Lima belas menit kemudian, Kepala pelayan dengan didampingi oleh beberapa pelayan, kini terlihat sedang mendorong meja, berisikan beberapa menu makanan dan juga ramuan yang sudah dipesan oleh Tuan Zuan untuk istrinya tadi.TokTokTokSuara ketukan tersebut terdengar dari arah luar kamarnya, segera Tuan Zu menyahutinya dari dalam."Masuklah!" sahut Tuan Zu dari dalam.Ceklek..Kepala pelayan dan dua pelayannya kini masuk dengan mendorong meja dorong tersebut, masuk kedalam kamar Tuan Zu."Permisi Tuan Zuan, saya mau mengantarkan menu makanan untuk Nyonya muda," ucap kepala pelayan tersebut kepada Tuan Zuan."Kau sudah memasak makanan yang sudah aku pesan tadi?" tanya Tuan Zu dengan tatapan penuh menelisik."Sudah Tuan, ini ada beberapa menu pilihan untuk Nyonya muda, semuanya saya buat untuk membantu memulihkan kondisi Nyonya muda agar lebih baik," jawab kepala pelayan tersebut.Tuan Zu lalu melihat semua makanan yang sudah dibuat oleh kepala pelayan tersebut. Tuan Zu lalu meminta selu
Tuan Zu tak hiraukan ketiga istrinya tadi. Dia terus melangkahkan kakinya menuju kamar adik tirinya, Arsen.Ceklek..Ketika pintu itu dibuka, tiba-tiba Arsen melayangkan pukulannya ke arah wajah kakak tirinya tersebut.Bugh...Seketika sudut bibir Tuan Zu langsung mengeluarkan darah.Tuan Zu menghapus darah dari sudut bibirnya, kemudian ia menatap wajah Arsen yang saat ini menatap wajahnya dengan tatapan penuh amarah."Itu untuk Aneisha," ucap Arsen menatap penuh kemarahan.Tak lama kemudian, Arsen melayangkan pukulannya ke arah wajah Tuan Zuan, dengan cepat Tuan Zu menangkap tangan Arsen."Jangan berani kau menyentuh atau memukulku, Arsen," ucap Tuan Zu dengan nada geram.Tuan Zu lalu melepaskan tangan Arsen dengan kasar.Tuan Zu kemudian masuk ke kamar Arsen dan mengunci pintunya.Ia kemudian mengambil minuman winenya dan menuangkan di dua gelas yang ada di mini bar yang ada di dalam kamar Arsen yang sangat luas itu.Tuan Zu lalu memberikan minuman itu kepada Arsen dan diapun menyen
Arsen berhasil membuat Tuan Zu semakin kesal, tapi dia masih bisa menahan kekesalannya karena Arsen hanya mengungkit sifat ketiga istrinya yang benar-benar terlihat matre, meminta sesuatu kepada Arsen."Kau tidak perlu mengungkit ketiga istriku, aku tau mereka itu sangat meterialistis, kau tidak perlu menyindirku dengan sifat yang mereka saat ini," kesal Tuan Zu menatap wajah Arsen.Arsen hanya tersenyum miring, dan kini duduk di depan kursi sofanya."Apalagi yang ingin kau ketahui tentang istrimu? Dia gadis lugu, cantik, sederhana, baik dan tidak meterialistis seperti ketiga istrimu," jawab Arsen dengan menatap oenih wajah Tuan Zu."Apa kau yakin, semua itu ada pada diri Ana? Bisakah kau menjelaskan kepadaku, sikap buruk Aneisha kepadaku? Tak ada manusia yang sempurna Arsen, kau juga harus memberitahukan kepadaku, tentang sikap buruk Aneisha kepadaku," sahut Tuan Zu dengan sikap santainya."Jika kau tidak yakin dengan apa yang aku katakan kepadaku, untuk apa kau bertanya kepadaku? Ka
Aneisha semakin gugup, tatkala ada Tuan Zu kini datang untuk menemui dirinya."Kau kenapa Ana? Tak berani menatap wajahku, apakah kau saat ini takut denganku?" tanya Tuan Zu dengan mengangkat dagu ana ke atas.Aneisha tak berani menatapnya, ia tundukkan kepalanya, dan hanya sesekali melirik ke arah wajah Tuan Zuan."A-aku, aku hanya ingin meminta ijin untuk ke taman, pengawal Tuan Zu tidak mengijinkan aku untuk keluar dari kamarku," jawabnya dengan tersenyum kecut.Tuan Zu tersenyum, dan meminta kedua pengawalnya pergi."Pergilah! Biarkan dia bersama denganku," titah Tuan Zu menatap nyalang ke arahnya.Kedua pengawal tersebut, menganggukkan kepalanya, lalu tak lama kemudian mereka pergi meninggalkan Tuan Zu dan Aneisha di sana."Mereka sudah pergi. Katakanlah, Kau mau kemana?" tanya Tuan Zu dengan menatap lekat wajah Aneisha."Aku mau menghirup udara segar, bolehkah aku ke sana sendiri saja?" tanya Aneisha dengan melirik ke arah Lilian, yang menatap wajahnya penuh dengan tatapan penuh
Aneisha menatap resah, tapi dia tau apa yang harus dia jawab saat ini, jangan sampai jawaban ini, akan menjadi boomerang bagi dirinya sendiri.Aneisha lalu menatap wajah Tuan Zu, yang saat ini sudah menatap wajahnya dengan tatapan elangnya.Sementara itu, ia menaruh attensinya ke arah wajah Arsen yang saat ini tengah menatap dirinya penuh dengan sebuah harapan akan cinta yang mereka miliki saat ini.Aneisha mulai bingung seketika, tapi dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tuan Zuan sudah mulai mengusik hatinya, iapun langsung memantaokan diri, untuk memberikan sebuah jawaban yang tak pernah dibayangkan oleh Arsen sebelumnya."Maafkan aku Arsen, kita memang pernah saling mencintai, dan pernah bersama, akan tetapi itu adalah bagian dari masa lalu kita. Takdir sialku, membawa aku dalam pernikahan yang memang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku disatukan dalam sebuah ikrar janji yang disaksikan oleh Tuhan. Maka dari itu, aku tak bisa menaruh cintaku kepadamu, meski ada yang sala
aneisha semakin kesal dengan Tuan Zu, ketika Tuan Zu semakin mengintimidasi dirinya saat ini.Aneisha tak mau mengungkapkan isi hatinya lagi. Ia tau bahwa percuma saja dia harus mengungkapkan isi hatinya, jika Tuan Zu selalu mengintimidasi dirinya, bahwa jawaban yang ia berikan harus benar-benar sesuai dengan apa kata hati Tuan Zu."Baguslah jika saat ini kau mengerti dengan apa yang aku katakan kepadamu, jangan pernah melakulan kesalahan Ana," ucap Tuan Zuan degan mengangkat dagu Aneisha dan mendekatkannya ke arah wajahnya.Aneisha seketika memalingkan wajahnya, entah mengapa pikirannya tentang Tuan Zuan, terkadang berubah-ubah saat ini.Terkadang dia menemukan sosok lelaki yang bisa membuat hatinya bergetar, terkadang dia menemukan sosok yang arogan dengan sikapnya yang penuh intimidasi.Aneisha hanya terdiam dan menundukkan kepalanya, ketika Tuan Zu mengatakan hal itu kepada Aneisha.Tuan Zu, lalu memeluk tubuh Aneisha dari belakang, merasakan aroma ceruk leher Aneisha."Ana.., ent
Setelah Tuan Zu melepaskan hasratnya, iapun segera pergi menuju ke kamar mandi dan langsung membersihkan tubuhnya.Sementara itu, terlihat Aneisha yang kini terbaring lemah, merasakan tubuhnya sudah tak memiliki tenaga, ketika Tuan Zu memberikan hukuman kepadanya saat ini."Ya Tuhan, tubuhku terasa sangat sakit saat ini, aku lelah dan aku sudah tak tahan lagi menerima semua hukuman yang Tuan Zu berikan kepadaku saat ini," gumam Aneisha dengan menutup wajahnya dengan kedua tangannya.Selang beberapa menit kemudian, Tuan Zu akhirnya keluar dari kamar mandi. Ia melilitkan handuk putihnya ke arah pinggangnya.Tuan Zu menatap wajah Aneisha yang saat ini terlihat murung, setelah Tuan Zu menjamah tubuhnya beberapa kali.Tuan Zu yang saat itu tengah menatap wajah Aneisha dengan tersenyum, membuat Aneisha semakin mual saat melihat tatapan Tuan Zu."Kau kenapa cemberut Ana? Apa kau tidak menikmati permainanku?" tanya Tuan Zu dengan menatap wajah Aneisha penuh menggoda.Aneisha menggenggam erat
Merasa akan disudutkan oleh Tuan Zu, seketika Lilian mulai mengelak dengan apa yang dituduhkan Aneisha kepada dirinya dan kepada kedua istrinya."Tidak Tuan Zu, itu sama sekali tidaklah benar, bagaimana mungkin kami berani menyakiti adik ke empat? Benarkan adik kedua? Adik ke tiga?" tanya Lilian dengan menatap kedua madunya dengan tatapan nyalang."I-iya Tuan Zu, apa yang dikatakan oleh kakak pertama memang benar," sahut Cellyn dengan nada tergugup."Iya Tuan Zu, bagaimana kami memperlakukan adik ke empat dengan kejam, mungkin adik ke empat memang sedang mencari perhatian kepada Tuan Zu," Jenny menimpali.Tuan Zu langsung melirik ke arah mereka bertiga secara bergantian, ia menatap wajah ketiga istrinya satu persatu. Tuan Zu sedikit merasakan keanehan pada wajah ketiga istrinya, ketika ia menatap satu persatu wajah mereka. Ia yakin jika ketiga istrinya saat ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya."Benarkah apa yang kalian katakan saat ini? Jadi menurut kalian, Ana hanya berbohong