FAZER LOGINPelayan yang di kirim oleh selir pertama, bersujud di hadapan Shen Jin dengan tubuh yang gemetar bahkan terlihat juga keringat dingin di dahi pelayan paruh baya itu.
Dirinya terlalau bodoh dan menganggap remeh Shen Jin yang dirinya pikir adalah wanita yang mudah di tindas. dia masih tidak percaya dengan rumor yang beredar yang mengatakan Putri dari kerajaan Ruyi adalah wanita bodoh, jelek dan gila. Tapi, setelah berhadapan langsung dengan Shen Jin sungguh bertolak belakang dengna rumor yang di dengarnya.
Mengingat kebodohannya hari ini yang di buatnya, tubuhnya semakin gemetar hebat.
"Yang Mulia permaisuri, mohon ampuni hamba. Hamba terpaksa melakukannya," lirih pelayan paruh baya itu yang masih terus bersujud. Bagi Shen Jin, pertunjukan dalam konflik antara pelayan dari selir lain dan isrti dari Kaisar sering ia jumpai dalam drama-drama yang sering dia tonton.
"Hm. peran seperti ini sudah sering aku melihatnya di drama yang aku tonton. Setelah mereka gagal dalam misi yang sudah di rencanakan, pasti akan merencanakana hal licik lainnya," gumam Shen Jin dalam hati. Kemudian, terlintas sebuah ide menjadikan pelayan wanita paruh baya itu sebagai mata-mata.
"Baiklah, aku akan mengampunimu tapi dengan satu syarat. Mulai dari sekarang kau harus berada di pihakku dan menjadi mata-mata bagi setiap selir. Aku pastikan hidupmu akan terbebas dari hukuman Sang Kaisar dan bahkan lebih terjamin di banding dengan mengikuti selirmu itu?" pelayan wanita itu mendongak melihat ke arah Shen Jin yang sedang duduk santai.
Pelayan wanita paruh baya tersebut mentap geram Shen Jin.
"dasar wanita licik, sampai mati pun aku tida akan berkhianat pada Tuanku," umpatnya dalam hati.
"Jangan mengumpat seperti itu, aku tahu apa yang ada di dalam pikiran dan hatimu itu," ucapnya terus terang. pelyan itu membungkukkan kembali kepalnya engan cepat.
"Hamba tidak berani, Yang Mulia!"
"Dasar wanita ular, kau pikir aku tidak tahu apa yang ada dalam isi otakmu?" geramnya. Kemudian, terdengar suara langkah kaki dari luar. dari kejaihan Shen Jin bisa mengenali suara langkah kaki yang terdengar tegas dan berwibawa.
"Wah, sepertinya kaisar sudah kembali?" Shen Jin sengaja menekan kata 'Kaisar' untuk membuktikan kalau ancaman Shen Jin tidaklah main-main.
Dalam keadaan masih bersujud, Kaisar Bai Li Yuan yang datang bersama dengan pangeran Liu Jun serta Yuyien yang membawa makana karena makan malam yang siao di sajikan, terkejut ketika melihat ada seorang pelayan yang sangat di kenalnya tengah bersujud di hadapan Shen Jin.
Tanpa mengatakan apapun, Kaisar Yuan melangkah masuk di ikuti Yuyien di belakangnya, sementra pangeran Liu jun lebih memilih menunggu di luar.
Kaisar Yuan nmelirik pelayan itu melaui ujung matanya dan detik kemudian kembali memandang Shen Jin. Dia terus berjalan ke arah Shen Jin seraya menampilkan senyum menawannya.
"Apa tejadi sesuatu?" tanyanya seraya mendudukan bokonnya di kursi yang empuk.
"Seperti yang kau lihat, belum sehari aku tinggal disini tapi sudah ada yang mencari masalah denganku. Sungguh menyebalkan," jawabnya. Raut wajah Shen Jin terlihat sangat jenuh dan itu membuat Kaisar Bai Li Yuan menjadi tidak senang. Pelayan iyu semakin gemetar mendengar ucapan Shen Jin.
" Apa yang dia laukan hingga membuatmu marah seperti ini?' Kaisar Yuan membelai lembut pucuk kepala Shen Jin. Namun, tanpa di duga Shen Jin malah menepis kasar tangan Kaisar.
"Jangan menyentuhku! Pasti tannganmu itu sudah menyentuh selir-selirmu yang lain buka?" uacp Shen Ji dengan nada ketus. Sikap Shen jin itu membuat yang lainnya menatap horor. Yuyien yang berdiri di samping Kaisar, meraskan lehernya tercekat dan tiba-tiba pasokan oksigen di paru-parunya terasa menipis.
"Ya ampun Tuan Putri, apa yang Anda lakukan?" gumamnya dalam hati. raut wajah Shen Jin terlihat sangat tegang dan ketakutan.
pasalnya, baru kali ini ada yang berani bersikap kurang sopan terhadap Kaisar. Yuyien sungguh mengkawatirkan Shen Jin terkena amukan Sang Kaisar yang terkenal dengan kekejamannya dan tanpa memandang siapa orang tersebut.
tetapi. apa yang mereka takuti di luar pemikiran. Kaisar mencekal tengkuk leher Shen Jin dan langsunng menyatukan bibirnya dengan bibir Shen Jin.
Semua orang terkejut melihat adegan romantis tersebut, detik kemudian mereka menundukkan kepala tidak berani meliaht lebih lama adegan tersebut atau mata mereka akan di congkel hari itu juga.
Shen Jin membelakan mata dam reflek saja tangannya malah mmeremas baju Kaisar. sejenk, Shen Jin terbuai dengan permainan bibir Kaisar Yuan. Detik kemudian, Shen Jin memberontak dan mencoba mendorong tubuh Kaisar Yuan sekuat tenaga. tetapi Kaisar Yuan malah semakin memperdalam pagutannya sehingga Shen Jin terpaksa menggigit kecil bibir Kaisar Yuan. Dan itu membuat Kaisar Yuan sedikit tersentak dan langsung melepaskan pagutannya.
"Dasar tidak tahu malu, apa kau tidak lihat masih banyak orang di sini? Kau sepertinya berniat membunuhku secara perlahan sampai aku hampir kehilangan pasokan oksigen ku," ocehnya.
"Apa jika tidak ada orang, kita bisa melakukannya?" Shen Jin menepuk jidatnya karena melontarkan pertanyaan yang salah.
"Dalam mimpimu!" Shen Jin langsung beranjak dari duduknya, namun langsung di hentikan oleh Kaisar. Tangannya langsung di genggam dan menariknya hingga terduduk di pangkuan sang Kaisar.
"Kau, lepaskan aku," desisnya. Shen menatap nyalang Kaisar Yuan, namu Kaisar malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Diamlah atau kau akan mebangunkan singa yang sedang tertidur," bisiknya. Shen Jin pun tidak lagi memberontak dan lebih memiloh untuk diam. setelah Shen Jin diam, Kaisar Bai Li Yuan menatap dingin pelayan yang masih bersimpuh dan mulai mengitrogasinya.
"Apa yang kau lakukan hingga membuat istriku marah seperti ini?" tanyanya pada pelayan wanita paruh baya itu dengan nada dingin.
Pelayan selir pertam itu semakin gemetar mendapat pertanyaan dari Kaisar Bia Li Yuan. Lidahnya terasa kelu dan tenggorokannya mendadak kering. Kaisar Bai Li Yuan mentap tajam karena tidak mendapat jawaban dari pelayan itu.
"Sepertinya nyawamu sudah tidak berati lagi. Baiklah, jika itu yang memang kau inginkan." pelayan itu langsung mendongak, raut wajah pelayan itu sudah terlihst sangat pucat. "Liu Jun, penggal kepanya lalu gantung di tengah tanah lapang dan tubuhnya berikan pada peliharaanku," sambungnya. Mendengar namanya di panggil, Pangeran Liu Jun yang sama kejamnya dengan Kaisar Bai Li Yuan masuk seraya memgang pedang yang sudah terlepas dari sarungnnya.
Sedangkan Shen Jin yang duduk dipangkuan Kaisar langsung menatap Kaisar dengan ekspresi terkejut.
"Yang Mulia, mohon ampuni hamba," jerit pelayan wanita itu dengan histeris. Liu Jun berjalan ke arah pelaya itu. kini nyawanya sudah berada di ujung tanduk. liu Jun berdiri di belakang pelyang paru baya itu dan siap menebas kepalnya. da mulai mengayunkan pedangnya, Shen Jin menatap panik, saat jarak pedang tersebut hampir menyentuh lehernya, Shen Jin berteriak dan memintanya berhenti.
"BERHENTI!" Pangeran Liu Jun langsung menhan gerakannya dan mentap Shen Jin. " Yang Mulia, apa nyawa mereka itu segitu tidak berarti di matamu? Kenapa tidak memberikan hukuman tanpa harus menghilangkan nyawa? Ya, aku tahu perbuatannya ini memang terbilang sedikit kejam dengan cara memberikan suplemen yang sudah di campur oleh ramuan pencegah kandungan. tapi, untung saja aku sudah terbiasa dalam hal medis dan mengenal obat-obatan, jadi aku tahu kandungan kimia yang berbahaya dalam sup itu." Shen Jin menjelaskan secara terperinci. namun, tanpa dia sadari perkataannya tersebut malah akan membuka jati dirinya sendiri.
Kaisar Bai Li Yuan, mengepal sebelah tangannya. tiba-tiba saja suhu di ruangan itu turun drastis, Yuyien bergidik ngeri merasakan aura membunuh yang terpancar dari tubuh Kaisar Bai Li Yuan.
“Menurutmu, dia tidak beruntung?” suara ibu mertuanya terdengar pelan namun penuh makna, seperti menyimpan serpihan kenangan yang tak mudah dilupakan. “Tapi menurut ibu, dia adalah wanita paling beruntung di dunia ini. Meskipun awalnya tidak ada cinta di antara mereka berdua, takdir membawanya pada sesuatu yang lebih besar.”Shen Jin mengernyit, matanya menyipit seolah mencoba menafsirkan maksud di balik kata-kata itu. Ia lalu bertanya dengan nada penasaran, “Bagaimana bisa beruntung? Bukankah raja dan nona saudagar itu menikah? Lalu, di mana letak keberuntungan sang putri?”Ibu mertuanya menghela napas panjang, seakan mengumpulkan kembali potongan-potongan masa lalu yang berserakan. “Benar, mereka sempat menikah. Tapi hanya beberapa bulan setelah pernikahan itu, Nona saudagar tertangkap basah berselingkuh dengan pria lain. Sang raja murka, namun tidak menceraikannya. Ia hanya menjatuhkan hukuman kurungan di Istana Dingin—tempat yang sunyi, dingin, dan jauh dari kemewahan istana utama
Di Istana Kuning yang harum oleh aroma kue bunga plum dan cookies hangat, Shen Jin berdiri di dekat jendela, menata hasil panggangannya dengan senyum kecil. Baru saja ia hendak mengambil nampan kedua, tiba-tiba sepasang lengan hangat melingkari pinggangnya dari belakang.Shen Jin terkejut, tubuhnya menegang. Ia menoleh cepat ke samping—dan sebelum sempat berkata apa-apa, bibirnya sudah disambar oleh ciuman kilat dari Kaisar Yuan.Ciuman itu singkat, tapi cukup membuat jantung Shen Jin berdebar tak karuan.Shen Jin terbelalak. “Yua'er kueku hampir jatuh!”Kaisar Yuan tersenyum nakal, masih memeluknya. “Biarkan saja. Aku lebih tertarik pada yang manis di depanku.”Shen Jin memalingkan wajah, pipinya memerah. “Kalau begitu, jangan salahkan aku kalau cookies-nya gosong.”Kaisar Yuan mendekat lagi, suaranya rendah. “Kalau gosong, kita buat lagi. Tapi kalau kamu kabur... aku tak bisa membuat Shen Jin kedua.”Shen Jin mendengus pelan, tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. “Mulutmu lebih
kediaman Jenderal Tian Ming, suasana pagi di paviliun selatan tampak tenang seperti biasa. Angin berhembus pelan, membawa aroma bunga plum yang mulai mekar di halaman. Namun ketenangan itu tak bertahan lama.Ye Jinjing, calon selir sang jenderal, berdiri di balik tiang tempat tinggal Xiu Jie. Matanya menatap tajam melalui celah kayu, tempat Xiu Jie sedang berbincang akrab dengan Permaisuri Shen Jin. Tawa mereka terdengar ringan, sesekali diselingi lirikan penuh makna yang membuat dada Jinjing terasa sesak.Udara pagi masih dingin, embun belum sepenuhnya menguap dari dedaunan. Ia melangkah pelan di lorong taman istana, hanya berniat menghirup udara segar sebelum matahari naik sepenuhnya. Tapi langkahnya terhenti begitu melihat dua sosok di bawah pohon plum—tertawa pelan, bahu bersentuhan, mata saling menatap seolah dunia hanya milik mereka.Wajahnya menegang. Matanya menyipit, menahan rasa yang tak bisa ia sebutkan. Jemarinya mengepal pelan di balik lengan jubah sutranya. "Aku harus
Shen Jin berdiri mematung, matanya menatap Xiu Jie dengan sorot penuh tanda tanya. Tatapan itu tajam, dingin, dan membuat Xiu Jie merasa tak nyaman. Ia menggeliat pelan, bulu kuduknya merinding.Xiu Jie mencoba tersenyum, tapi gugupnya tak bisa disembunyikan. "Yang Mulia Permaisuri... kenapa Anda menatapku seperti itu?" tanyanya pelan, suaranya nyaris bergetar.Shen Jin melangkah mendekat, ekspresinya serius. "Berapa nomor ponselku?" tanyanya tiba-tiba. Xiu Jie mengerjap. "Eh... 852-xxxx-xxxx," jawabnya spontan."Alamat rumahku?" "Jalan Anggrek No. 17, Paviliun Selatan.""Rumah sakit tempatku bekerja?" "RS Qinglong, lantai tiga, bagian neurologi."Shen Jin terdiam sejenak. Lalu— "Aaaaaaa! Kau benar-benar Xiu Jie-ku!" teriaknya sambil memeluk Xiu Jie dengan heboh.Xiu Jie terlonjak, matanya membelalak. "A-apa?!"Dari luar ruangan, suara langkah cepat terdengar. Kaisar Jinyulong masuk dengan wajah panik. "Ibunda! Ada apa? Apa terjadi sesuatu?" katanya sambil menatap ke
Langkah Xiu Jie baru saja menjejak halaman depan kediaman Jenderal Tian Ming ketika suara langkah berat dan cepat terdengar dari arah dalam. Ia menoleh, dan benar saja—Jenderal Tian Ming muncul dengan wajah tegang dan sorot mata tajam. "XIU JIE!" seru sang jenderal, suaranya menggema di antara tiang-tiang batu gerbang. Xiu Jie langsung berhenti. Ia menarik napas panjang, lalu menghela dengan malas. Matanya berputar pelan, seolah sudah tahu akan ada omelan panjang. Jenderal Tian Ming mendekat dengan langkah lebar, napasnya sedikit memburu. "Dari mana saja kau?" tanyanya tajam. "Begini caramu bersikap saat aku di medan perang?" Xiu Jie menatapnya datar. "Aku cuma keluar sebentar." "Sebentar?" Jenderal Tian Ming mengangkat alis, nadanya makin tinggi. "Baru satu malam aku tak pulang, kau sudah berani keluyuran. Apa kau pikir rumah ini bebas aturan?" Xiu Jie mengangkat bahu, setengah malas. "Aku pikir... rumah ini butuh udara segar." Jenderal Tian Ming mengerutkan kening, mena
Xiu Jie membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tapi ia berusaha menyapu seluruh ruangan dengan tatapan lemah. Dinding kayu, aroma herbal, dan cahaya redup dari lentera membuatnya sadar bahwa ia masih hidup—meski nyaris tidak.Di sampingnya, seseorang tertidur dengan kepala bersandar di tepi ranjang. Xiu Jie menggerakkan kepalanya pelan, menatap wajah itu.Dasar Kaisar sialan... gumamnya dalam hati, kau hampir saja membuatku mati untuk kedua kalinya.Belum sempat ia mencerna semuanya, pintu terbuka. Shen Jin masuk dengan langkah cepat, membawa sebuah kotak obat berdesain ala modern. Itu terlalu mustahil di jama kuno seperti ini. "Senior!" serunya tiba-tiba, suaranya terdengar lebih kuat dari sebelumnya.Shen Jin terhenti. Matanya membelalak, seolah suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama terkubur.Xiu Jie bangkit dari ranjang, entah dari mana datangnya tenaga itu. Ia melompat ringan dan berdiri di hadapan Shen Jin."Senior! Benar ini Anda, kan?" tanyanya dengan ma







