Ternyata sejak kemarin Troy berada di Boston untuk beberapa urusan bisnis, Troy menjalin kerja sama bisnis dengan sebuah perusahan multi nasional di Boston. Sebelum kembali ke Indonesia Troy menyempatkan singgah ke tempat tinggal papanya. Jadi akhir pekan itu rumah Alea dan tuan Anmar jadi semakin ramai dengan kehadiran beberapa teman Alea dan keberadaan Troy. Mereka makan siang bersama di halaman belakang dan membicarakan beberapa hal mengenai perkuliahan. Alea duduk di samping suaminya sementara Troy ada di ujung meja yang lain sesekali memperhatikan kebahagiaan papanya.
Anak-anak muda itu juga ikut antusias mendengarkan tuan Anmar, sebagai salah satu yang pernah menjadi lulusan terbaik Harvard tentu pengalamanya hingga bisa sukses seperti sekarang juga bukan main-main. Troy sendiri juga belajar banyak dari papanya dan belum berhenti untuk bisa menjadi seperti pria yang telah be
yuk vote ya.
Akhirnya Alea berhasil menyelesaikan pendidikannya hanya dalam waktu tiga tahu dengan nila cumlaude dan pastinya hal itu juga merupakan kebanggaan bagi tuan Anmar. Alea memang sangat cerdas dan layak mendapat semua prestasinya. Selain lulus dengan nilai akademik yang membanggakan Alea juga lulus untuk program S2 di Stanford University. Hidup Alea benar-benar sedang diliputi oleh kebahagiaan karena memang sangat tidak mudah untuk bisa mendapatkan kesempatan tersebut. Biasanya hanya akan ada satu mahasiswa dari Indonesia yang bisa terpilih setiap tahunya dan tahun ini Alea yang mendapatkan kesempatan luar biasa tersebut karena sebuah jawaban sederhana yang diberikan gadis itu ketika wawancara. Setiap mahasiswa yang mengajukan lamaran pasti akan diberi satu pertanyaan yang kurang
Troy sengaja meninggalkan semua pekerjaannya demi bisa pergi sendiri ke bandara untuk menjemput papanya yang tiba hari ini. Satu minggu setelah kelulusan Alea, tuan Anmar benar-benar langsung membawa Alea pulang ke Indonesia. Saat itu usia kandungan Alea sudah memasuki bulan ke Enam, perutnya sudah sangat besar dan bulat sempurna untuk mengejutkan semua orang, bukan hanya Troy yang kali ini sedang syok melihat perut Alea, tapi semua keluarga besar tuan Anmar sepertinya juga akan terkejut. "Kenapa kalian tidak pernah memberitahuku."Troy langsung berjalan mendekati Alea yang baru keluar dari depan pintu kedatangan bandara bersama dengan papanya. "Apa boleh aku menyentuhnya?" Troy meminta ijin untuk memegang perut Alea karena jujur ia masih sulit percaya jika papanya bisa membuat perut Alea membengkak sebesar itu.
Mungkin bagi sebagian orang kehamilan sudah merupakan hal biasa, tapi bagi Alea yang sudah menunggu selama sepuluh tahun tentu bisa hamil dan merasakan momen-momen seperti ni adalah anugerah yang tidak pernah terbayangkan. Alea akan selalu ingat jika dirinya sedang mengandung darah daging dari pria yang sangat dia cintai, pria yang ingin sekali dia bahagiakan, karena itu Alea tidak keberatan untuk menanggung apapun demi untuk suaminya. Alea sudah kesulitan untuk duduk atau berbaring, rasa kram di perutnya juga sudah datang semakin sering dengan rasa sakit yang terus berlipat ganda. Tidak ada hentinya tuan Anmar terus berdoa sambil menenangkan Alea dan melakukan apapun agar istrinya nyaman. Walaupun ini pengalaman pertama tuan Anmar menemani seorang istri dalam persalinan tapi dia suami yang sangat luar biasa. Dulu saat Troy lahir kondisinya sama sekali tidak seperti ini. Bah
"Ajak Alif bermain di halaman," pesan Alea pada suster yang membantunya. Putra Alea sudah berumur satu tahun, sedang dalam masa aktif karena sudah mulai berlarian dan harus ekstra di jaga. "Alea, aku ingin bicara padamu," panggil tuan Anmar pada Alea yang baru menyerahkan putranya pada suster. Alea langsung berjalan mengikuti suaminya. Tuan Anmar menutup pintu ruang kerjanya setelah Alea ikut masuk. "Duduklah." Tuan Anmar masih berdiri ketika mempersilahkan Alea duduk lebih dulu. Tidak tahu kenapa hati Alea jadi agak cemas meski kemudian tuan Anmar juga ikut duduk di sampingnya dan langsung menggenggam tangan Alea. "Aku ingin
Hari masih pagi ketika Alea dikejutkan dengan berita jika tadi malam bi Warni terjatuh di kamar mandi dan sekarang sudah di larikan ke rumah sakit. Alea segera mengajak tuan Anmar pergi menyusul ke rumah sakit untuk memastikan kondisinya. Kondisi kesehatan bi Warni memang semakin menurun belakangan ini bahkan di hari ulang tahun putranya kemarin bi Warni tidak bisa datang. Ketika Alea dan tuan Anmar tiba, di sana hanya ada anak perempuan bi Warni yang sedang menjaganya. Bi Warni memang hanya memiliki seorang anak perempuan sejak suaminya meninggal dua puluh tahun yang lalu. Bi Warni sudah ikut bersama tuan Anmar selama puluhan tahun dan sudah seperti sosok seorang ibu bukan hanya untuk Troy tapi juga untuk tuan Anmar. "Bagaimana kondisinya?" tanya tuan Anmar pada putri bi Warni. "Su
"Aku sudah mencoba dan aku tidak bisa, dua tahun juga bukan waktu yang singkat untuk memberi kita kesempatan." "Apa kau masih belum bisa karena dia?" "Tolong jangan menanyakan apa yang kau tahu hanya akan menyakiti dirimu sendiri." Tanpa perlu disebutkan, siapapun pasti tahu hanya dengan melihat cara Troy menatap Alea. Bahkan sejak hari pertama Maharani bertemu Troy ketika mereka duduk bersama di meja makan, tatapan Troy tidak pernah luput dari wanita yang duduk di sebelah papanya. "Maafkan aku, aku hanya ingin minta maaf padamu, Maharani." Maharani sangat mencintai Troy, karena itu dia rela menunggu dan rela bersabar utuk keterbukaan hatinya. Sejak awal menikah mereka memang su
"Al, tolong kembalikan gelas papamu ke dapur," perintah Alea pada putranya. Bocah laki-laki berumur lima tahun itu segera beranjak turun dari ranjang setelah mencium papanya dan mengambil gelas yang diulurkan Alea. "Ingat langsung pergi tidur ke kamarmu minta mbak Eka untuk temani dulu." Alea masih mendengar langkah kaki putranya hingga keluar dari pintu. Di luar sedang hujan menjelang bulan Desember suara rintik hujan dari jendela yang Alea biarkan terbuka segera menenggelamkan suara langkah kaki putranya. "Apa Mas ingin aku menelpon Troy?" tanya Alea dan tuan Anmar mengangguk. Setelah menelpon Troy, Alea kembali naik ke atas ranjang untuk memeluk suaminya.
Enam bulan setelah kepergian tuan Anmar tapi rasanya Troy masih sulit percaya jika papanya sudah tidak ada dan tidak bisa dia cium lagi punggung tangannya. Setiap kali hanya bi Warni yang bisa Troy datangi, kadang hanya untuk sekedar duduk membaca di sampingnya sampai larut malam dan berpamitan pulang. Troy tinggal seorang diri di apartemennya, sesekali dia akan mengunjungi Alea jika Alif mencarinya. Troy tidak ingin terlalu mencampuri kehidupan Alea karena dia ingin Alea bisa kembali membangun hidupnya dan menemukan siapapun yang bisa membuatnya bahagia. Sekarang Alea adalah wanita yang sudah sangat mandiri, wanita yang tangguh untuk membesarkan putranya. "Bagaimana dengan Alea?" tanya bi Warni di suatu siang ketika Troy mengunjunginya. "Dia sudah jauh lebih baik."