Share

Bab2

Author: Fizchanayla
last update Last Updated: 2023-07-04 11:59:51

ISTRI GLOWING SUAMI KELING 2

"Assalamualaikum!" Jaka mengucap salam, lalu duduk di teras rumah mencopot sepatu bututnya yang ia gunakan khusus untuk kerja.

Jam makan siang Jaka gunakan untuk pulang ke rumah. Alih-alih ikut temannya ke warung ia justru makan di rumah. Dari pada uangnya buat jajan di warung mending dikasih istrinya, makan di rumah juga lebih leluasa mau nambah pun tidak bayar lagi, begitu pikirnya. Jika tempat kerjanya jauh, ia akan memilih membawa bekal dari rumah. Risma-istrinya, memang pandai memasak. Bahan sederhanapun akan jadi makanan lezat di tangannya.

Dahi Jaka mengernyit karena tidak ada sahutan salam dari dalam rumah. Risma biasanya akan menunggunya pulang sambil merajut. Sedangkan Alika-putrinya biasanya sudah terlelap tidur siang. Jaka gegas memutar handle pintu, takut terjadi sesuatu dengan istrinya di dalam rumah.

Jaka menahan senyum saat melihat sang istri tercinta sedang merajut dompet di karpet ruang tamu dengan wajah masam. Tv menyala menontot Risma merajut, bukan Risma yang menonton tv sambil merajut. Tidak ada meja kursi apa lagi sofa empuk, karena mereka memang baru tiga bulan menempati rumah kontrakan itu. Hanya tv 14 inc yang jadi hiburan. Ini pasti gara-gara Ibu tadi pagi, entah apa lagi yang membuat mereka berseteru batinnya.

"Ada yang ucap salam kok diem aja?" tanya Jaka dengan tangan masih berpegang pada pintu.

Risma hanya melirik sekilas lalu melengos lagi. Melanjutkan kegiatannya merajut dompet, tidak terpengaruh dengan keberadaan suaminya itu.

Jaka menghela nafas pelan lalu melangkah menghampiri Risma, duduk selonjor di sampingnya. Tangan kanannya meraih repot tv dan mematikannya.

Risma menoleh, menatap wajah Jaka dengan sengit sambil menaikkan satu alisnya seolah bertanya, kenapa tv dimatikan.

"Hemat listrik!" ucap Jaka singkat dan menaruh remot tv di tempatnya semula.

Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut Risma. Ia memalingkan wajahnya lagi, menunduk dan fokus pada tangannya yang terampil dengan jarum dan benang rajut. Sebenarnya ia tak enak hati bersikap dingin dengan suaminya. Bagaimanapun sang suami tidak salah. Tapi hatinya masih sangat kesal karena ulah ibu mertuanya itu.

"Nanti cantiknya luntur loh, cemberut terus!" goda Jaka sambil menjawil dagu Risma.

"Apaan sih, Mas!" ketus Risma. Tiba-tiba saja matanya berembun, dan bulir hangat itu menerobos begitu saja.

"Hei, kok nangis? Mas cuma bercanda, Sayang!" ujar Jaka, tangannya terulur mengusap jejak air mata di pipi istrinya.

"Kenapa?" tanyanya lembut.

"Ibu mecahin krim wajah B Erl yang belum lama aku beli, Mas!" adu Risma pada akhirnya.

Selama ini ia jarang sekali mengadukan kelakuan ibu mertuanya itu pada sang suami. Risma tidak ingin cekcok dan ada salah paham jika sedikit-sedikit mengadukan kelakuan absudr mertuanya itu. Toh suaminya juga tau betul watak sang Ibu. Itu sebabnya Jaka tidak langsung percaya begitu saja ucapan Ibunya. Belajar dari pengalaman rumah tangga kakaknya yang hampir bercerai gara-gara kelakuan Ibunya. Setelah menikah Jaka lebih bijak dan hati-hati menanggapi setiap omongan Ibunya.

"Pagi-pagi udah teriak-teriak di teras, kirain aku Ibu kenapa. Pas aku samperin malah ngomel-ngomel nggak jelas. Aku mau nyautin juga bingung, tiba-tiba nepuk tangan aku yang lagi pegang krim, terus jatuh. Mas kan tau aku udah lama nabung buat beli krim itu, pake duit aku sendiri hasil dari ngerajut" papar Risma dengan wajah sendu.

"Yaudah, nanti Mas ganti!" ucap Jaka, tangannya merangkul pundak Risma, meletakkan kepalanya agar bersandar pada bahunya.

"Emang, Mas ada uangnya?" tanya Risma penasaran. Pandangannya lurus ke depan, menatap tv yang mati.

"Harganya kan lumayan," lanjutnya.

"Makanya doain biar rejeki Mas banyak. Lagian ngapain juga kamu keluar bawa-bawa krim segala," sahut Jaka.

"Aku lagi pake krim pas Ibu teriak. Panik, makanya reflek di bawa, kan lagi aku pegang."

Dahi Risma mengernyit, ia seperti mencium bau tak sedap. Hidungnya lalu mengendus-endus, mencari asal bau yang sangat menyengat itu.

"Mas ... bau kambing!" rengek Risma sambil menutup hidung.

Jaka tergelak melihat tingkah istrinya itu. "Masa dari tadi nempel-nempel baru sekarang bau kambingnya," goda Jaka dengan gelak tawa. Pipi Risma langsung merona.

"Yaudah, Mas mau mandi dulu terus makan!" ujar Jaka seraya bangkit dari duduknya lalu mengacak rambut Risma pelan.

Walaupun nanti akan kerja lagi dan kotor lagi, Jaka setiap pulang pasti mandi karena akan salat. Menghadap Allah harus bersih dan wangi, karena Dia-lah yang maha segalanya, yang memberi segala nikmat hidup ini, begitu pikir Jaka.

Selagi suaminya mandi, Risma menyiapkan untuk makan siang. Tumis daun pepaya campur teri, telur dadar, dan tempe goreng, tak lupa setoples kerupuk yang selalu menjadi teman makan. Ia meletakkannya di karpet ruang tengah sekaligus ruang makan, duduk lesehan.

***

Sore hari Risma akan merajut di teras rumah sambil menunggui Alika main. Gadis tiga tahun itu bermain sepeda roda tiga dengan temannya. Halaman samping rumah yang dikontrak Risma memang cukup luas. Sore hari anak-anak biasa main disitu. Depan rumah pun jalanan kampung yang cukup luas, juga tidak terlalu ramai lalu lalang kendaraan. Jadi aman untuk anak-anak bermain, meski tetap harus diawasi.

"Alika, jangan rebutan! Gantian pakai sepedanya, Nak!" teriak Risma dari tempatnya duduk saat melihat anak-anak itu mulai tebutan mainan.

"Iya, Ma!" sahut Alika, ia lalu meminjamkan sepedanya pada teman sebayanya itu.

"Ini, tapi sebentar aja, ya!" ucap Alika lalu beringsut turun dari sepedanya. Anak yang diberi pinjam hanya manggut-manggut sambil meringis memamerkan giginya yang geripis.

"Mbak Risma, sedang santai?"

Risma mendongak saat ada orang menyapanya. Ternyata Bu Ida, tetangga sebelah rumah samping kirinya, ia menggendong tenggok-wadah dari anyaman bambu yang ukurannya sebesar ember tapi lebih pendek. Tenggok itu penuh berisi sayuran.

"Ehh, Bu Ida, sini mampir," sahut Risma sambil melambaikan tangan. Bu Ida hanya tersenyum dan mengangguk.

"Habis panen, Bu?" tanya Risma saat Bu Ida menurunkan tenggoknya di bawah teras, orangnya sendiri duduk di pinggir teras.

"Iya, Mbak. Kacang panjang, kecipir, sama buncis, sayang kalau nggak dipanen, kalau ketuaan kurang enak dimasak," jawab Bu Ida sembari tangannya mengelap keringat di dahi dengan ujung kain jarik yang ia pakai untuk menggendong tenggok.

Mereka berbincang sambil sesekali tertawa mendengar celotehan Bu Ida. Wanita paruh baya itu hanya bedua saja dengan suaminya, dua anaknya sudah bekerja dan merantau semua. Biasanya tiga bulan sekali pulang menengok orang tuanya.

"Ini, aku bagi buat nyayur besok," ujar Bu Ida, tangannya mengambil sayur dari tenggok dan ia taruh di teras.

"Nggak usah, Bu. Lah aku nggak pernah nanem malah ikut panen terus," kekeh Risma.

"Rejeki nggak boleh nolak. Dijual juga nggak seberapa, itung-itung aku sambil sedekah. Nggak punya duit sedekah sayur juga jadi yang penting ikhlas," sahut Bu Ida.

"Alhamdulillah, aku terima ya, Bu!"

"Risma ... kamu itu kebangetan, kerjanya kalau nggak dandan ya ngerumpi. Lihat itu anak kamu, bentuknya udah nggak karuan!" Teriak Bu Dewi sambil berjalan ke rumah Risma.

Risma dan Bu Ida menoleh, keduanya memperhatikan Bu Dewi dengan alis bertaut. Heran.

Risma hanya menghela nafas kasar sambil menggigit bibir bawahnya. Walau tetangga sudah paham watak mertuanya itu, tetap saja ia malu jika ditegur di depan orang. Apa lagi tuduhannya belum tentu benar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 30

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 30Waktu terus bergulir begitu cepat. Tanpa terasa seminggu lagi acara pernikahan Joni. Kali ini Bu Dewi lebih antusias dari biasanya. Meski hanya sederhana tapi Bu Dewi mempersiapkan sebaik mungkin.Risma ikut senang dengan perubahan ibu mertuanya itu. Ya ... walau belum sepenuhnya, tapi ucapan pedasnya sudah turun level. Hampir setiap hari dia membantu apa saja yang bisa dilakukan. Seperti hari ini, Risma membantu membuat peyek kacang juga rebon untuk isi toples dan acara selametan."Itu bumbu buat peyeknya diulek yang halus, Ris!" titah Bu Dewi sambil memasukkan kue kering ke dalam toples."Ya, Bu.""Daun jeruknya jangan lupa iris tipis.""Iya." Risma hanya menjawab singkat tanpa menoleh karena sedang fokus pada ulekan."Santennya pakai kelapa tua, jangan pakai santan instan, kurang gurih nanti.""Ya.""Minyaknya pakai yang baru. Kamu ambil di lemari.""Iyaaa."

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 29

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 29"Ini cincin untuk kamu, Jon. Dan ini untuk Jaka." Bu Dewi menyerahkan cicin pernikahannya yang sudah sejak lama dia simpan. Masing-masing satu untuk Joni dan Jaka. Joni mendapatkan cincin Bu Dewi, sedangkan Jaka mendapat cicin mendiang bapaknya.Jaka dan Joni yang duduk bersisian saling pandang. Lalu menatap cicin yang berada di telapak tangan mereka. Belum begitu faham dengan maksud sang ibu memberikan cincin itu kepada mereka."Anggap saja itu bukti rasa tanggung jawabku sebagai ibu pada kalian. Gunakan untuk modal usaha, atau kalian berikan pada istri kalian. Terserah." Bu Dewi menghela napas berat sebelum melanjutkan ucapannya. "Ibu sadar selama ini tidak pernah membantu kalian sejak kalian memutuskan menikah, padahal anak lelaki itu milik ibunya. Harusnya ibu juga bertanggung jawab saat kalian dalam kesusahan dan masalah, tapi ibu malah menambah masalah."Bu Dewi menunduk tajam, tak sanggup untuk melihat anak-ana

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 28

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 28"Satu bulan lagi? Yang benar saja," protes Bu Dewi."Ibu ini aneh, kemarin-kemarin susah dimintai restu, marah-marah Mas Joni bawa Mbak Wulan ke rumah takut zina katanya. Giliran udah ngasih restu mau cepet-cepet nikah biar nggak timbul fitnah apalagi sampai zina diprotes juga. Heran deh," sahut Jaka yang duduk di bangku belakang bersama istrinya."Barangkali ada yang buat kamu kepikiran, Wi? Coba ngomong dari sekarang biar nggak jadi masalah nanti," ucap Bude Narti mencoba tak memojokkan adik iparnya itu, walaupun sedari tadi dia sendiri sudah mengelus dada melihat tingkahnya."Semua kan butuh persiapan, butuh biaya," balas Bu Dewi ketus."Nggak perlu khawatir soal uang." Joni yang fokus menyetir akhirnya menyahut."Aku sudah ada. Semua kebutuhan biar aku yang tanggung. Asal nggak menuruti gengsi dan ego Ibu insyaallah cukup. Yang penting sah dan selametan sederhana. Meski sederhana tapi nggak malu-

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 27

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 27Setelah salat magrib semua berkumpul di ruang tamu. Kecuali Bu Dewi yang sedari tadi masih belum keluar kamar. Aneka kue, juga jajanan pasar sudah ditata sedemikian rupa dalam beberapa wadah. Ditambah hiasan pita juga plastik parsel bening menambah cantik kue-kue itu.Risma sengaja mandi juga bersiap dari rumah mertuanya, agar tak bolak balik dan menghemat waktu. Sedangkan baju dan yang lainnya dibawakan Jaka setelah pulang kerja dan mampir kerumah dulu untuk mandi dan bersiap.Joni keluar lebih dulu untuk mengambil mobil yang akan digunakan untuk acara lamarannya. Sedangkan Pakde Burhan juga Bude Narti memilih menunggu di kursi teras. Alika sendiri tak pernah jauh dari kakeknya. Risma dan Jaka lebih memilih menunggu di ruang tamu."Pinjem mobil siapa, Jon?" tanya Pakde Burhan dari kursi teras, setelah Joni keluar dari mobil yang ia kendarai. Alika, duduk anteng dipangkuannya."Mobil temen, Pakde!" sahut Joni

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 26

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 26Akhirnya sepakat, lamaran dilakukan esok hari. Joni langsung menghubungi Wulan agar di sampaikan pada orang tuanya. Buah tangan pun cukup membeli saja di pasar agar tidak ribet. Walau Bu Dewi setengah hati, tapi tetap merestui.Jaka bisa kerja lebih dulu, karna acaranya jam tujuh malam. Risma pun bisa ke pasar dulu, juga menjait furing untuk tas pesanan pelanggannya. Sedangkan Joni memilih mengambil cuti."Wi, itu gula sampai meleleh di lemari, kamu beli dari kapan?" tanya Bude Narti yang tidak sengaja melihat isi lemari dapur adik iparnya, penuh dengan kebutuhan dapur."Ohh ..., itu dari Jaka. Dia kalau gajian suka beliin, katanya kalau ngasih duit nggak seberapa malu, jadi dibeliin keperluan rumah. Kadang sabun mandi, detergent, pasta gigi, kadang juga kue," terang Bu Dewi dari kursi meja makan.Bude Narti lalu melihat lihat aneka perabotan yang dikumpulkan Bu Dewi dari dia masih pengantin baru. Banyak seka

  • ISTRI GLOWING SUAMI KELING   Bab 25

    ISTRI GLOWING SUAMI KELING 25"Risma, ambil nasi, ikan bakarnya sudah mateng!" titah Pakde Burhan sembari berjalan masuk rumah dengan kedua tangan memegang piring berisi ikan bakar. Alika mengekor di belakangnya."Oalah, Pak ... tadi kan udah sarapan," sergah Bude Narti."Nggak apa, Bude. Kan habis perjalanan jauh, pasti laper lagi," ujar Risma menatap Bude Narti dengan seulas senyum lalu beranjak dari duduknya.Pakde Burhan duduk di tempatnya semula setelah meletakkan piring berisi ikan bakar buatannya. Aromanya memang menggugah selera."Itu, gimana ceritanya, ikan bisa gosong sebelah?" Bude Narti menunjuk ikan yang paling pinggir di piring."Itu bukan gosong, tapi kematengan," bela Pakde Burhan."Nek, aku mau makan lagi, ya, disuapin!" pinta Alika yang duduk dipangkuan Bu Dewi."Iya. Tadi emang belum makan?" tanya Bu Dewi sembari mengecup pucuk kepala cucunya."Udah, tapi laper lagi," jawab Alika, tangannya mengusap-usap perut sambil nyengir menatap neneknya.Bude Narti memperhatika

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status