Share

HANYA ISTRI KONTRAK

Namaku adalah Angelina Louis, anak kedua dari dua bersaudara Gary Louis. Ayahku baru meninggal beberapa bulan yang lalu dengan meninggalkan banyak hutang. Sedangkan kakakku yang bernama Sean Louis kabur tak diketahui rimbanya setelah tahu perusahaan milik ayah bangkrut dan meninggalkan banyak hutang. Sedangkan aku hanya bisa pasrah saat mengetahui fakta itu.

Di saat aku merasa putus asa dan kehilangan arah, seseorang datang padaku menawarkan sebuah kesepakatan. Henry Bastian Campbell adalah orang tersebut. Bagiku dia adalah malaikat penolong sekaligus pencabut nyawa di mataku. Aku yang tak memiliki pilihan lain hanya bisa menerima kesepakatan yang telah dibuatnya hitam di atas putih sebagai istri kontrak penebus hutang.

Henry Bastian Campbell, awalnya aku tak banyak tahu tentangnya. Hanya nama itu tak asing aku dengar, karena nama itu seingatku sering muncul di berbagai majalah bisnis seluruh dunia. Bahkan ketenarannya melebihi para selebritas populer. Ayahku, Gary Louis adalah salah seorang pengusaha sukses di New York City. Namun, karena suatu hal ayahku harus bangkrut hingga meninggal dunia karena mengalami serangan jantung. Aku yang tak tahu menahu tentang hal itu, dibuat syok dengan kenyataan buruk yang bertubi-tubi datang dalam keluargaku. Hingga akhirnya aku sampai di titik ini, menjadi istri kontrak Henry Bastian Campbell.

Pernikahan kami yang hanya sebatas kontrak, tak ada yang tahu menahu tentang hal itu kecuali beberapa orang kepercayaan Henry. Itulah salah satu isi perjanjian kontrak pernikahan kami. Aku tak tahu apa alasan sebenarnya Henry melakukannya. Aku hanya berpikir jika selain karena hutang, pria itu memiliki motif lain padaku. Tapi apa? Sampai saat ini aku tak tahu alasan sebenarnya dan aku tak akan menyerah untuk mencari tahu apa alasannya. Menikah dengan orang yang tak kita cintai apalagi hanya karena hutang, bukankah itu seperti hidup dalam neraka dunia? Meskipun sang suami adalah pria yang seolah tanpa cela seperti Henry Bastian Campbell, seorang pembisnis muda yang menguasai bisnis hampir di seluruh wilayah dunia dengan kejeniusannya.

Aku mencoba untuk berjalan senormal mungkin walaupun pusat tubuhku masih terasa sakit, rasa nyeri itu masih jelas terasa. Henry melakukannya dengan kasar semalam. Pria kejam itu seperti sengaja melakukannya untuk menyakitiku. Bayangan semalam masih jelas kuingat, dan yang paling membuatku sakit hati pria bergelar suami itu melakukannya berkali-kali saat aku merasa tubuhku ini seolah mati rasa.

“Sarapan sudah siap, Nyonya.” Seorang pelayan menawarkanku sarapan pagi itu saat aku baru saja turun dari kamar.

“Terima kasih.”

Mataku berkeliling ke seluruh ruangan, “Apa dia sudah pergi?” tanyaku pada pelayan muda bernama Miranda.

“Siapa, Nyonya? Apa maksud Anda adalah Tuan?”

“Ya, siapa lagi?” Aku tersenyum kecut.

“Tuan Henry sudah pergi beberapa menit yang lalu, dan beliau tadi berpesan agar selama Tuan tak kembali Anda harus tetap berada di rumah saja,” ucap Miranda memberitahu. “Jika tidak ada yang Anda perlukan lagi, saya undur diri, Nyonya.” Miranda membungkukkan sedikit kepalanya lalu pergi.

“Yang benar saja, apa pria itu bermaksud mengurungku di rumah ini?” Aku tersenyum pahit menatap kosong dengan perasaan kesal.

***

Sudah hampir satu minggu sejak malam pernikahanku dengan Henry. Pria itu tak menampakkan diri lagi di rumah ini. Ya, rumah yang hanya ditinggali aku sendiri dan dua pelayan di rumah yang cukup berukuran luas untuk aku tinggali seorang diri. Rumah milik Henry. Pria itu menyuruhku untuk tinggal di sini selama menjadi istrinya. Aku yang memang tak memiliki tempat tinggal hanya bisa pasrah saat pria itu menyuruhku tinggal di sini. Sejak ayah meninggal dan semua aset miliknya diambil aku benar-benar menjadi miskin, lebih tepatnya menjadi gelandangan jika Henry tak menawarkan kesepakatan untuk menjadi istri kontraknya.

Pria sempurna yang terlihat baik di mata orang, namun entah kenapa aku merasa dia memiliki rencana lain untuk menikahiku. Banyak hal yang tak aku tahu dari Henry Bastian Campbell dan aku yakin cepat atau lambat aku pasti akan mengetahui apa yang sebenarnya pria itu sembunyikan dariku.

Aku yang sudah merasa jenuh berada di dalam rumah seperti ini mulai merasa kesal. Apa aku harus selamanya terkurung di rumah ini? Tidak! aku harus bertindak. Pria itu tak bisa bersikap sewena-wena padaku seperti ini. Walaupun aku hanyalah istrinya di atas kertas, namun aku juga berhak untuk bebas.

Aku tak tahu sejak kapan aku tertidur, yang aku ingat aku menghabiskan malam itu dengan membaca buku. Aku merasa saat ini tubuhku terasa berat, meremang dan berdesir nikmat. Ingin aku membuka mata ini, namun rasanya masih terasa berat. Sebenarnya apa yang terjadi padaku saat ini?

Semakin lama semakin terasa jika tubuhku bereaksi demikian karena sebuah sentuhan. Bukankah aku sendirian di kamar ini? Lalu apakah ada orang selain aku sekarang? Mungkinkah...

“Aah...”

Bibirku tak kuasa untuk tak bersuara, hingga aku mendesah tanpa sadar. Ketika sentuhan itu semakin membuatku mabuk kepayang, ini terlalu nikmat. Selama hidupku aku baru pernah merasakan perasaan seperti ini, apakah ini yang dinamakan kenikmatan duniawi?

“Apakah kau sekarang menikmatinya, Angelina Louis?”

Suara itu menyadarkanku dari kenyataan, hingga akhirnya aku pun membuka mata ini lebar-lebar. Benar saja, suara itu adalah suara seseorang aku kenal, siapa lagi jika bukan suamiku sendiri saat ini, Henry.

“Kau??? Sejak kapan kau datang dan masuk ke dalam kamar ini?!” Aku setengah bangkit membelalakkan mataku lebar-lebar, masih dengan rasa keterkejutan menatap sosok itu dalam cahaya yang remang-remang.

Sosok itu menyeringai, aku yang merasa malu hanya bisa membeku.

“Bagaimana rasanya? Apa kau menikmatinya tadi?” tanyanya dengan senyuman mengejek.

“Apa maksudmu, Henry?” aku bertanya dengan nada sedikit gugup.

“Sudah jelas bukan, jika maksudku adalah menggodamu dan kau dengan senang hati menerimanya. Bisa aku pastikan jika bukan aku yang datang ke kamar ini, kau pun tak akan menolaknya,” sahutnya tajam dan menusuk.

Gigiku mengatup rapat, kedua mataku membola dengan cepat saat pernyataan merendahkan itu terdengar jelas di telingaku.

“Kau-, kau keterlaluan, Henry.” Aku berkata dengan tubuh gemetar karena rasa emosi.

Henry mendekatkan dirinya padaku, semakin dekat hingga nafasnya bisa kurasakan di wajahku yang mungkin berubah memerah.

“Kau ingin tahu kesimpulannya Angelin?” Henry mengangkat sudut bibirnya, “Wanita munafik! Kau itu adalah wanita munafik yang bertingkah seolah menjadi korban padahal jauh dalam dirimu, kau pun ikut menikmatinya, bukan?” seringainya kemudian.

Secara refleks salah satu tanganku melayang, namun dengan cepat Henry menangkapnya sebelum tanganku turun ke wajah angkuhnya yang memuakkan.

“Kau ingin menamparku? Jangan harap kau bisa melakukannya!” Dengan kasar Henry menghempaskan tanganku hingga membuatku memekik kesakitan.

“Kenapa kau memperlakukan aku seperti ini, Henry? Katakan!” Aku tak kuasa lagi menahan air mataku yang ingin keluar, kini hanya bisa menatapnya dengan nafas yang tersengal.

“Kau ingin tahu kenapa? Alasannya adalah karena kau terlahir dari keluarga Louis!” Henry menatap nyalang padaku, “Dan aku telah bersumpah akan membuatmu tersiksa selama menjalani pernikahan ini bersamaku!”

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Idha Sukur
cerita yg seru ... bagus
goodnovel comment avatar
Meity Lumanauw
cerita awal bagus
goodnovel comment avatar
Asdfghjkl
Skip dah penulisnya suka lama update
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status