Share

bab 3

Ayana menggeleng, saat mendengar tuduhan yang Kakaknya tujukan ke padanya, Ayana menjelaskan agar Kakaknya tidak salah paham ke padanya.

"Aku tidak melakukan hal seperti apa yang Kak Nina tuduhkan, lagi pula, ini hanya makanan yang tidak kami makan saat di restoran tadi, dan juga Kak Bryan tidak merasa keberatan." Ayana membela dirinya.

Nina yang mendengarnya, hanya menatapnya dengan acuh, kemudian mengambil paksa, bungkusan yang ada di tangan Ayana dan membukanya.

"Bukannya kau mengatakan, jika kau makan di restoran bersama Bryan! Kenapa hanya ini saja yang kau bawa pulang, Ayana! mana yang lainnya? Apa kau tahu, berapa banyak anak-anak yang ada di panti Ayana? Makanan ini tidak akan cukup untuk anak-anak bagi!" Cercanya dengan nada marah, seraya menunjukkan isi bungkusan makanan, hanya berupa tiga menu.

Nina yang masih merasa cemburu, ke pada adiknya, karena berani jalan berdua bersama Bryan, membuatnya hanya ingin melampiaskan amarahnya.

"Ayana, apa kau tahu jika aku menyukai Bryan?" Nina mengakui perasaanya untuk Bryan, kepada Ayana. Dengan melipat kedua tangannya di depan dada., membuat Ayana yang mendengarnya, mengangkat wajahnya terkejut, menatap Kakaknya.

"A... apa maksud Kakak?" Ayana terkejut saat mendengar penuturan Kakaknya. Tidak mungkin jika Kakaknya juga menyukai Bryan. Terutama saat ini Kakaknya telah memiliki kekasih.

"Apa kau tidak mendengar, apa yang baru saja Kakak katakan! Kakak menyukai Bryan, dan Kakak tidak ingin kau dekat dengan Bryan!" Nina berteriak marah, memperingati Ayana.

"Tetapi aku juga menyukai Kak Bryan, Kak. Dan sepertinya Kak Bryan juga menyukaiku, sehingga Kakak tidak memiliki hak, menghalangiku yang ingin dekat dengan Kak Bryan."

"Apa kamu pikir kamu pantas Ayana? lihat saja penampilanmu yang lusuh itu, tidak seperti diriku yang cantik dan lebih pantas bersanding dengan Bryan."

Ayana mengakui, tubuh Nina memang seperti seorang model, tetapi Ayana tidak peduli, selama Btryan jug memiliki perasaan yng sma seperti dirinya Ayana tidak peduli ancman Nina kepadanya

"Aku tidak peduli Kak, selama Kak Bryan menyukaiku, aku tidak perduli dengan yang lainnya."

"Tidak bisa! Kamu tidak boleh dekat dengan Bryan Ayana, jika kamu masih mencoba untuk mendekati Bryan, lihat saja apa yang akan aku lakukan kepada mu, Ayana.

"Aku tidak peduli Kak, pokoknya aku tidak akan pernah menjauhi Kak Bryan, selama bukan Kak Bryan yng memintanya." Ayana berucap tegas, membuat Nina menggeram marah melihat keras kepala Ayana.

"Kamu berani menentang perkataanku, Ayana!" Nina kemudian menarik kuat rambut Ayana, hingga membuat Ayana mendongak, mencoba untuk melepaskan tarikan Kakaknya dari rambutnya.

"Kak lepaskan, sakit Kak!"

"Bodo amat, ini akibat jika kau menentangku Ayana, lihat saja jika kau masih menentang perkataanku, maka kau harus bersiap jika anak panti yang akan aku siksa, menggantikanmu." kemudian Nina menghempaskan kepala Ayana, hingga tersungkur di lantai.

Nina kemudian berjalan menuju dapur, untuk membuka bungkusan makanan yang Ayana bawa. Kemudian menarik kursi meja makan, bermaksud untuk menikmati makanan yang dibawa pulang Ayana sendirian, tanpa ingin membaginya kepada anak-anak panti.

Ayana kemudian menoleh ke arah anak-anak panti, yang berjalan masuk menemuinya, membuat Ayana segera menghapus air mata yang ada di pipinya, dan tersenyum cerah berjalan ke arah mereka.

"Kak Ayana, apa Kakak baik-baik saja?" tanya salah seorang anak panti, yang melihat jejak Air mata di wajah Ayana.

Ayana tersenyum, menatap anak tersebut, Seraya mencubit pipinya pelan, seakan Ayana menunjukkan jika dia baik-baik saja.

"Kakak baik-baik saja, Kenapa kalian bertanya seperti itu kepada Kakak?"

"Kak Ayana, dari mana? Kenapa Kakak tidak ada saat kami pulang dari sekolah? Aku susah untuk membuka baju sekolahku Kak, Kakak Nina tidak ingin membantuku," anak-anak melaporkan apa yang terjadi, saat Ayana tidak ada untuk membantu mereka.

Ayana melirik ke arah Kakaknya Nina, yang saat ini sedang duduk menikmati makanan yang dia bawa. Ayana kemudian berkata, menenangkan kepada anak panti yang berdiri didepannya.

"Maaf ya, tadi Kakak keluar sebentar, dan lupa untuk memberitahu kalian. Kalian pasti sudah lapar? Bagaimana jika kalian menunggu Kakak untuk membuatkan kalian makan siang," Ayana membujuk anak-anak panti, untuk membuat makan siang, sebagai permintaan maafnya.

"Oke Kak, kami akan menunggu Kak Ayana untuk selesai membuatkan kami makan siang," jawab anak-anak panti semangat dengan senyum cerah diwajah mereka.

Mengabaikan Nina, yang saat ini tengah menikmati makanannya seorang diri di meja makan, Ayana melanjutkan langkahnya, untuk mengambil beberapa bahan makanan dilemari es, untuk segera membuatkan makan siang anak-anak panti, yang saat ini sudah kelaparan.

Siang ini, ibu panti sepertinya kembali pergi menemui beberapa donatur, yang satu persatu, para donatur mulai berhenti memberikan sumbangannya kepada panti asuhan, tempat Ayana tinggal.

Ayana tidak membuat banyak masakan untuk menghemat waktu, hanya berupa sayuran dan juga ayam goreng yang telah dia bumbui, untuk dia sajikan kepada anak-anak panti yang sudah kelaparan menunggunya.

"Baiklah ini makanannya, sudah Kakak buat untuk kalian," Ayana menunjukkan masakan, yang baru saja selesai Ayana buat.

"Yeah, kak Ayana sudah selesai masak!" suara riuh anak-anak panti, yang menyambut masakan yang baru saja selesai Ayana buat, membuat Ayana tersenyum menggeleng melihatnya.

"Kalian mengambilnya satu-satu ya! Jangan berebut," pi

inta Ayana kepada anak-anak panti, yang sudah berlari menghampirinya, berlomba ingin menikmati masakan yang telah dibuat Ayana.

Ayana segera membantu anak-anak panti, dengan mengambil satu persatu piring, dan mengisinya dengan lauk yang sudah dia masak, agar mereka tidak saling berebut, sehingga dapat membuat kekacauan.

Nina yang sedang menikmati makannya, melihat kebisingan di dapur yang dibuat oleh teriakan anak-anak panti, yang saat ini sedang berebut masakan Ayana, membuatnya sedikit merasa jengah hingga meninggalkan meja makan, tanpa membersihkan sisa bekas makanannya, yang berserakan diatas meja makan.

"Kak Nina, apa Kak Nina tidak ingin mencoba masakan Kak Ayana?" salah satu anak panti yang melihat kehadiran Nina, lekas menghentikan langkah Nina, yang akan meninggalkan dapur, untuk menarwarkan masakan yang baru saja dibuat oleh Ayana.

"Tidak. Kakak sudah kenyang. Lebih baik kau cepat menyelesaikan makanmu, dan segera kembali membersihkan kamarmu sebelum kau akan mendapat hukuman," kemudian Nina melanjutkan jalannya meninggalkan dapur, dan berjalanan ke luar ke halaman panti.

Ayana yang sibuk, membagikan makan siang untuk anak-anak, tidak lagi melihat keberadaan Kakaknya, di kursi meja makan. Ayana kemudian kembali memastikan tidak ada anak yang tidak mendapatkan bagian.

Nina Berjalan ke depan halaman panti, untuk melihat keberadaan Bryan, menunggu beberapa saat hingga senyum di wajah Nina merekah, saat melihat kehadiran Bryan yang baru saja keluar dari rumahnya, dan berjalan ke arah mobilnya.

Lekas Nina berlari menghampiri Bryan yang akan masuk ke dalam mobilnya.

"Bryan!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status