Share

ISTRI PALSU UNTUK PEWARIS AROGAN
ISTRI PALSU UNTUK PEWARIS AROGAN
Penulis: Pelangi Malam

Istri Yang Tersakiti

“Nggak seharusnya kamu ngusir aku, Mas. Ini rumahku, milikku.”

Rena mulai tidak bisa menahan tangisannya lagi. Selama ini, wanita itu tidak pernah menyangka, kalau laki-laki yang begitu dia cintai, malah telah bermain di belakangnya bersama dengan wanita lain. Parahnya, suaminya itu telah melakukan pernikahan siri tanpa ada persetujuan lebih dulu dari dirinya.  

“Sudahlah, Mas. Usir dia cepat keluar dari sini. Aku sudah capek melihat drama seperti ini,” ujar wanita yang diperkenalkan sebagai istri kedua dari Dimas, ia tiba-tiba mengatakan kalimat itu dari mulutnya, setelah sedari tadi hanya diam dan memandangi apa yang terjadi di depannya. 

“Iya, usir saja, Dimas. Buat apa kamu pertahankan istri bodoh seperti dia. Nanti, bukannya kehidupanmu maju, malah tambah rusak kalau berjuang sama wanita seperti itu. Ibu sudah ikhlas kok, kalau kamu sudah nikah sama Tia. Toh, mau dibandingkan dari bagian mana pun, Tia jelas lebih baik dari pada Rena.”

Entah sejak kapan sosok Ibu mertua dari Rena sudah berada dalam rumah itu. Namun, dari kalimat yang dikatakan dari mulutnya, wanita paruh baya itu terlihat mendukung tindakan yang dilakukan oleh putra tunggalnya itu.

Rena yang melihat semua itu, hanya bisa terdiam karena dua wanita tersebut terlihat begitu dekat, dan saling menyayangi satu sama lain. Padahal selama ini, Rena tidak pernah diperlakukan sehangat itu oleh ibu mertuanya, meskipun dia sudah bersikap sebaik mungkin kepada wanita itu. 

“Rena, keluar dari rumah ini sekarang. Aku tidak akan berbuat kasar kepadamu, jika kamu mau pergi dengan mudah.” Ujar Dimas sambil menundukan kepalanya, ia menatap ke arah Rena yang masih bersimpuh di atas kakinya, sembari mengatakan kalimat itu dari mulutnya. 

Mendengar ucapan itu, Rena pun kembali mendongakan kepalanya, kemudian beranjak dari lantai. 

“Aku nggak mau, Mas. Ini rumahku. Aku nggak mau pergi dari sini. Aku nggak bisa, Mas.”

PLAK!

Tiba-tiba Ibu dari Dimas terlihat melayangkan tamparan pada wajah Rena, hingga membuat tubuh wanita itu sedikit terhuyung ke belakang. 

“Apa maksudmu? Ini rumahmu? Hei, ini sudah menjadi rumah Dimas. Apakah kamu lupa, kalau kamu sendiri yang menyerahkan rumah ini dan memindahkan nama kepemilikannya menjadi milik Dimas? Apakah kamu sudah pikun, hah?” teriak wanita paruh baya itu di depan wajah Rena. 

Setelah itu, Dimas langsung mencengkeram pergelangan tangan Sonia erat-erat, kemudian segera menyeret tubuh wanita itu dengan kasar keluar dari rumah, dan saat sudah berada di ambang pintu, Dimas dengan kasar langsung menendang pinggang Rena, hingga membuatnya tersungkur di atas bebatuan yang ada di depan rumah.

BRAK!

Tidak lama setelah itu, terdengar suara pintu yang ditutup keras. 

“Ish sa—sakit ….” Ujar Rena sambil memegangi pinggangnya, yang benar-benar terasa sakit dan panas akibat tendangan yang dilayangkan oleh Dimas kepadanya itu. 

---

Rena terus melangkahkan kakinya menyisiri jalan demi jalan. Wanita itu tidak peduli, ketika ada banyak orang yang menatapnya dengan tatapan merendahkan, padahal sekarang dia sangat membutuhkan bantuan seseorang. 

Mungkin, penampilan Rena terlihat begitu kucel dan terlihat seperti seorang gelandangan sekarang. Namun, apa boleh buat? Wanita itu juga tidak bisa mengganti pakaiannya. Boro-boro pakaian, bahkan dia tidak membawa satu pun barang miliknya, karena semuanya tertinggal di dalam rumahnya. 

“Tuhan, aku mohon, berikan bantuan untukku. Aku benar-benar masih ingin hidup, tapi aku cukup lelah jika hidup dalam keadaan seperti ini. Tuhan, tolong aku ….”

Dalam desisan mulutnya karena menahan rasa sakit, Rena tetap berusaha untuk melantunkan doa terhadap Tuhannya, agar dia bisa mendapatkan bantuan dalam keadaan sekarang ini. Entah dari mana bantuan itu akan datang, wanita itu sangat memiliki harapan pada Tuhannya, kalau dia tidak akan mati malam ini. 

Kurang lebih setelah satu jam berjalan tanpa arah, akhirnya Rena memilih untuk mendudukan dirinya di tepian jalan, yang terlihat begitu sepi. Lalu, wanita itu terlihat menumpukan telapak tangannya pada sebuah tiang yang ada di sampingnya dan berpikir untuk beristirahat sebentar. 

Kedua kakinya sudah terasa begitu sakit, begitu pula punggungnya, dan akan semakin sakit jika Rena memaksakan diri untuk tetap berjalan. 

Dari jarak yang cukup jauh, terlihat sebuah mobil berwarna biru metalik yang sedang melaju dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi. Tanpa disangka, tiba-tiba mobil itu terlihat bergerak semakin mendekati Rena dan tidak sengaja menyeremet tubuh wanita itu. 

BRAK!

Tubuh Rena terpelanting ke pinggiran jalan, hingga tubuhnya menabrak area pembatas jalan. 

Sekitar beberapa saat, tidak ada pergerakan dari dalaam mobil itu. Namun, dua menit kemudian, terlihat dua laki-laki yang bergerak keluar dari mobil itu, kemudian berjalan ke arah Rena. 

“Nona, apakah kamu baik-baik saja?”

Salah satu dari laki-laki itu terlihat memegangi kedua pundak Rena, sembari melontarkan pertanyaan itu. 

Namun, saat itu, Rena tidak bisa mendengar pertanyaan itu dengan jelas. Karena wanita itu merasa kalau penglihatan dan pendengarannya terasa ditutupi oleh sesuatu. 

“Tolong aku … aku masih ingin hidup ….” ucap Rena dengan lirih. Setelah mengucapkan hal tersebut, kesadaran dirinya perlahan mulai menghilang. 

“Bagaimana, Tuan? Apakah kamu mau membawa wanita ini pergi dengan kita?” ujar laki-laki itu dengan raut wajah penuh kecemasan.

Wajah kedua laki-laki asing itu terlihat cukup panik, saat melihat penampakan keadaan wanita yang ada di depan mereka sekarang ini. 

“Bawa dia ke dalam mobil,” balas ‘Tuannya’ itu kemudian.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status