Share

Bab 3

Dua buah mobil berjalan beriringan dengan sebuah mobil mewah yang berada di depan. Di dalamnya, Heppy terlihat termenung menatap keluar kaca jendela. Entah sudah berapa jam ia berada di dalam mobil itu tapi belum ada tanda-tanda mobil akan berhenti.

Membelah perkebunan disebuah dataran tinggi yang Heppy tidak tau diamana tempatnya, yang jelas ia sudah berada jauh dari rumahnya. Ia sudah pasrah pada kehidupan yang akan ia jalani nanti.

Heppy sedikit menegakkan tubuhnya saat mobil yang ia tumpangi berjalan pelan memasuki jalanan yang kiri dan kanannya ditumbuhi pepohonan yang menjulang tinggi, berhenti sebentar kala sampai di depan pintu gerbang yang tak kalah tingginya. Benar-benar kawasan terpencil yang sepi penduduk, membuat Heppy bergidik ngeri.

Ia sedikit terkejut kala mobil memasuki gerbang dan melihat rumah yang sangat mewah di depan sana karena jaraknya dengan pintu gerbang terbilang cukup jauh. Benar-benar orang yang misterius, membangun rumah mewah di tengah-tengah perkebunan, batin Heppy membenarkan rumor yang beredar tentang sifat suaminya itu.

"Silahkan Nyonya," ucap salah satu pengawal yang membukakan pintu mobil untuk Heppy. "Mari," sambungnya seraya mengantarkan Heppy hingga depan pintu rumah yang telah dipenuhi beberapa maid yang sudah berbaris rapi.

Dengan sedikit canggung dan rasa takut, Heppy berjalan pelan karena di barisan paling depan berdiri tiga wanita cantik yang menatapnya dengan penuh intimidasi. 'Apakah mereka para istri pria tua itu?' batin Heppy berbisik.

"Jadi kau Heppy?" tanya salah satu wanita itu dengan tatapan yang ketara sekali tidak menyukai Heppy.

"Ya," jawab Heppy singkat lalu membungkuk memberi hormat. Berusaha tenang meski sangat terlihat jika nyalinya menciut dan tubuh bergetar.

Wanita itu kemudian memberinan kode kepada salah satu maid yang langsung maju mendekati Heppy. "Dia adalah asisten pribadimu yang bertugas mengurus semua keperluanmu nantinya," ucapnya kemudian setelah maid itu berdiri dibelakang Heppy.

"Saya Dinar, Nyonya. Asisten pribadi Nyonya mulai sekarang dan yang akan bertugas dan bertanggung jawab terhadap semua keperluan Nyonya. Ijinkan saya untuk memperkenalkan mereka kepada Nyonya?" Maid itu memperkenalkan diri dan meminta ijin yang di jawab anggukan oleh Heppy.

"Mereka adalah para istri Tuan Darrel yang lainnya. Nyonya Steffi istri pertama Tuan. Nyonya Bella istri kedua dan Nyonya Viona istri ketiga. Disini Nyonya Steffi lah yang bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan penghuni rumah ini selaku penanggung jawab rumah tangga. Beliau semua tinggal terpisah di paviliun masing-masing. Untuk Nyonya Heppy juga akan tinggal terpisah di Paviliun Rabu sesuai dengan jadwal kunjungan Tuan. Sekian penjelasan singkat dari saya, jika ada yang ingin Nyonya ketahui, jangan sungkan untuk bertanya pada saya," ucap maid itu menjelaskan lalu kembali undur diri dibelakang Heppy.

"Selain Dinar, mereka juga yang akan menjadi maid di paviliunmu. Jika kau ingin tetap selamat, patuhi semua peraturan yang ada." Steffi kembali berbicara sambil menunjuk beberapa maid yang lain sebelum kemudian pergi bersama kedua istri Tuan Darrel yang lain.

"Nyonya ingin berkeliling dulu atau langsung ke paviliun?" tanya maid pribadinya dengan sopan.

"Ke paviliun saja, aku lelah." Bagaimana tidak lelah, berada di dalam mobil entah berapa jam dengan masih memakai gaun pengantin yang menyusahkan juga riasan yang tebal, membuat Heppy sangat gerah.

Setelah berjalan beberapa saat, Heppy dan para mainya sampai di Paviliun Hari Rabu. Seperti yang asistennya bilang tadi jadi pria tua itu akan kesini tiap hari Rabu? Batin Heppy berbicara sendiri sambil mengamati interior paviliunnya.

"Seberapa kaya sih sebenernya pria tua itu?" bisik Heppy sambil berjalan menuju kamar yang ditunjukkan asistennya.

Baru juga Heppy merebahkan tubuhnya yang lelah, asistennya sudah kembali menghampiri. "Air hangatnya sudah siap Nyonya, silahkan anda mandi sebelum dingin," ucap asistennya.

"Hahh, aku lelaahhhh. Dan tolong jangan panggil aku Nyonya, aku punya nama. Heppy, panggil Heppy. Oke?"

"Sudah peraturannya seperti itu Nyonya, saya tidak berani."

"Terserah kau saja lah, aku capek ingin cepat istirahat." Heppy berdiri dengan malas dan berjalan ke kamar mandi.

"Kau mau apa lagi?" tanya Heppy yang bingung melihat asistennya ikut masuk ke dalam kamar mandi.

"Tentu saja membantu Nyonya mandi," jawabnya sambil membantu membuka gaun pengantin Heppy.

"Ehh nggak usah, aku bisa sendiri. Sana keluar," tolak Heppy sambil menahan gaunnya yang hendak di bukakan oleh asistennya.

"Itu sudah tugas saya Nyonya, saya tidak berani melanggar peraturan,"

"Nggak nggak, aku nggak mau. Aku tak kan membiarkanmu melihatku telanjang," pekik Heppy masih dengan erat mempertahankan gaunnya.

"Atau Nyonya mau saya panggilkan maid yang lain?" tawar asistennya.

"Jangan, cukup kau saja yang membuatku bertambah pusing. Sekarang berbaliklah."

"Tapi Nyonya."

"Berbaliklah," potong Heppy cepat sambil memutar tubuh asistennya membelakangi dirinya.

Dengan cepat ia membuka gaunnya sendiri dan cepat-cepat masuk ke dalam bathup yang sudah penuh dengan busa, merendam seluruh tubuhnya agar tak terlihat oleh asistennya itu.

Menyadari Nyonyanya sudah berendam ke dalam air, ia segera berbalik dan menghampirinya. Membantu menyabuni tubuh Heppy, memijat pundak, dan kepalanya saat keramas.

"Kau tadi, siapa namamu?" tanya Heppy saat asistennya masih memijitnya. Heppy mulai nyaman dan menikmati pelayanan asistennya itu.

"Saya Dinar, Nyonya."

"Umur?"

"21 tahun Nyonya."

"Wahh benarkah? Kau lebih tua dariku tapi wajahmu masih sangat imut. Aku baru 18 tahun. Jadi kau tidak perlu memanggilku Nyonya, panggil Heppy aja. Oke?"

"Saya tidak berani Nyonya, saya masih membutuhkan pekerjaan ini," tolak asistennya dengan halus.

"Aishhh, kau ini," desis Heppy sebal mendengar jawaban asistennya.

"Jadi Tuanmu itu seperti apa sih orangnya?"

"Tuan Darrel maksud Nyonya?"

"Iya, memangnya Tuanmu ada berapa?" ketus Heppy berusaha sabar.

"Tuan Darrel itu orangnya sangat tegas dan tidak suka disinggung atau semacamnya, jika sedikit saya Nyonya menyinggungnya, Nyonya bisa mendapatkan hukuman."

"Hukuman? Boleh juga tuh, siapa tau bisa cerai, haha," tawa Heppy saat membayangkan dirinya masih mempunyai kesempatan untuk terbebas dari pernikahan terkutuk ini.

"Bukan seperti itu Nyonya, Tuan tidak pernah menceraikan istri-istrinya. Kalaupun ada yang ingin keluar dari sini, Tuan tidak akan membiarkan mereka keluar dengan selamat."

"Benarkah?" tanya Heppy terkejut.

"Astaga mulutku. Maafkan saya Nyonya, tidak seharusnya saya berbicara hal buruk pada Nyonya. Saya bersedia dihukum Nyonya," sesal Dinar sambil sesekali menampar mulutnya sendiri.

"Aku tidak sejahat itu Dinar. Sudah hentikan," sahut Heppy cepat sambil menghentikan Dinar yang akan kembali menampar mulutnya.

Saya mohon jangan di ambil hati dan dijadikan beban pikiran apa yang saya katakan barusan Nyonya," pinta Dinar memohon.

"Iya iya, kau santai saja denganku," jawab Heppy sambil menepuk pundak Dinar.

Selesai dengan ritual mandinya, Heppy dengan pasrah dijadikan seperti boneka oleh Dinar dan maidnya yang lain. Mulai dari berpakaian, berdandan, mengeringkan dan menyisir rambut hingga yang lainya semua mereka yang mengurus. Heppy tinggal berdiam diri semua sudah beres.

"Sebentar lagi jam makan malam, Nyonya harus segera bersiap bersama para istri yang lain untuk menuju ruang makan sebelum Tuan datang." Dinar memberitahu.

"Apa?" Heppy lemas seketika membayangkan ia harus menikmati makan malam bersama Pak Tua itu dan para madunya yang lain.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status