Share

Bab 6

"Sedang apa aku disini? Ini tempatku pribadiku, seharusnya aku yang bertanya, sedang apa kau disini?"

Heppy menunduk takut, ia sungguh tidak tahu jika ini adalah perpustakaan pribadi milik Tuan Darrel, ia kira ini adalah perpustakaan umum.

"Ma... Maafkan sa...saya Tuan," ucap Heppy dengan terbata.

"Kau menyukainya?" tanya Tuan Darrel sambil menunjuk majalah dewasa yang di pegang Heppy dengan dagunya.

Heppy sontak menjatuhkan majalah itu. Namun yang menjadi perhatian Tuan Darrel sekarang bukanlah majalah itu, melainkan Heppy yang kini sedang berdiri gugup di depannya yang hanya memakai gaun malam tipis dan tampak menerawang.

Tuan Darrel menghela nafasnya panjang, "Sebaiknya kau segera pergi sebelum terjadi hal yang tak kan kau duga terjadi," ucap Tuan Darrel dengan suara serak di samping telinga Heppy.

Happy mengerjap saat merasakan nafas Tuan Darrel yang begitu dekat hingga tercium aroma mint yang membuat tengkuk Heppy meremang. Dan saat kedua mata bereka bertemu, Heppy bisa melihat jika mata Tuan Darrel menggelap. Dengan spontan Heppy menyilangkan kedua tangannya di dada.

Tidak habis pikir Heppy dibuatnya, jelas-jelas tadi Heppy melihat Tuan Darrel menolak Kak Jia yang sekali pandang saja sudah jelas lebih menggoda dan lebih seksi dari pada Heppy, bagaimana bisa dengan Heppy yang notabenya bertubuh kecil mungil ini bisa membuatnya berpikir mesum.

Melihat tingkah Heppy, Tuan Darrel justru menampilkan senyum iblisnya karena melihat pemandangan lain yang justru terpampang lebih jelas sekarang. Gaun malam pendek Heppy tertarik keatas saat Heppy bergerak hingga memperlihatkan kedua paha mulusnya.

Menyadari hal itu, Heppy langsung berdiri dari duduknya. Beringsut mundur dengan waspada. "Dinaaarrr awas saja kau nanti," Happy bergumam lirih dengan nada jengkel.

"Kau ingin mencoba merayuku istri kecilku? Ah sepertinya kau tak jauh berbeda dengan ketiga istriku yang lain." Tuan Darrel berbicara sambil melangkah pelan mendekati Heppy yang semakin beringsut mundur.

"Stop! Berhenti kau disana!" teriak Heppy saat tak bisa mundur lagi karena menabrak rak buku dibelakangnya.

"Kenapa? Bukankah kau ingin merayuku dan mendapatkan perhatianku?"

"Awasss!!" teriak Heppy dengan wajah terkejut sambil menunjuk kebelakang Tuan Darrel.

"Aku harus kembali ke tempatku, maaf sudah mengganggu waktu Anda, Tuan Darrel. Selamat malam." Saat Tuan Darrel menoleh kebelakang, kesempatan itu digunakan Heppy untuk kabur.

Grepp!!

Saat hendak membuka pintu, Tuan Darrel sudah lebih dulu mencekal lengan Heppy dan menariknya hingga Heppy berbalik dan masuk kedalam pelukan Tuan Darrel.

Wajah Heppy menempel di dada Tuan Darrel yang kekar dan keras. Membuat Heppy membeku seketika. Bahkan dengan jelas Heppy bisa melihat bulu dada Tuan Darrel juga mencium aroma aftershave yang membuat pipinya memerah.

Tuan Darrel memeluk Heppy dengan erat, namun tiba-tiba dengan berani telapak tangan Heppy mendorong wajah Tuan Darrel.

Tuan Darrel hanya diam menerima sikap kurang ajar dari istri kecilnya itu. "Singkirkan tangan kecilmu itu," ucap Tuan Darrel.

Dengan cepat Heppy menurunkan tangannya. Tuan Darrel menundukkan wajahnya mendekati wajah Heppy.

Heppy melotot dengan tajam. "Jangan macam-macam, aku pemegang sabuk hitam karate!" ucap Heppy dengan sombong dan begitu percaya diri.

Untung saja Tuan Darrel tidak terbawa emosi dengan kelakuan tengil dan kurang ajar Heppy. "Kau setan kecil, apa kau tak takut aku akan menghukummu?"

"Hukum? Tidak! Ayo hukum aku, bukankah aku istri yang kurang ajar dan keterlaluan. Apa Tuan tidak berniat menceraikanku?"

"Cerai kau bilang?"

"Ya, bukankah aku sudah kelewat batas dan bersikap buruk. Aku tidak pantas menjadi istrimu. Jadi ceraikan saja aku dan biarkan aku keluar dari sini."

"Kalau begitu bagaimana kalau kau mati saja? Lalu akan ku kirim jasadmu kembali ke rumah kedua orang tuamu."

"Hahhh, sebenarnya untuk apa sih Tuan mengoleksi istri banyak jika tidak mencintainya dan hanya mengurungnya di sini?"

"Aku memang tidak mencintai ketiga istriku."

"Hehh, apa kau lupa jika baru saja menikah. Empat ya." Heppy bersungut sambil menunjukkan keempat jarinya di depan wajah Tuan Darrel.

"Oh, kau juga ingin ku sebut sebagai istri?"

"Haishhh, lupakan deh. Jadi intinya kau berniat menceraikanku tidak?"

"Aku ini suamimu bukan temanmu, panggil aku Tuan."

"Aku ini istrimu, bukan babumu. Alasan apa aku harus memanggilmu Tuan?" tantang Heppy dengan berani sambil menatap Tuan Darrel tanpa takut. Sedangkan Tuan Darrel hanya mengerutkan keningnya, tidak menyangka jika istri barunya ini begitu berbeda dengan ketiga istrinya yang begitu memuja dirinya.

"Kau pergilah sebelum kesabaranku habis dan membakarmu hidup-hidup."

"Cihh suami macam apa kau ini. Bacaannya majalah dewasa tapi tak mau meniduri Kak Steffi, ibaratnya nih, beruang kutub yang menolak dikasih ikan."

"Beruang kutub tak hanya memangsa ikan, bisa saja dia kenyang memangsa pinguin."

"Astaga! Apakah kau salah satu kaum belok?"

"Sepertinya kau sangat tertarik dengan kehidupan seksualku. Apa kau ingin mencobanya?"

"Big No! Jangan macam-macam. Aku masih kecil!"

"Aku bahkan sudah menyukaimu sejak kau masih bayi."

Heppy termenung mendengarnya. "Hahaha, kau ini bisa saja. Aku bahkan baru pertama kali bertemu denganmu saat ijab kabul." Heppy tertawa seakan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Tuan Darrel membuka laci meja bacanya dan mengeluarkan selembar foto usang dan memberikannya pada Heppy. "Bukankah ini fotomu saat masih bayi?" tanya Tuan Darrel.

Heppy segera mengambil foto itu dan melihatnya dengan teliti. Tak lama kemudian tampak ia begitu terkejut. Disana tampak jelas seorang bayi perempuan dalam dekapan seorang laki-laki tua yang masih gagah.

"Ini kakekku," tunjuk Heppy pada foto laki-laki tua tadi.

"Sekarang kau percaya?"

"Huahahaha, jadi kau berhasrat pada bayi? Ini benar-benar lucu." Heppy kembali tertawa dengan sebelah tangan memegang perutnya dan sebelah tangannya lagi tanpa sadar memukul-mukul lengan Tuan Darrel.

"Kau bahkan sudah cantik sedari bayi," ucap Tuan Darrel sambil menangkap tangan Heppy dan menggenggamnya.

Kedua mata Heppy membola, ia begitu terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya. Bulu kudunya hingga merinding. "Kau pedofil?" pekik Heppy.

"Bukankah aku menikahimu saat kau sudah cukup umur untuk menjadi istri dan legal dimata negara. Bagaimana bisa kau menyebutnya pedofil?" Tuan Darrel tersenyum geli, tidak marah sedikitpun mendengar tuduhan Heppy.

Heppy segera melepaskan tangannya dari genggaman Tuan Darrel kemudian berlari keluar ruangan dengan terbirit-birit.

Tuan Darrel kembali tersenyum sinis dan menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir melihat tingkah istri kecilnya itu.

"Bukankah itu sudah sangat keterlaluan, Tuan?" Seorang pria muncul dari balik kegelapan. Dia adalah Reyhan, asisten pribadi Tuan Darrel.

"Kau awasi saja dia, jangan sampai dia terluka sedikitpun."

"Baik, Tuan."

---

"Hahh hahh, iyuwhh. Ini benar-benar menjijikkan. Dia memang laki-laki gila." Heppy masuk ke dalam kamarnya dengan nafas putus-putus. Duduk di kasurnya dan mengelap peluh yang membanjiri wajahnya.

"Heppy, dari mana saja kau? Aku mencarimu sedari tadi," tanya Dinar khawatir.

"Air, ambilkan aku minum."

Dinar bergegas mengambilkan segelas air dan memberikannya pada Heppy yang langsung diminumnya hingga habis.

"Kau habis olahraga malam?" tanya Dinar setelah kembali menerima gelas kosong dari Heppy.

"Semua ini salahmu."

"Ha? Dinar salah apa?"

"Kau, kenapa kau memakaikanku gaun tipis macam begini. Lihat saja ini, braku bahkan tercetak jelas," sungut Heppy dengan kesal.

"Gaun malammu semua seperti itu Heppy, apa kau baru sadar?" Dinar menjawab sambil tersenyum mendengar keluhan Heppy.

"Kenapa aku harus memakainya?"

"Tentu saja agar Tuan Darrel melihatmu."

Glekkk.

Heppy menelan ludahnya dengan kasar membayangkan apa yang baru saja terjadi bersama Tuan Darrel sebelum ini. "Jangan ngawur kamu, Kak Steffi yang sexy saja tak diliriknya, apalagi aku."

"Heppy, kau tau. Menurutku dari semua istri Tuan Darrel, kaulah yang paling cantik."

"Jiahahaha... Jujur nih ya, belum ada yang memujiku cantik."

"Itu karena mereka tak memperhatikanmu. Kau itu cantik dengan caramu sendiri."

Heppy hanya tersenyum mendengar Dinar yang selalu saja memujinya.

---

Malam berlalu, bangun lebih awal membuat Heppy begitu tak berselera dengan sarapannya.

Saat ini, nampak Heppy tengah duduk di depan meja makan bersama tiga madunya, menikmati sarapan pagi mereka. Tanpa komentar, Heppy ingin segera menyelesaikan sarapannya dan kembali tidur di kasurnya.

Tanpa pemberitahuan sebelumnya, tiba-tiba Tuan Darrel duduk dan bergabung di meja makan bersama keempat istrinya.

Steffi yang terkejut langsung memanggil pelayanan untuk melayani suami mereka.

"Tuan sarapan bersama kami, ini sangat jarang sekali," ucap Steffi girang.

"Apa tak boleh aku sarapan bersama istriku?" Tuan Darrel menyahut sambil melirik kearah Heppy yang terlihat mengantuk dan sesekali memejamkan matanya.

"Bukan seperti itu. Saya jadi tidak bisa melayani Tuan dengan baik," sesal Steffi.

"Sudahlah, lanjutkan sarapan kalian," titah Tuan Darrel sambil meraih sendoknya. Ia kembali melirik Heppy yang kini juga sedang menatapnya. Namun, sepertinya Heppy tidak peduli karena yang ia inginkan hanya segera melanjutkan tidurnya. Tidak memperhatikan jika sedari tadi Tuan Darrel yang terus mencuri pandang kearahnya.

Bella yang duduk di samping Heppy sepertinya menyadari gelagat Tuan Darrel pada Heppy. Menyadari tatapan Bella yang nampak curiga padanya, Tuan Darrel tersenyum kecil. Terlihat salah tingkah saat Bella yang notabene-nya adalah istri kedua memergokinya. Seperti seorang remaja yang ketahuan jatuh cinta oleh orangtuanya, Tuan Darrel yang biasanya dingin terlihat begitu hangat saat di dekat Heppy.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status