Alea berdiri memperhatikan pantulan dirinya sendiri di depan cermin kemudian menyentuh perutnya yang masih saja rata. Sembari menghela napas dalam-dalam tanpa putusnya Alea berdoa utuk sebuah kemurahan Tuhan, Alea ingin sekali hamil. Alea ingin mengandung benih dari suaminya, merasakannya tumbuh di perutnya, menyayangi dan menjaganya. Tuan Anmar sudah sangat luar biasa menyayanginya tanpa cela. Dada Alea akan selalu bergelepar hangat hanya untuk sekedar mengingat kemurahan hati suaminya, hingga apapun rasanya bisa dia abaikan. Alea menyentuh liontin di lehernya, memperhatikan safir berbentuk hati kecil yang akan selalu mengingatkannya pada ketidaksempurnaan dirinya.
Rasanya memang sangat berat ketika mengharapkan kehamilan yang tidak kunjung datang. Wanita manapun pasti juga akan merasakan hal yang sama setelah hampir satu tahun menunggu, mulai takut dan merasa tidak sempurn
YUK JANGAN LUPA VOTE YA
Belum apa-apa Alea sudah merasa sangat tidak nyaman, tapi Alea juga tidak mau membiarkan Troy merasa menang dengan menunjukkan ketakutannya. Alea bahkan tidak tahu acara Viona akan diadakan di mana karena Troy juga tidak mengatakan apa-apa. Alea sengaja cuma memakai celan Jeans dan atasan blazer warna merah bata tua semi formal satu-satunya yang dia bawa dari rumahnya sendiri. Ketika Alea turun ternyata Troy sudah menunggunya di bawah dan langsung mendongak pada Alea yang baru menuruni tangga. Alea terlihat cantik meskipun hanya memakai pelembab bibir tipis tanpa makeup, rambutnya juga cuma diikat ekor kuda agak tinggi. Cantik dan terlihat berani untuk menantang pemuda di depannya. Alea merasa lega karena troy juga cuma memakai pakaian kasual. Artinya Alea juga tidak akan terlalu salah kostum karena jujur saja Alea tidak punya gaun.
Napas Troy masih berderu kasar ketika kemudian menatap Alea. "Kau sudah merubahku sangat banyak. Aku sudah melakukan semuanya untukmu, berusaha membangun masa depanku untukmu. Tapi lihat apa yang kudapatkan sekarang?" Troy menatap Alea dengan netra gelapnya yang tak bergeming. "Aku tidak ingin menjadikanmu keluargaku dengan cara seperti ini. Bagaimana kau tidak pernah bisa mengerti hal sederhana seperti itu, Alea! " Troy kembali mengeraskan suaranya dengan frustasi dan tanpa sadar kembali meninju sandaran tempat duduk tepat di samping Alea. Alea tidak masalah jika Troy bakal memecahkan tengkoraknya atau mencekiknya sampai mati. Otot lengan pemuda itu masih bergetar napasnya terasa panas menyapu wajah Alea yang ikut menggigil. Alea
Alea masih meringkuk di atas ranjang memeluk tubuhnya sendiri yang seperti baru tercerai berai. Alea pikir dia sudah sangat mencintai suaminya tanpa keraguan sedikitpun tapi saat melihat Troy seperti tadi tenyata dia juga sangat sakit hati. Alea masih terbaring di atas ranjang sampai beberapa lama setelah Troy pergi meningalkannya. Bukan hanya tubuhnya saja yang kebas, hatinya juga sedang kebas hingga tak berasa apa-apa ketika tiba-tiba beberapa butir bening air matanya meluncur jatuh tanpa suara. Alea tidak tahu jika kata-katanya bisa membalas Troy dengan sangat tepat. Anak itu pergi begitu saja tanpa bicara atau menatapnya. Seharusnya Alea sadar jika sejak awal memang sudah ada yang tidak benar di antara mereka. Alea duduk berinsut ke kepala ranjang untuk memeluk tubuhnya sendiri dan dari situ Alea mulai sadar jika seharusnya dia ju
Ini adalah kali pertama Alea merasa ditinggalkan begitu lama, hampir satu minggu suaminya pergi. Meski pagi ini tuan Anmar akan kembali tapi rasanya Alea sudah tidak sabar bahkan dia sudah tidak bisa tidur nyenyak sejak semalam. Alea rindu semuanya dari pria yang biasanya selalu memeluknya di tengah malam itu, Alea rindu suara napasnya yang tenang, aroma tubuhnya, sentuhan kulitnya, semua Alea rindukan hingga tiap detik terasa lebih lama ketika harus menunggu seperti ini. Sejak pagi Alea sudah bangun dan tidak sabar menggenggam ponselnya berharap suaminya akan menelpon untuk sedikit mengobati kerinduannya. Sampai hampir tengah hari Alea menunggu dan ternyata tuan Anmar tidak menelponnya dan juga belum pulang. Alea mulai cemas karena ponselnya ternyata juga tidak aktif. Sebenarnya Alea ingin bertanya pada Troy apa papanya ada menghubunginya tapi ternyata Troy sedang keluar bersama
Tuan Anmar ikut duduk di samping Leon sebagai saksi di acara pernikahan keponakanya. Semua orang ikut menyaksikan momen sakral tersebut dengan khidmat dan haru, termasuk Alea yang berdiri di antara tamu undangan dan tidak sadar telah meremas-remas tangannya sendiri karena ikut tegang. Alea ikut tegang karena jadi teringat ketika dulu saat tuan Anmar mengambil Alea dari keluarganya, ketika Alea masih merasa takut dan cemas hanya untuk menatap wajah suaminya, gugup untuk sekedar memegang tangannya. Waktu itu Alea juga tidak pernah menyangka jika dirinya akan jatuh Cinta sebesar ini pada pria tersebut. Alea ikut menghela napas karena tiba-tiba tuan Anmar menatapnya dari tempat pria itu duduk dan tepat pada saat Leon mengucapkan ikrar pernikahannya. Mata mereka saling terjalin dalam diam yang cuma dapat mereka masing-masing pahami. Tuan Anmar tersenyum dan Alea ikut membalasnya dengan lembu
Troy mencari di sekitar hotel tempat acara pernikahan Leo, Troy pikir siapa tahu Alea tertinggal ketika sedang menangis di toilet atau di sudut sendirian. Meski mustahil Alea sebodoh itu tapi nyatanya Troy tetap mencarinya sampai ke toilet wanita. Troy juga bertanya-tanya kepada para sekuriti sambil menunjukkan foto Alea yang sering diam-diam dia ambil dan ia simpan di ponselnya. Tapi semua orang tidak ada yang tahu sementara Troy juga tidak punya ide sama sekali untuk mencari Alea kemana, karena Alea bukan tipe gadis yang suka keluyuran atau memiliki banyak teman, apalagi dengan kondisinya sekarang gadis itu nyaris tidak punya siapa-siapa kecuali keluarganya. Troy langsung teringat untuk menghubungi Beni siapa tahu Alea pulang ke rumah bibinya. "Tadi papamu juga sudah mencarinya ke mari," kata Beni ketika Troy menelponnya. "Aku juga sudah menghubungi saudara serta paman dan bibik
Kehilangan yang bisa sangat menghancurkan adalah ketika seorang pria merasa gagal bukan hanya sebagai seorang suami tapi juga sebagai seorang ayah dari anak laki-laki. Alea masih berdiri di depan cermin menyentuh liontin berbentuk hati yang menggantung lembut di lehernya, sebuah hati kecil yang ingin dijaga karena telah diberikan dengan sebuah kepercayaan. Tanpa terasa Air mata Alea kembali menetes setiap kali teringat suaminya dan Alea benar-benar tidak tahu apa kesalahannya kali ini masih bisa dibenahi. Hujan yang mulai turun ikut mengiringi kepedihan dan penyesalannya yang tanpa henti. Alea sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya tapi kenapa sepertinya juga sangat tidak mudah hanya untuk mempertahankan sebuah kepercayaan. Tuan Anmar tidak pernah meminta apapun darinya bahkan Alea sudah sama sekali tidak memiliki apa-apa ketika pria itu memungutnya, tapi kenapa hanya utuk sebuah kepercayaan saja Alea tidak bisa memberikannya. Alea benar-benar me
Alea dan Troy sudah berniat pulang pagi itu juga tapi ternyata satu-satunya akses jalan yang harus mereka lewati terhalang oleh pohon tumbang dan menciptakan kemacetan yang mengular sampai dua kilo meter. Mobil mereka terjebak tidak bisa maju dan tidak bisa mundur karena jalan itu memang cuma satu-satunya akses jalan dan terhimpit lereng serta jurang di sisi yang lain. Sudah dua jam mereka terjebak macet dan belum ada tanda-tanda pergerakan sama sekali dari mobil-mobil di depan mereka. Hujan kembali turun dengan lebat dan kebisingan klakson yang sudah tidak sabaran mulai semakin menciptakan keributan. Troy sudah beberapa kali menyaruk rambut di dahinya yang agak panjang dan mencengkramnya karena terjebak macet memang berpotensi membuat sakit kepal. "Kita bisa kemalaman." Troy benar-