Share

Bab 8

Author: Fizchanayla
last update Last Updated: 2023-07-30 22:32:12

ISTRI GLOWING SUAMI KELING 8

"Bang, kayu yang udah nggak dipakai boleh aku minta nggak?" tanya Jaka ragu pada Bang Ari-mandornya saat jam makan siang tiba.

"Kayu yang mana?" Bang Ari balik bertanya. Tatapannya tak beralih dari ponsel di tangannya.

"Itu yang di pojok situ!" tunjuk Jaka pada setumpuk kayu yang ada di pojok bangunan bersebelahan dengan karung bekas semen yang masih berserakan.

Bang Ari mendongak dan menatap sekilas tumpukan kayu yang dimaksud anak buahnya itu. Lalu fokus pada ponsel lagi. "Ambil saja. Mau buat kayu bakar?" tanyanya tanpa menatap Jaka. Tangannya sibuk menekan-nekan ponsel pintarnya.

"Mau buat kursi," jawab Jaka enteng.

Bang Ari melirik Jaka yang berdiri di sampingnya dengan dahi berkerut. "Kursi mainan?" tanyanya lagi.

"Buat apaan kursi mainan, Bang. Kursi beneran lah!" sahut Jaka. Sontak Bang Ari tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban Jaka.

"Bikin kursi pakai kayu itu mah sekali duduk juga roboh, Jaka!" ucap Bang Ari meremehkan.

"Ahh, belum dicoba mana tau," sahut Jaka optimis.

"Ya, terserah kamu. Ambil saja kalau mau," ucap Bang Ari sambil mengangkat bahu.

"Tapi nggak dipotong gaji saya, kan?" tanya Jaka setelah melangkah beberapa langkah dan menoleh kebelakang lagi.

"Nggak. Ambil semua kalau kamu mau."

"Makasih, Bang!"

"Hhmmm."

Jaka memilah kayu yang masih layak dan kokoh. Lalu mengumpulkannya jadi satu dan ditaruh pojokan dinding. Nanti sepulang kerja baru akan ia bawa pulang. Saat menaruh karung bekas semen tadi Jaka melihat kayu tak terpakai itu dan ingatannya langsung tertuju pada ucapan ibunya tempo hari.

Setelah selesai merapikan kayu Jaka langsung pergi ke rumah ibunya. Ia ingat janji akan mengecek air. Tiba di rumah sang ibu ternyata istri juga anaknya masih di sana.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam," jawab mereka kompak dan menoleh. Alika yang sedang menonton tv langsung berlari menghampirinya.

"Ayah, salim!" ucapnya dengan suara cadel lalu mengulurkan tangan.

"Anak solehah, pinter!" puji Jaka.

"Biar aku pulang dulu ambilin makan ya, Mas?" Risma mendekat dan mencium punggung tangannya.

"Nggak usah, aku udah makan. Kebetulan yang punya bangunan ngadain syukuran jadi kita dikasih nasi box tadi," tolak Jaka lalu menghampiri Ibunya, meraih tangan kriput itu untuk diciumnya.

"Alhamdulillah, rejeki!" sahut Risma duduk kembali.

"Ibu, udah mendingan?" tanya Jaka.

"Udah." Bu Dewi menjawab singkat dengan wajah dingin.

Masih merajuk kayaknya, batin Jaka. Ia menghela napas kasar lalu beranjak ke dapur untuk mengecek air. Dia melihat mesin air terlebih dahulu yang terletak di ujung dapur dekat pintu belakang. Rumah Bu Dewi menggunakan sumur bor, dan kebetulan letak sumurnya ada di dapur. Jaka tak menemukan kerusakan, lalu dia melihat toren yang masih terisi penuh.

"Mampet kali, ya!" monolog Jaka.

Dia lalu membuka kran air wastafel. Benar saja peralonnya tersumbat kotoran yang sudah menumpuk sekian lama. Perlahan dibersihkan dan dipasang ulang.

"Apanya yang rusak, Mas?" tanya Risma menghampiri suaminya.

"Salurannya mampet, Dek!" jawab Jaka tanpa menoleh. Risma menanggapi dengan anggukan yang tentu saja suaminya tak melihat.

"Dah, selesai. Tinggal kamar mandi," ujar Jaka lalu berjalan ke kamar mandi, membongkar kran yang ada di sana.

Sementara itu Risma mengumpulkan piring dan gelas kotor lalu mencucinya karna air sudah bisa mengalir lagi. Panci dan peralatan masak yang belum sempat dicuci kemarin oleh ibu mertuanya juga ia cuci. Pandangannya memindai seluruh penjuru dapur, memastikan tak ada alat makan dan masak kotor yang tertinggal.

"Mas, habis ini aku mau pulang. Tadi pagi Mbak Lilis bilang mau ke rumah siang ini," ucap Risma sambil menatap suaminya yang sedang mencuci tangan di wastafel. Risma ingin menanyakan perihal ibu mertuanya yang seperti habis menangis lama tadi, cuma ia ragu.

"Iya. Mas juga mau langsung berangkat lagi setelah ini," sahut Jaka menghampiri istrinya yang berdiri di ambang pintu dapur. Jaka lalu merangkul pundaknya, mengajaknya ke depan lagi karna pekerjaannya sudah selesai.

"Turunin tangannya, Mas. Malu sama Ibu!" rengak Risma, tangannya menurunkan tangan Jaka yang merangkul pundaknya, tapi dengan sengaja Jaka menggodanya dengan melakukan lagi dan lagi. Membuat Risma akhirnya pasrah dengan perlakuan suaminya itu. Jaka terkekeh melihat wajah istrinya yang cemberut.

Saat sampai ruang tengah Jaka menghentikan langkahnya. Ia sedikit mencengkeram bahu istrinya meminta berhenti lebih dulu. Sayup-sayup terdengar obrolan Ibu dengan Mas Joni. Rupanya dia sudah bangun.

"Itu baju-bajumu dicuci atau mau dilaundry? Sudah Ibu kumpulin di bak!" tanya Bu Dewi dengan suara lembut. Beda sekali jika bicara dengan Jaka atau Risma, kalau nggak memaki, mencela, ya ketus.

"Ya!" jawab Joni singkat.

"Ibu sumpek, Joni. Kamarmu berantakan, baju kotor di mana-mana, sampe baunya nggak karuan!" protes Bu Dewi dengan suara pelan, takut anaknya marah dan tersinggung.

"Kalau mau nggak berantakan ya dirapihin!" sahut Joni dingin.

"Kamu sudah dewasa, masa iya harus ibu yang beresin juga. Setidaknya kalau baju kotor ya taruh di belakang. Kalau hanya selimut yang berantakan ibu bisa maklum," ucap Bu Dewi dengan hati-hati.

"Jangan seolah-olah lupa jika aku seperti ini karna Ibu!" tekan Joni dengan menatap tajam ibunya.

Bu Dewi langsung terdiam dan menunduk. Matanya sudah berkaca-kaca. Joni adalah buah dari sikap keras kepalanya, tapi dia seolah tak sadar. Hanya meratapi anaknya yang makin hari semakin berubah.

Jaka meradang mendengar obrolan mereka dari ruang tengah. Tangan yang merangkul bahu sang istri tidak sengaja mencengkeram erat. Sedangkan tangan satunya sudah mengepal erat. Rahangnya mengeras, dadanya sudah naik turun menahan emosi yang menggelegak. Risma meringis, menahan sakit akibat cengkraman tangan suaminya.

"Mas, sabar!" bisik Risma. Ia menyadari, suaminya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Yang harus ia lakukan adalah meredam emosinya.

"Tolong, tangan kamu bisa diturunin nggak, sakit!" imbuhnya sambil meringis.

Jaka terkesiap, dia tidak sadar sudah mencengkeram kuat bahu istrinya.

"Maaf, sakit, ya!" sesal Jaka. Tangannya langsung ia turunkan dari bahu sang istri.

Jaka mengusap wajah kasar. Masih tak menyangka jika sang kakak bersikap demikian dengan Ibunya. Dia yang hampir setiap hari di maki tanpa sebab saja tidak sampai hati berucap tegas pada ibunya jika tidak terpaksa.

Jaka sudah hampir melangkahkan kakinya untuk menghampiri ibu dan kakaknya, tapi Risma segera mencekal lengannya. Risma menggeleng pelan saat Jaka menoleh dan menatap padanya. Ia menarik suaminya masuk ke dapur lagi. Khawatir jika obrolannya akan didengar ibu mertua dan kakak iparnya.

"Tenangin diri kamu dulu, Mas! Jangan bertindak gegabah!" lirih Risma menatap wajah suaminya yang masih dibalut amarah. Kedua tangannya masih memegang lengan Jaka.

"Tapi, Mas Joni sudah keterlaluan!" geram Jaka.

"Ssttt ... pelankan suaramu!" pinta Risma menempelkan jari telunjuknya pada bibir Jaka dan menatapnya serius.

"Aku tidak tau apa masalah yang sebenarnya terjadi. Tapi melihat Ibu juga Mas Joni, aku rasa bukan hal yang tepat jika menghadapi mereka dengan amarah juga emosi. Itu tidak akan menyelesaikan masalah tapi nambah masalah," papar Risma serius.

Jaka menghela napas kasar, dia bingung harus berbuat apa. Walau hampir setiap hari dia juga istrinya dimaki, dicela dengan alasan yang kadang tidak jelas oleh ibunya, tapi melihat ibunya diperlakukan seperti itu oleh kakaknya sendiri dia tidak terima. Baginya ibu tetaplah ibu, dengan segala baik dan buruknya.

"Mas, apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Risma serius.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 30

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 29

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 28

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 27

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 26

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak seka

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 25

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 25"Risma, ambil nasi, ikan bakarnya sudah mateng!" titah Pakde Burhan sembari berjalan masuk rumah dengan kedua tangan memegang piring berisi ikan bakar. Alika mengekor di belakangnya."Oalah, Pak ... tadi kan udah sarapan," sergah Bude Narti."Nggak apa, Bude. Kan habis perjalanan jauh, pasti laper lagi," ujar Risma menatap Bude Narti dengan seulas senyum lalu beranjak dari duduknya.Pakde Burhan duduk di tempatnya semula setelah meletakkan piring berisi ikan bakar buatannya. Aromanya memang menggugah selera."Itu, gimana ceritanya, ikan bisa gosong sebelah?" Bude Narti menunjuk ikan yang paling pinggir di piring."Itu bukan gosong, tapi kematengan," bela Pakde Burhan."Nek, aku mau makan lagi, ya, disuapin!" pinta Alika yang duduk dipangkuan Bu Dewi."Iya. Tadi emang belum makan?" tanya Bu Dewi sembari mengecup pucuk kepala cucunya."Udah, tapi laper lagi," jawab Alika, tangannya mengusap-usap perut sambil nyengir menatap neneknya.Bude Narti memperhatika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status