu matang gantian mengukus pepes tahu, tungku sebelahnya digunakan untuk menggoreng tempe. Jam setengah tujuh tepat masakan sudah siap dihidangkan. Risma membungkuskan lebih dulu untuk ibu mertuanya.

"Aku ke rumah Ibu kalau sudah beres nyuci ya, Mas. Paling jam delapan. Nanti jangan lupa dicek airnya," ucap Risma saat ketiganya tengah sarapan. Ia menyuapi Alika sambil menyuap nasi kemulutnya. Jaka hanya mengangguk karna mulut penuh makanan. Sesekali Jaka juga menyuapi istrinya.

***

"Assalamualaikum," Jaka mengucap salam setelah memarkir motor tuanya di halaman rumah ibunya.

Hening. Tak ada sahutan dari dalam rumah membuat Jaka sedikit panik. Ia lalu berjalan tergesa memasuki rumah orang tuanya. Tak mendapati ibunya di ruang tamu akhirnya Jaka melangkahkan kaki masuk kamar ibunya, kosong. Saat hendak ke dapur samar-samar terdengar gerutuan ibunya di kamar sang kakak. Jaka lalu mendekat dan menyibak hordeng yang menutupi pintu. Benar saja, ibunya sedang memunguti baju kakaknya.

"Ibu, lagi ngapain?" tanya Jaka pelan takut mengagetkan ibunya.

Bu Dewi menoleh mendapati putra keduanya berdiri di ambang pintu sambil menenteng kantong kresek. "Beresin baju kakakmu, kamar udah kayak tempat sampah, apa aja ada," jawab Bu Dewi sambil menggerutu.

"Kan udah aku bilang, nggak usah diberesin. Kalau udah kehabisan baju juga pasti mikir," sahut Jaka sedikit menepi karna ibunya mau keluar kamar sambil membawa setumpuk pakaian kotor.

Jaka langsung menutup hidung karna bau tak sedap dari baju-baju kotor itu langsung menguar ketika ibunya melewatinya. Ia memperhatikan cara berjalan ibunya yang sedikit terseok.

"Ibu sumpek, Jaka!" balas Bu Dewi lalu menaruh tumpukan baju kotor itu dalam bak besar yang sudah ia siapkan di luar kamar Joni. Kemudian menyeret langkah kakinya ke ruang tamu dan duduk selonjor di sofa panjang. Jaka mengikutinya dari belakang.

"Kata Risma tadi Ibu jatuh, ada yang sakit nggak?" tanya Jaka setelah meletakkan plastik bawaanya di meja dan duduk di ujung sofa dekat kaki ibunya.

Bu Dewi hanya menggeleng lemah. Jaka tidak percaya begitu saja karna dia sendiri melihat ibunya jalan sedikit terseok. Dia lalu menyingkap daster yang di pakai ibunya sampai lutut. Dan benar saja, ada sedikit lecet di sana.

"Biar Jaka obati dulu!"

Tanpa menunggu jawaban ibunya, Jaka bangkit dan dapur jadi tujuan pertamanya. Mengambil air bersih untuk membersihkan lukanya. Saat membuka kran benar saja tak ada air yang menetes. Ia lalu mengalihkan pandangan pada meja dapur. Ada gelas berisi teh yang sudah tinggal separuh. Jaka menyentuh gelas itu, dan masih hangat, itu artinya ibunya belum lama ini membuat minum. Ia lalu beralih pada gentong air, saat membukanya tersisa seperempat gentong. Mengambil baskom kecil lalu mengisinya dengan air. Membawa baskom itu ke depan, tidak lupa mengambil kotak p3k yang ada di lemari ruang tengah.

Dengan sangat hati-hati membersihkan lukanya terlebih dahulu agar bersih dan tidak infeksi, baru setelahnya diberi obat merah. Bu Dewi sedikit meringis saat diobati karna perih, tulangnya juga masih terasa ngilu.

"Mas Joni sudah besar, Bu. Dia bisa berpikir sendiri. Kalau Ibu sakit yang repot siapa? Aku sama Risma. Yang kena omel karna kekesalan Ibu siapa? Aku sama Risma juga. Apa Ibu mau rumah tangga aku sama kayak Mas Joni? Apa itu yang Ibu mau?" cecar Jaka meluapkan kekesalannya selama ini.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 30

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 29

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 28

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 27

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 26

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak seka

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 25

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 25"Risma, ambil nasi, ikan bakarnya sudah mateng!" titah Pakde Burhan sembari berjalan masuk rumah dengan kedua tangan memegang piring berisi ikan bakar. Alika mengekor di belakangnya."Oalah, Pak ... tadi kan udah sarapan," sergah Bude Narti."Nggak apa, Bude. Kan habis perjalanan jauh, pasti laper lagi," ujar Risma menatap Bude Narti dengan seulas senyum lalu beranjak dari duduknya.Pakde Burhan duduk di tempatnya semula setelah meletakkan piring berisi ikan bakar buatannya. Aromanya memang menggugah selera."Itu, gimana ceritanya, ikan bisa gosong sebelah?" Bude Narti menunjuk ikan yang paling pinggir di piring."Itu bukan gosong, tapi kematengan," bela Pakde Burhan."Nek, aku mau makan lagi, ya, disuapin!" pinta Alika yang duduk dipangkuan Bu Dewi."Iya. Tadi emang belum makan?" tanya Bu Dewi sembari mengecup pucuk kepala cucunya."Udah, tapi laper lagi," jawab Alika, tangannya mengusap-usap perut sambil nyengir menatap neneknya.Bude Narti memperhatika

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status