Share

Bab 7

Heppy berjalan dengan langkah gontai dan mata yang malas sekali untuk dibuka, ia terlalu mengantuk pagi ini. Dinar mengikutinya dari belakang, takut jikalau Nyonya-nya itu terjatuh.

"Heppy," panggil Bella sambil berjalan cepat menghampirinya

Heppy menoleh, "Ada apa Kak?" tanyanya saat Bella sudah berada di depannya.

"Mau minum teh sambil mengobrol di tempatku?"

"Hoooaaammm... Heppy batreinya habis Kak, ngantuk banget ini. Niatnya pengen bobok lagi sebentar."

"Kau habis begadang semalam?"

"Lebih tepatnya tidak bisa tidur Kak."

"Ahh, kebetulan sekali. Kakak punya aroma terapi. Nanti biar Kakak minta pelayan untuk mengantarkannya ke tempatmu, biar kau bisa tidur dengan nyenyak."

"Terimakasih Kak. Hoaammm..." Heppy kembali menguap kemudian meregangkan ototnya, memcoba menyegarkan tubuhnya kembali di hadapan Bella.

"Lebih baik kau segera tidur jika mengantuk, karena nanti siang Nyonya besar akan datang berkunjung."

"Nyonya besar?" tanya Heppy tidak mengerti.

"Ibu mertua kita," jelas Bella.

"Hah? Benarkah?"

"Iya benar, sebaiknya kita segera mempersiapkan diri dari sekarang. Ya sudah, Kakak kembali dulu ya," pamit Bella sembari menepuk pelan pipi Heppy yang kini terpaku ditempat sebelum berbalik pergi kembali ke paviliunnya.

Heppy menoleh kearah Dinar, menariknya mendekat. "Dinar, seperti apa ibu mertuaku itu?" tanyanya pada Dinar.

"Yang benar saja? Kau tak tau sedikitpun tentang ibu mertuamu sendiri? Sebenarnya kau ini niat tidak sih menikah dengan Tuan Darrel?"

"Kau pikir aku menikah dengan beruang kutub itu dengan suka relarela seperti istrinya yang lain? Nggak ya!"

"Jadi kau terpaksa menikah?"

"Catat ya, bukan terpaksa, tapi dipaksa. Beda lo."

"Woaa.. Berarti Tuan Darrel yang ingin menikahimu?"

"Kenapa wajahmu terlihat terkejut seperti itu? Apa jangan-jangan ketiga istri Tuan Darrel menikah dengan suka rela?"

"Bagaimana ya, Nyonya Steffi menikah dengan Tuan Darrel karena perjodohan, Nyonya Bella menikah karena Tuan Darrel merasa kasihan akibat kecelakaan, sedangkan Nyonya Viona karena dia yang memaksa Tuan Darrel. Lalu kau? Sepertinya aku harus bersorak untukmu."

"Sebentar, tadi kau bilang Kak Bella menikah karena kecelakaan, apa maksudnya itu?"

"Tuan Darrel menikahi Nyonya Bella karena Nyonya Bella dilecehkan oleh paman Tuan Darrel dan hendak dibunuh. Tuan merasa kasihan karena Nyonya Bella juga sebatang kara lalu menikahinya."

"Ternyata nasib Kak Bella lebih malang dari pada diriku. Kau tahu, ini semua terjadi gara-gara Adi," keluh Heppy dengan kesal.

"Adi? Siapa itu? Apa dia kekasihmu?"

"Bukan, dia Ayahku," sahut Heppy sambil menatap Dinar.

"Astaga, durhaka sekali kau. Bukankah dia ayah kandungmu?"

"Iya dia Ayahku tapi malah menjualku pada predator kutub utara itu sebagai jaminan atas semua hutangnya. Aaarghhhh... Dinar... Aku ingin bebas dan keluar dari sini."

Dinar menepuk pelan pundak Heppy, "Sudahlah, kau terima saja nasibmu. Setidaknya kau bisa hidup dengan nyaman dan aman disini, tidak kekurangan apapun."

"Ah sudah lupakah, sebaiknya kau ceritakan saja seperti apa ibu mertuaku itu."

"Beliau adalah Nyonya Laras, ibu kandung Tuan Darrel, sedangkan ayah Tuan Darrel sudah meninggal karena sakit sejak Tuan Darrel masih kecil. Nyonya Laras memiliki dua putra, yaitu Tuan Darrel dan Tuan Devan. Tuan Devan masih sangat muda, sepertinya tidak beda jauh dari kita karena Tuan Darrel dan Tuan Devan terpaut umur yang cukup jauh."

"Lalu dimana Devan sekarang berada?"

"Tuan Devan sekarang menjadi CEO di salah satu perusahaan Tuan Darrel."

"Apakah dia tampan?"

"Ya dan masih bujangan."

Mata Heppy berbinar. "Wahh, seharusnya aku menikah saja dengannya."

"Dia bujang karena tidak ingin menikah. Tuan Devan memiliki banyak sekali wanita tapi tidak untuk dinikahinya."

"Aishh, ternyata sama saja."

"Sudah-sudah. Sebaiknya kau lekaslah tidur jika masih mengantuk. Ketika Nyonya besar datang kau tak akan mempunyai kesempatan untuk tidur karena kegiatan akan sangat banyak."

"Baiklah, tolong kau tutup tirainya."

Dinar menutup tirai kamar Heppy agar Nyonya-nya tidur dengan nyaman dan bergegas keluar setelah menutup pintunya.

---

"Heppy ayo bangun."

Heppy tak bergeming saat Dinar menggoyangkan tubuhnya.

"Heppy cepatlah bangun, Nyonya besar sudah hampir tiba."

"Lalu aku harus apa? Aku mengantuk dan masih ingin tidur." Bukannya bangun, Heppy malah menarik selimutnya hingga menutupi kepalanya.

"Astaga, bahkan ketiga Nyonya yang lain sudah bersiap sedari tadi, tapi kau malah asyik tidur. Ayo bangun."

"Kau pergilah Dinar, biarkan aku tidur sebentar lagi. Jangan ganggu."

Dinar hanya menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan tingkah Nyonya-nya yang pemalas itu. Dinar harus ekstra sabar mengahadapi Nyonya kecilnya yang bisa dibilang masih labil itu.

Brakkk!!

Dinar terkejut saat pintu kamar terbuka dengan kasar. Tidak lama kemudian Tuan Darrel bersama Reyhan membuat Dinar yang masih terkejut membelalakan kedua matanya.

Walaupun suara pintu yang dibuka paksa menimbulkan bunyi yang cukup keras tapi hal itu tidak lantas membuat tidur Heppy terganggu, ia masih saja tertidur dengan nyenyak di balik selimutnya.

"Apa dia tidak mau beranjak dari tempat tidurnya?" tanya Tuan Darrel.

"Maaf Tuan." Dinar sudah gemetar ketakutan di tempatnya, ia takut jika Tuan Darrel marah karena dia tidak becus mengurus Nyonya kecilnya.

"Kau keluarlah." Tuan Darrel mengibaskan tangannya meminta Dinar menyingkir. Mengambil alih tempat Dinar, Tuan Darrel mendekati ranjang dan duduk di sebelah Heppy yang masih tidur dengan selimut membungkus seluruh tubuhnya.

Dengan pelan Tuan Darrel membuka selimut yang menutupi kepala Heppy, kemudian menepuk pelan pipinya. Mencoba membangunkan Heppy.

"Eeghhhhh..."

Tuan Darrel kembali menepuk pipi Heppy, kali ini dengan sedikit keras.

"Apasih, minggir ah." Heppy menepis tangan Tuan Darrel.

Tidak lagi menepuk pipi, kali ini Tuan Darrel mencubit hidung Heppy hingga sang empunya kesulitan bernafas.

"Nggak bisa nafas anj..." Tuan Darrel segera menutup mulut Heppy, memotong umpatan yang hendak keluar dari mulut istri kecilnya itu.

Heppy yang sudah tersadar membulatkan kedua matanya begitu terkejut mendapati Tuan Darrel berada di dalam kamarnya. Menyadari itu ia segera mendekap erat selimutnya menutupi tubuhnya kembali karena saat tidur Heppy hanya memakai pakaian dalamnya saja.

Mengedarkan pandangannya mencari Dinar, ternyata asistennya itu sudah dibawa keluar oleh Reyhan. Meninggalkan Heppy hanya berdua saja dengan Tuan Darrel.

"Masih tidak ingin bangun?"

Heppy menatap kesal kearah Tuan Darrel yang mengganggu tidurnya.

"Cepat bangun, atau kau akan mendapat hukuman karena terlambat menemui ibukku."

"Aku tak ingin pergi."

"Tapi kau harus pergi."

"Memangnya kenapa jika aku tak ingin pergi. Keluarlah."

"Kau siapa berani memerintahku, disini aku Tuannya."

"Baiklah kalau kau tak keluar, aku yang akan keluar, bahkan kalau perlu keluar dari tempat ini sekalian." Heppy menantang dengan mendongakkan wajahnya.

"Tundukkan wajahmu setan kecil."

Bukannya menunduk, Heppy semakin mendongakkan wajahnya dan dengan berani menatap kedua mata Tuan Darrel. Keduanya saling bertatapan tanpa ada yang mau mengalah.

"Kau memang sangat berani."

"Tentu saja aku berani, apalagi dengan pria mesum sepertimu."

"Apa kau bilang?"

"Pria MESUM," Heppy menekankan kata mesum.

Dengan kesal Tuan Darrell menarik tengkuk Heppy dan mencium bibirnya. Heppy yang tadinya nampak berani seketika membeku tak berkutik.

Deg... Deg... Deg...

Suara degup jantung mereka saling berpacu. Heppy sama sekali tidak berontak. Masih terpaku dengan apa yang telah terjadi. Bibir mereka masih saling menempel dengan mata yang saling menatap.

"Aargghhhh!!! Beraninya kau!" geram Heppy setelah lebih dulu melepaskan tautan bibir mereka.

Mencoba menghapus bekas bibir Tuan Darrell dari bibirnya sendiri dengan punggung tangannya. "Ini ciuman pertamaku. Kau! Arghh!!" Heppy dengan murka menunjuk-nunjuk Tuan Darrell.

"Memangnya kenapa? Aku suami sahmu." Tuan Darrell menjawab dengan entengnya.

"Arghhhh!!!" Heppy bangkit dan memukul-mukul Tuan Darrell, tapi naasnya selimut yang ia gunakan untuk menutupi tubuhnya melorot.

Tuan Darrell yang melihat kejadian itu hanya tersenyum kecil. Nampak dengan jelas tubuh setengah telanjang Heppy yang hanya memakai bra dan celana dalam berwarna violet terpampang nyata di depannya. Warna yang cukup kontras dengan kulit putih Heppy membuat Tuan Darrell sejenak terpaku.

"Matamu ihh!" Heppy dengan cepat menutup mata Tuan Darrell dengan telapak tangannya yang kecil.

Melihat tingkah istri kecilnya mampu membuat Tuan Darrell yang terkenal dingin itu tertawa kecil.

Heppy mengambil selimutnya yang jatuh lalu dengan cepat ia gunakan untuk menyelimuti Tuan Darrell. Ia kemudian dengan cepat berlari masuk ke kamar mandi.

"Dinar, cepat kesini. Bantu aku mandi," teriak Heppy dari dalam kamar mandi.

Mendengar teriakan Heppy, Dinar dan Reyhan bergegas masuk ke dalam kamar. Dinar masuk ke dalam kamar mandi untuk membantu Heppy, sedangkan Reyhan membantu menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Tuan Darrell.

---

Heppy memakai dress berwarna pastel sederhana namun elegant, bergabung bersama Tuan Darrell dan ketiga madunya yang lain untuk menyambut kedatangan ibu mertuanya yang hampir tiba.

Ia berdiri di barisan paling belakang karena terlalu malas untuk beramah-tamah karena hari ini moodnya sedang tidak baik.

Mobil mewah terlihat memasuki gerbang dan berhenti di depan paviliun utama. Seorang pengawal membukakan pintu mobil, Nyonya besar turun dengan anggun dan elegant. Wajahnya masih terlihat cantik dan tubuhnya masih terlihat bugar meskipun usianya sudah menginjak enam puluh tahun.

"Selamat siang, Nyonya." Steffi menyambut dengan ramah.

"Steffi, kau makin cantik saja," puji Nyonya besar.

"Ma," sapa Tuan Darrell.

"Ah anak ini ya. Bisa-bisanya membiarkan Mamamu yang sudah tua ini yang harus mengunjungimu terlebih dulu."

"Darrell sudah menjadwalkan akan mengunjungi Mama lusa nanti."

"Itu terlalu lama, Mama sudah sangat merindukanmu."

Nyonya besar nampak berjalan mendekati para istri Tuan Darrell, memperhatikan mereka satu persatu.

"Bella, sepertinya kau jarang memperhatikan penampilanmu ya? Lihat ini, beberapa kerutan sudah mulai muncul di wajahmu," ucap Nyonya besar sambil menyentuh wajah Bella.

"Ah Viona, kau nampak lebih segar dari terakhir kita bertemu."

Setelah menepuk pundak Viona, Nyonya besar berlalu dan menghampiri Heppy. Memperhatikan dengan seksama melalui kaca matanya. Heppy hanya tersenyum dan mencoba untuk tetap terlihat tenang.

"Kau, siapa namamu?"

"Heppy, Nyonya."

Nyonya besar menatap Tuan Darrell, "Kau menikah lagi? Dia sepertinya masih sangat muda dan terlalu kecil untuk menjadi istrimu."

Heppy merasa menang saat Nyonya besar terlihat menyalahkan Tuan Darrell.

"Tapi tak masalah, wanita muda seperti dia justru biasanya lebih cepat memberikanku cucu."

Jedarr!!

Bagaikan diterbangkan tinggi lalu dijatuhkan. Cucu ya? Sepertinya Nyonya besar terlalu banyak berharap.

"Nyonya, mari masuk. Steffi akan seduhkan teh hangat untuk Nyonya." Steffi menghampiri Nyonya besar dan menuntunnya masuk.

Bella menepuk pundak Heppy dan tersenyum aneh sebelum menggandeng lengan Heppy, menyusul yang lainnya masuk ke paviliun.

Mereka semua kini berkumpul di meja makan. Heppy memilih duduk di kursi paling ujung, setidaknya disana dia merasa lebih nyaman karena tidak berdekatan dengan Tuan Darrell setelah kejadian tadi di kamarnya.

Heppy hanya menjadi pendengar saat Nyonya besar menceritakan keluh kesahnya.

"Darrell, Mamamu ini sudah tua. Kapan kau akan memberikan Mama cucu? Dan kau Steff, kau ini istri pertama, kenapa belum juga mengandung? Bukankah kau sudah berjanji pada Mama untuk segera memeberikan Mama cucu?"

"Ma, sudahlah. Jangan membahas hal ini terus."

"Jangan bahas kau bilang? Kau pikir berapa umurmu sekarang? Sudah melewati kepala tiga. Mama tidak mau tahu, pokoknya secepatnya kau harus memberikan Mama cucu. Kau ini memiliki banyak istri untuk apa jika tidak bisa memberikan Mama cucu?"

"Kau gadis kecil, kemarilah," perintah Nyonya besar pada Heppy yang nampak diam.

Heppy dengan ragu beranjak dari kursinya dan menghampiri Nyonya besar. Berdiri tepat di samping ibu mertuanya itu. Tidak disangka-sangka, Nyonya besar mengelus perut rata Heppy.

"Semoga lekas ada janin yang berkembang disini," ucap Nyonya besar yang membuat semua orang terkejut.

Kenapa harus Heppy? Heppy hanya mampu tersenyum kecut saat mendapati Steffi menatapnya dengan sinis.

Heppy menelan ludahnya, sudah pasti mulai saat ini Steffi akan mengawasi gerak-geriknya.

Ahh menyebalkan, kenapa anak sama ibu sama saja. Suka membuat hariku berat. Gerutu Heppy dalam hati.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status